NovelToon NovelToon
Ayo Kita Cerai, Suamiku!

Ayo Kita Cerai, Suamiku!

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Pelakor / Penyesalan Suami
Popularitas:13.9k
Nilai: 5
Nama Author: YoungLady

Selama lima tahun pernikahan, Niken dan Damar tampak seperti pasangan sempurna di mata semua orang. Di balik senyum yang mereka pamerkan, ada luka yang mereka sembunyikan—ketidakmampuan untuk memiliki anak. Niken tetap bertahan, meski setiap bisikan tajam dari keluarga mertua dan orang sekitar menusuk hatinya.

Hingga badai besar datang menghantam. Seorang wanita bernama Tania, dengan perut yang mulai membuncit, muncul di depan rumah mereka membawa kabar yang mengguncang, dia adalah selingkuhan Damar dan sedang mengandung darah dagingnya. Dunia Niken seketika runtuh. Suami yang selama ini ia percayai sepenuh hati ternyata menusuknya dari belakang.

Terseret rasa malu dan hancur, Niken tetap berdiri tegak. Demi menjaga nama baik Damar dan keluarganya, ia dengan pahit mengizinkan Damar menikahi Tania secara siri. Tapi ketegarannya hanya bertahan sebentar. Saat rasa sakit itu tak tertahankan lagi, Niken mengambil keputusan yang mengguncang. Ia memutuskan untuk bercerai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YoungLady, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Mentari sore mulai condong ke barat ketika Niken menjejakkan kaki di halaman rumahnya. Wajahnya tampak lelah, kaus abu-abu yang dikenakannya sudah sedikit kusut dan aroma pabrik masih menempel di kulit. Ia baru saja pulang dari pabrik minuman miliknya berharap bisa langsung mandi dan beristirahat. Namun langkahnya terhenti begitu melihat seseorang berdiri di depan pagar rumah.

"Bastian?" gumamnya pelan, nyaris tak percaya.

Pria itu berdiri dengan senyum lebar, membawa buket bunga mawar merah di tangan kiri, dan kantong belanja besar di tangan kanan. Isinya mencolok—seperangkat alat BBQ portabel lengkap dengan daging sapi, sosis, jagung, dan bahan lainnya.

"Hai, Niken," sapa Bastian, sedikit gugup. "Aku tahu ini mendadak, tapi... bolehkah aku menghabiskan malam Minggu bersamamu? Kita BBQ-an bareng. Aku bawa semua, tinggal bakar saja."

Niken berkedip beberapa kali, masih berusaha memproses kejutan itu. Baru saja ia hendak menjawab, pintu rumah terbuka dan keluarlah Fayola, sahabat sekaligus asisten pribadinya.

"Aku denger BBQ?" serunya riang. "Boleh, dong! Nanti aku telepon pacarku juga, biar ramai. Aku minta dia bawa camilan dan minuman soda. Kita BBQ cantik ala-ala drama Korea!"

Bastian langsung menunduk, pipinya merona. Ia jelas tidak menyangka ada orang lain di rumah itu selain Niken. Apalagi seseorang seperti Fayola yang energinya bisa memenuhi satu ruangan penuh.

Fayola pulang lebih cepat dari Niken Bosnya hari ini, izin sakit perut karena sedang PMS hari pertama. Niken tak menyangka kalau Fayola akan pulang ke rumahnya, bukan ke apartemen tempat Fayola tinggal.

Niken mengulum senyum. Ia menatap Bastian yang masih canggung dan Fayola yang sudah sibuk membuka aplikasi pesan di ponselnya.

“Sepertinya keputusan sudah diambil tanpa aku sempat menjawab,” gumam Niken sambil tertawa kecil.

“Kalau Fayola sudah bicara, tidak ada yang bisa membantah,” sahut Bastian, ikut tersenyum malu. “Bahkan si tuan rumah pun kalah suara.”

