Dinda Ayudia meida(Dinda),dua bersaudara berasal dari keluarga sederhana,ayahnya seorang PNS dan ibunya seorang ibu rumah tangga tapi cukup untuk mendidik kedua anaknya.
lalu apa yang membuat Dinda tersisihkan?
hai ini cerita pertamaku semoga kalian suka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mie Atah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. AYT
Selalu jadi payung untuk orang lain tapi lupa berteduh untuk diri sendiri.
Itu lah aku selalu mengalah untuk kebahagiaan orang lain tapi lupa untuk membahagiakan diri sendiri,aku tidak tau caranya, bahkan semua yang telah aku lakukan terasa hambar .
Karena disaat aku kembali sendiran kesedihan itu kembali datang, bayangan masalalu ada di pikiranku bagaikan kaset kusut yang selalu berputar.
PLASBACK
Setelah tahun ke dua aku belajar di pondok yang toxic,naik ke kelas sembilan atau kelas tiga SMP aku dipindahkan kepondok dimana dulu abangku juga mondok disitu namanya pondok roudhotun nuroniah,aku tidak tau kenapa apa yang membuat ayah dan ibu ku berubah fikiran.
Tapi tetap sekolahnya dikampung x dimana aku mondok dulu ,hanya pondoknya saja yang pindah,jadi aku kalau sekolah PP dari pondok roudhotun nuroniah ke kampung x .
Sewaktu aku naik ke kelas tiga SMP sekolah menerapkan sistem full day,
Dari jam tujuh pagi sampai jam tiga sore,bayangkan aku mengendarai motor dari pondok x jam 05:30 masuk sekolah jam 06:30.
Aku harus ber kejaran dengan waktu,pulang sekolah jam 15:00 sampai pondok tidak menentu karena terkadang aku ingin santai dijalan atau main motoran dengan teman teman menyambangi tempat tempat yang lagi viral.
Nongkrong diwarung Mbah Kunti 😅
Kenapa kami sebut Mbah Kunti,karena beliau kalau tertawa kaya Kunti
Hihihihi
tapi catat senakal nakalnya aku, aku masih tau batasan mana yang haram dan tidak.
Kenakalan ku masih bisa dibilang kenakalan remaja lah,asyik motoran sana sini nongkrong bareng temen temen yaa sebatas itu saja.
Tapi itu kenakalan yang sangat fatal menurut orang tuaku,aku selalu di banding bandingkan dengan abangku yang katanya
(Abang kamu laki laki aja gak sampai begitu Dinda,kamu anak perempuan seharusnya bisa menjadi anak rumahan ) bla BLA BLA.
Kalian tau di pondok x aku tak pernah di anggap sebagai Santri aku mau ngaji mau enggak mau tidur ditempat ngaji pun tidak akan ada yang menegurku bahkan ibu nyai nya sekali pun kalau sidak ke kamar santri putri patroli siapa yang tidak mengikuti kajian atau melanggar peraturan pondok akan di hukum.
Aku setiap pulang sekolah tidur bangun sholat Maghrib kalau gak ngantuk yaaa ngaji itupun nanti dipengajian bakalan tidur.
Tidak pernah ditegur ataupun di hukum.
Pernah sewaktu waktu aku di panggil oleh Abah yai nya untuk membersihkan karpet sehabis di pakai untuk manakiban.
Batinku tumben sekali aku di panggil.
Aku turun dari lantai dua ternyata ada abangku pantas saja aku di panggil,dan yang lebih parahnya Bu nyai menegurku ngobrol layaknya seperti sudah biasa.
beliau beliau ini ada baik nya kalau ada abangku,siapa lah aku ini hadeeehhhh.
Setelah ujian akhir sekolah,aku mengajukan keinginan ku untuk mondok saja tidak mau sekolah,masih dengan keinginan awalku tapi aku maunya mondok di pulau Jawa,pondok yang tidak pernah abangku datangi atau salah satu pondok yang abangku tidak pernah mondok disitu.
kata ayah " ia tenang aja nanti ayah bakalan mondokin Dinda ke pulau Jawa,yang penting sekarang yang betul belajarnya" itu kata ayahku,aku senang bukan main apalagi ayah menyetujui aku tidak melanjutkan study ku.
Setelah semuanya selesai ijazah sudah dibagikan.
Satu yang selalu aku ingat aku tidak pernah diperbolehkan ikut izin ke para kiyai atau pemimpin pondok tempatku belajar,tidak seperti aawal aku ingin mondok ayah membawaku meminta izin yaaa selayaknya orang tua yang ingin memasukan anaknya ke pondok untuk dididik.
