"Apakah kamu sudah menikah?" tanya Wira, teman satu kantor Binar. Seketika pertanyaan itu membuatnya terdiam beberapa saat. Di sana ada suaminya, Tama. Tama hanya terdiam sambil menikmati minumannya.
"Suamiku sudah meninggal," jawab Binar dengan santainya. Seketika Tama menatap lurus ke arah Binar. Tidak menyangka jika wanita itu akan mengatakan hal demikian, tapi tidak ada protes darinya. Dia tetap tenang meskipun dinyatakan meninggal oleh Binar, yang masih berstatus istrinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Akikaze, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salah Paham
Aksara tersenyum sambil melihat perempuan itu melenggang menjauh darinya dan anak laki-laki itu. Anak laki-laki tampan itu sudah tidak menangis lagi, dia ikut memandang ke arah Binar yang meninggalkannya.
"Hei jagoan, siapa nama kamu?" tanya Aksara.
"Daniel, Om"
"Hebat, Daniel anak hebat, mau menyebutkan nama sama Om. Daniel....Om bukan orang jahat, sekarang Om mau antar Daniel ke pak satpam, biar dibantu sama pak satpam untuk mencari Mama Daniel,"
"Papa Om, Daniel nyari Papa,"
"Oh Papa?" Aksara mengangkat kedua alisnya. Bukan Mama ternyata, semakin membuatkan paham kenapa perempuan tadi menganggap dia adalah ayah dari anak ini. Aksara masih borjongkok agar bisa ngobrol dengan seimbang. "Mari kita cari papa, siapa nama Papa Daniel?" Aksa menatap mata indah anak itu.
"Kevin Om,"
"Nama yang bagus, yuk mari cari Papa Kevin dengan bantuan pak satpam ya..."
"Iya Om," jawba Daniel girang.
Pengumuman terdengar di seluruh area mall, mengumumkan jika atas nama Kevin ditunggu di ruang informasi. Binar yang kebetulan melewati ruang informasi pun tidak sengaja melihat pemandangan itu. Nampak seorang laki-laki lari tergopoh-gopoh dengan wajah panik. Seketika laki-laki itu memeluk anak laki-laki yang sedang digandeng oleh orang yang dia lihat tadi.
"Maafkan Papa ya Daniel....kamu pasti ketakutan, Papa ada di sini nak, Papa minta maaf tidak mengawasimu dengan baik," laki-laki bernama Kevin itu lantas menggendong Daniel yang nampak bahagia sudah bertemu dengan papanya.
"Terima kasih ya untuk semuanya," ujar Kevin dengan perasaan bahagia sudah bertemu kembali dengan Daniel.
"Baik pak, lain kali lebih hati-hati ya, Daniel anak hebat, dia berani sekali," Aksara mengangkat tangan kanannya dan mengajak Daniel melakukan tos. Tangan Aksa disambut dengan bahagia oleh Daniel.
Dari jarak beberapa meter, Binar menyaksikan kejadian tersebut dengan mulut terbuka. Tangan kanan menepuk dahinya, perlahan dia menjauh agar tidak bertemu dengan laki-laki yang dia anggap sebagai Papa Daniel.
"Bisa-bisanya aku ngegas sama dia, haduh" Binar mempercepat langkahnya, dirasa jalan-jalan kali ini cukup. Tangan kanannya secepat kilat mengambil ponsel di dalam tas selempangnya dan memesan ojek online.
"Please....buruan jangan sampai dia tahu aku hidup, malunya ya ampuuuun," gumamnya lagi. Tanpa menunggu lama, ojek pun datang. Binar menghela nafas lega, dia memakai helm dari abangnya kemudian motor pun melaju. Dasar yang namanya suek tetep saja suek, malunya masih berlanjut. Lampu merah membuat kendaraan berhenti, tepat di sebelah kanannya sebuah mobil berhenti. Binar nengok ke sebelah kanan, dan laki-laki yang tengah duduk di dalam mobil itu adalah laki-laki yang tadi.
"Duh mampus lah," gerutunya, tangan kanannya menutupi wajahnya sebelah kanan, kaca helm diturunkan, sueknya lagi dia tidak membawa masker. "Tolong jangan lihat aku ya..." gumamnya lagi sambil komat=kamit. Lampu berubah warna menjadi hijau.