Fayola melambai dari ambang pintu. “Kalian jangan bengong di luar! Masuk, nanti aku bantu siapkan halaman samping. Serius, aku sudah lama pengen BBQ-an cantik. Hari ini cocok sekali.”

Niken menghela napas, namun senyum di wajahnya tidak bisa disembunyikan. Ia berjalan mendekati Bastian, menerima buket bunga yang disodorkan lelaki itu.

“Terima kasih untuk bunganya… dan BBQ-nya,” ucapnya lirih.

“Terima kasih untuk izinnya,” balas Bastian dengan suara nyaris berbisik.

Malam itu, halaman samping rumah mereka dipenuhi aroma daging panggang, tawa yang bersahut-sahutan, dan nyala lampu bohlam kecil yang digantung Fayola dari pagi—“buat aesthetic,” katanya. Bastian memang datang untuk Niken, tapi tanpa disadari, ia juga membawa kehangatan yang baru bagi rumah itu.

Dan untuk pertama kalinya sejak bekerja di pabrik, Niken merasa benar-benar pulang.

Beberapa menit setelah kegembiraan dimulai di halaman belakang, sebuah motor matic berhenti di depan rumah. Seorang pria muda turun dengan kantong-kantong besar berisi camilan, minuman ringan, dan buah potong. Rambutnya sedikit acak-acakan, namun senyumnya ramah. Ia mengenakan kaus putih dan jaket denim, dengan gaya santai khas anak kuliahan.

“Farhan!” seru Fayola, berlari kecil menyambutnya.

Farhan membalas pelukan singkat dari Fayola sebelum ikut masuk ke halaman belakang. "Kenalin, ini Farhan, pacarku," ujar Fayola sambil menarik lengan pria itu ke arah Niken dan Bastian.

Niken menatap pria itu beberapa detik sebelum tersenyum. “Dia masih muda sekali, ya.”

“Pantas kau selalu maksa aku jadian sama Bastian, ya. Sama-sama berondong,” lanjutnya menggoda.

Fayola cengengesan. “Dia memang masih kuliah, semester akhir. Tapi nyambi kerja juga, di bengkel mobil pamannya. Anak rajin.”

“Umurnya jauh darimu, kan?” tanya Niken lagi, masih tak percaya.

“Cuma beda sepuluh tahun. Tapi dia dewasa, mandiri, perhatian. Lebih dari cukup untukku aku,” jawab Fayola santai sambil menyenggol lengan Farhan yang hanya tersenyum kecil.

Niken tergelak. “Kau ini sugar aunty yang nakal!”

Tawa mereka pecah. Bahkan Bastian pun ikut terkekeh, meski jelas ia masih canggung dengan suasana yang semakin ramai. Farhan menata makanan yang dibawanya, lalu mulai membantu Bastian memanggang daging dan sosis di atas pemanggang portabel.

Malam pun kian hangat. Aroma panggangan memenuhi udara. Jagung, daging, dan sosis mulai mengeluarkan suara desis yang menggoda. Mereka berempat duduk melingkar di atas tikar, bertukar cerita tentang pekerjaan, kampus, dan kenangan lucu masa kecil. Tawa pecah hampir setiap menit.

Namun, tak jauh dari sana—di balik gerbang besi rumah Niken—seorang pria berdiri mengamati dengan mata yang gelap. Damar. Mantan suami Niken. Wajahnya tegang, rahangnya mengeras.

Pemandangan di hadapannya bagaikan tamparan.

Niken tertawa. Bebas. Bahagia. Matanya berbinar, bahkan kulitnya terlihat lebih berseri. Dulu, saat masih bersamanya, Niken jarang sekali tertawa seperti itu. Tawa yang lepas dan penuh.

Pantas saja Tania—istri barunya—selalu iri pada Niken. Tapi bukan rasa iri itu yang menyayat hati Damar. Yang paling membuatnya benci adalah kenyataan bahwa Niken ternyata bisa bahagia... tanpa dirinya.