Aku menagih janji ayah" ayah gimana jadi kan Dinda ke jawanya " tanyaku risau
" kata Abang mondok disini saja dulu,matangin dulu ilmu nahwu nya baru nanti mondok kejawa" dengan enteng nya ayah berbicara demikian tanpa rasa bersalah padaku.
mataku perih menahan air mata,tanpa sadar aku berteriak " semua Abang Abang yang orang tuaku Abang apa ayah sih,kan ayah yang membiayai ku bukan Abang"
hik hik hik
" dari dulu yah aku mau cuma mondok saja ibu tidak mengizinkan,Dinda nurut," lanjutku sambil sesenggukan
" ayah pondokin Dinda kepondok yang toxic Dinda kepingin keluar ayah tahan dinda nurut,sekarang Dinda cuma minta mondok aja kejawa Dinda tau ayah mampu ,kenapa lagi lagi Abang sih yah hwaaaaaaaa" lepas sudah tangisku
Tanpa mendengar perkataan ayah lagi aku pergi kekamara.
Jeder
Ku Tutup pintu kamarku sekeras mungkin biarlah mereka berfikir apa tentang ku,aku sudah lelah putus asa rasanya kalau aku tidak tau bahwa syurgaku ditelapak kaki ibu, aku sudah pergi sejauh mungkin aku sudah melanglang buana Kana saja kakiku melangkah.
Dan hati kecilku selalu mengatakan mungkin itu semua belum tentu yang terbaik untuk aku.
Karena sebaik baiknya yang mengetahui mana yang terbaik untuk setiap hamba-nya hanya Allah,semua terjadi karena kehendak allaah.
Mungkin akan ada hari dimana kamu akan mendapatkan apa yang kamu mau,tapi gak sekarang.
Selalu hati nurani ku ikut berperan disetiap emosiku,tapi aku tak menyesal sehingga aku masih bisa membentengi diriku dari hal hal yang bisa menimbulkan kemurkaan allaah padaku.
Aku tumpahkan air mataku di atas bantal, ku tekan wajahku agar tangisku tak terdengar oleh tetangga,hingga lelah dan tak terasa aku tertidur cukup lama.
Hingga.
Tok tok tok
" din ini ibu,boleh ibu masuk" terdengar suara ibu meminta izin padaku.
Ceklek
Aku bukan pintu untuk ibu.
Tanpa sepatah katapun aku berlalu berbaring kembali dikasurku dengan membelakangi ibu.
Terasa kasur bergoyang tanda ada orang yang duduk disebelahku.
Ibu mengusap rambutku,
" ibu tau kamu sedih" kata ibu sambil menarik nafas untuk menghalau kesedihan yang ibu rasakan.
" ibu juga dulu seperti itu selalu dinomor sekian kan , maaf kan ibu din hik hik hik" terdengar ibu menangis.
Aku berbalik langsung memeluk ibu pecah lagi tangisku,
Ibu mengusap punggungku.
" sabar ya nak bukannya ibu tidak berusaha membantu kamu untuk meyakinkan ayah ,tapi ayah cukup keras kepala ayah selalu membanggakan Abang " kata ibu sambil terus mengusap punggungku memberi kekuatan kepadaku.
aku lepas pelukanku pada ibu,ibu memandangiku sebentar lalu mengusap air mataku menggunakan ibu jarinya.
" walaupun ibu juga bangga pada Abang,tapi ibu juga tidak setuju dengan cara ayah yang selalu mengutamakan Abang" lanjut ibu menatap mataku
" kamu harus kuat nak,ibu yakin suatu saat akan ada hari kebahagiaan mu, yang harus Dinda lakukan hanya yakin bah wa allaah tidak tidur,kalau sekarang ibu dan ayah tidak bisa membuat Dinda bahagia Dinda harus yakin bahwa suatu saat akan Allah kirim kan orang yang akan membahagiakan Dinda dunia akhirat" kata ibu
" makasih Bu " jawabku masih dalam keadaan sesenggukan
" tolong selalu doakan Dinda disetiap sujud ibu,tolong selalu genggam erat tangan Dinda,Dinda rapuh Bu,hik hik hik"
" iya nak ibu selalu mendoakan anak anak ibu ,udah ya jangan nangis lagi ibu jadi sedih liatnya" kata ibu sambil kembali memeluk ku.
Udah ah sedih nya ,terimakasih yang sudahembaca
😚😚😚dari othor untuk pembaca