"Buruan ya bang, kebelet nih," ungkapnya pada abang ojek, sebenarnya itu hanya alasannya saja.
Binar melihat jam di pergelangan tangannya, menunjukkan pukul 9 malam. Seusai membayar, Binar mencari kunci pagar yang dia simpan di dalam tas. Nampak rumahnya masih lengang, belum nampak tanda kehidupan di dalamnya, lampu masih pada. Binar perlahan membuka pintu pagar depan, dia menghembuskan nafas panjang.
"Mas Tama belum pulang," gumamnya dengan wajah sedih. Akhir-akhir ini dia merasa amat kesepian, tidak ada teman ngopi, teman ngobrol, bahkan makan malam pun selalu sendirian.
Binar membuka pintu rumahnya, dan benar saja, rumah masih sepi. Tama belum pulang. Binar melemparkan tasnya di ranjangnya, meletakkan paper bag berisi sepatu sembarangan, lalu dia membanting tubuhnya ke ranjang.
***
Persiapan di kantor sudah matang, banyak karangan bunga berjejer dengan rapi dari para kolega. Menyambut datangnya pimpinan baru di perusahaan ini. Tama yang baru pulang dinihari pun sudah siap menyambut bos baru, begitu juga dengan para pekerja yang lain.
"Wajahmu masih terlihat mengantuk," bisik Alina. Tama mengusap wajahnya.
"Yaah, masih ngantuk sebenarnya" jawab Tama.
Semua sibuk.
Seseorang membantu membuka pintu mobil warna hitam ketika tiba di depan pintu. Seseorang turun dengan setelan jas berwarna hitam, kacamata hitam. Seorang laki-laki muda dengan wajah tegas, berkharisma. Dia melepas kacamata hitamnya. Diikuti oleh seorang lagi lelaki yang seumuran dengan membawa I-Pad di tangan kanannya, nampak berbisik pada laki-laki itu.
"Apa Pak Aksa ingin lewat lift VIP?" tanya asisten tersebut. laki-laki yang dipanggil Pak Aksa mengangkat tangan kanannya, menandakan dia tidak berkenan. Sebagai pertemuan pertama dengan para pegawai di perusahaan ini, dia sangat ingin tahu bagaimana keadaan kantor.
Kakinya melangkah, diikuti asistennya. Semua pegawai kantor bersiap menyambutnya, sudah berjejer sejak tadi. Mereka memberikan salam hormat pada Aksa. Aksa berjalan dengan senyum wibawanya menyapa para pegawai. Bergegas masuk ke dalam lift untuk menuju ruangannya sebelum acara meeting perdana dengan para karyawan.
"Jadi dia masih muda?" tanya Tama.
"Iya, sepertinya sepantaran sama kamu," jawab Alina.
"Menarik," bisiknya.
"Apaan sih," Alina merasa tidak nyaman dengan kata yang terucap oleh Tama. Lalu Alina bergegas kembali ke kursinya sebelum nanti meeting dengan bos barunya, begitu juga dengan Tama dan juga karyawan lainnya.
Di hari pertama menjabat di tempat baru, Aksa merasa tidak canggung. Karena sudah terbiasa, hanya bedanya sekarang cakupan kerjanya lebih luas.
"Jadi kemarin aku kan ke mall, banyak hal yang harus aku bicarakan dengan management,"
"Baik pak, akan saya catat dan akan segera saya agendakan untuk bertemu dengan management mall tersebut," asistennya mencatat apa yang disampaikan oleh Aksa.
"Aku juga harus berbicara dengan HRD, apakah di sini sudah mumpuni tentang SDMnya, apakah ada kekurangan atau bahkan menumpuk,"
"Baik pak," asistennya kembali mencatat.
Aksara bangkit dari kursinya, memperhatikan suasana di bawah dari ruangannya, mobil nambak terlihat lebih kecil karena dia berada di lantai 10.
"Sebelum meeting, apakah Pak Aksa menginginkan kopi?"
"Boleh, jangan lupa kopi 2 sendok dengan gula setengah sendok,"
"Baik Pak, akan saya ingat-ingat dengan baik," asisten pun mencatat dengan baik.
Suasana meeting perdana berjalan dengan lancar, Aksa memperkenalkan dirinya di hadapan pegawai di sana, meminta agar semua bekerja dengan sepenuh hati demi kemajuan perusahaan ini.