“Kenapa... dulu dia tak pernah tertawa seperti itu denganku?” gumam Damar pelan, suaranya nyaris patah diterpa angin malam.

Malam Minggu itu tak hanya membawa aroma BBQ dan candaan hangat di halaman rumah. Ia juga membawa penyesalan yang menyesakkan di dada seseorang yang pernah memegang hati Niken—dan kini hanya bisa menyaksikannya dari kejauhan.

Usai makan dan membereskan sisa-sisa BBQ, Fayola berdiri sambil merenggangkan badan. “Aku ngantuk, pindah ke dalam, ya. Ayo, Han,” ajaknya sambil menggamit tangan Farhan. Lelaki itu menurut saja, membawakan piring-piring kotor ke dapur.

Niken tahu betul, Fayola bukan mengantuk. Ia sengaja memberi ruang. Memberi kesempatan bagi Bastian untuk bicara empat mata dengannya.

Kini tinggal mereka berdua di halaman. Malam terasa hangat meski angin berembus lembut. Bintang-bintang bertaburan di langit, seolah tahu ada sesuatu yang ingin diungkapkan.

Bastian menoleh pelan ke arah Niken. “Niken…” Suaranya terdengar hati-hati. “Aku serius ingin mendekatimu. Boleh kan?”

Niken tersenyum kecil, menatap langit sejenak sebelum menoleh. “Boleh. Wanita keras kepala sekalipun akan luluh kalau terus didekati dengan cara manis oleh pria sepertimu.”

Wajah Bastian langsung berbinar. “Terima kasih, Niken.” Ia berhenti sebentar, lalu melanjutkan, “Perlu kau tahu… aku cuma bersikap manis seperti ini padamu seorang.”

Perkataan itu membuat jantung Niken berdetak tak beraturan. Ada sesuatu yang berdesir dalam hatinya, hangat dan menggelitik. Ia tak pernah menyangka, malam yang sederhana ini bisa terasa begitu dalam.

Bintang-bintang seolah lebih terang malam itu. Dan di bawahnya, dua hati perlahan mulai menyatu—dalam diam, dalam debar, dan dalam harapan yang baru.

Bersambung....

Hallo, terimakasih sudah berkenan mampir. jangan lupa berikan like lepas membaca sebagai bentuk dukungan untuk author dan karya ini. Harap baca berurutan jangan lompat bab ya!🙏🙏

1
Rahmawati
wow maskawin nya gk kaleng-kaleng, semoga dilancarkan sampai hari pernikahan
partini
mas kawin boleh apa aja yg utama itu loh yg di bawah kalau ga ada mah aneh 😂😂😂
🌺🏵️YoungLady🏵️🌺
🥰🥰🥰
Rahmawati
Tania jg diperalat neneknya
Rahmawati
bagus ceritanya
Rahmawati
baru dua hari loh pacarannya, udah di lamar aja
Rahmawati
semoga ortu Bastian berubah pikiran dan menerima niken sbg calon mantu
Rahmawati
td salah ketik nama, yg ngobrol dengan Bastian masak Tania thor
🌺🏵️YoungLady🏵️🌺: terimakasih atas koreksinya. author keder, sudah di revisi ya😂🙏😘
total 1 replies
Rahmawati
Bastian pasti ada rasa nih sm niken makanya mau bantu niken
Rahmawati
ini nih tipe perempuannya yg gk mau dia ajak berjuang, maunya langsung sukses
Rahmawati
jgn ke pede an km damar,, gk mgkin niken ngemis minta rujuk sm km
Daneen
Semangat Thomas
Azizah Hazli
Luar biasa
🌺🏵️YoungLady🏵️🌺
terimakasih🙏
Rahmawati
km masih muda Tania seharusnya km bisa bekerja keras agar gk hidup susah
Rahmawati
ternyata damar cuma numpang dirumah niken
Rahmawati
aku mampir Thor
Daneen
Kapok lu damar
Uba Muhammad Al-varo
bagus
Vien Habib
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!