Kenneth memutuskan untuk mengasuh Keyra ketika gadis kecil itu ditinggal wafat ayahnya.
Seiring waktu, Keyra pun tumbuh dewasa, kebersamaannya dengan Kenneth ternyata memiliki arti yang special bagi Keyra dewasa.
Kenneth sang duda mapan itupun menyayangi Keyra dengan sepenuh hatinya.
Yuk simak perjalanan romantis mereka🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YuKa Fortuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 1. Alasan Untuk Tinggal
Udara pagi Jagakarta terasa lembap, meski matahari belum benar-benar menampakkan diri. Dari balik kaca bandara internasional, Kenneth Cedric Miles menarik napas panjang.
Ia baru saja menempuh perjalanan dua belas jam dari London, dan jujur saja, ia sudah nyaris menyerah sejak di imigrasi, panjangnya antrean, suara berisik, dan aroma khas kopi sachet di mana-mana.
Namun, ada hal yang membuatnya tetap tersenyum, Jacob Oetama, saudara angkatnya yang sudah seperti keluarga sendiri.
Ken tersenyum kecil.
“Jagakarta... well, let’s see what kind of trouble you bring me this time.”
Ia melangkah ke luar, mengenakan kemeja putih dengan kancing bagian atas terbuka, celana panjang krem, dan jaket kulit cokelat yang membuatnya tampak seperti aktor film lama. Rambutnya sedikit berantakan, tapi aura elegan dan karismatiknya sulit diabaikan.
Beberapa perempuan yang lewat bahkan sempat menoleh dua_tiga kali.
.
Di parkiran bandara, seorang sopir tua memanggil pelan,
“Tuan Kenneth Miles?”
Ken mengangguk sopan. “Yes. You must be Pak Rahmat?”
“Iya, betul, Pak. Saya sopirnya Pak Jacob. Maaf, kabar buruk ini belum sempat kami sampaikan pada anda… Pak Jacob... beliau meninggal dunia tadi pagi.”
Waktu seolah berhenti.
Ken mengerutkan alis, “I’m sorry… what did you just say?” ia tak percaya atas apa yang ia dengar.
“Beliau… meninggal di rumah sakit subuh tadi. Serangan jantung. Kami… kami semua kaget, Pak.”
Kenneth tak langsung bicara. Tangannya mengepal, matanya menatap kosong ke kejauhan.
Baru beberapa jam lalu ia mengirim pesan pada Jacob,
“I’m landing this morning, can’t wait to see you and little Keyra.”
“Jacob... kenapa memberi ku kejutan yang pahit. Aku datang untuk merayakan hari denganmu."
Tanpa sadar Ken meneteskan airmata.
**
Rumah keluarga Oetama di kawasan Banteng terasa sunyi saat Kenneth tiba. Di ruang tamu, karangan bunga sudah menumpuk, aroma melati bercampur sedih. Di salah satu sudut, seorang gadis kecil duduk memeluk boneka kelinci lusuh.
Keyra Oetama, sepuluh tahun.
Rambutnya dikuncir dua, matanya sembab, pipinya basah oleh air mata. Ia menatap Kenneth penuh bingung ketika pria itu mendekat.
“Om Ken?”
Ken tersenyum tipis, berlutut di hadapan gadis kecil itu. “Hey... you remember me?”
Keyra mengangguk pelan, “Papa sering tunjukin foto Om. Katanya Om tinggal jauh banget, di negeri yang saljunya tebal.”
Ken menahan perih di dada, “Yeah… that’s right. London. Cold, gray, and boring. Not as warm as here.”
"Om mengerti bahasaku?" Tanya Keyra.
"Aku mengerti semua bahasa keluarga. Jangan takut, sayang." Ken mengusap kepala Keyra.
Kayla menggigit bibir, menunduk.
“Papa nggak bangun-bangun, Om…”
“I know, sweetheart.” ucap Ken Pelan.
Ia merengkuh gadis kecil itu ke pelukannya.
“Papa kamu orang hebat, Keyra. Dan dia sayang banget sama kamu.”
Keyra terisak di dadanya, dan untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun menjadi pria yang dingin, Kenneth merasa hancur di dalam.
***
Malamnya, setelah upacara pemakaman selesai, Kenneth duduk sendirian di beranda. Jagakarta yang bising terasa jauh dari dunia yang ia kenal.
Sementara itu, Keyra sudah tertidur di sofa, memeluk kelinci kecilnya.
Ken berbicara pelan, seperti ke udara, “You left me with this, Jacob… a little girl, and trying me on how to be a daddy.”
Ia menatap ke arah langit, mengingat masa lalu, istrinya yang meninggal dua tahun lalu dalam kecelakaan, dan keputusannya untuk tidak punya anak karena rasa takut kehilangan.
Namun kini, nasib seperti bercanda.
“Mungkin ini adalah caramu untuk membuatku menjadi hidup kembali.” gumam Ken.
Pak Rahmat datang membawa teh hangat.
“Pak Ken, anak itu sendirian sekarang. Tidak ada keluarga dekat. Ibunya meninggal saat dia bayi.”
Ken menatap cangkirnya, “So there’s no one else?”
“Tidak ada lagi, Pak. Kalau boleh saya jujur… dia butuh seseorang yang bisa dia panggil ayah.”
Hening beberapa detik.
Lalu Kenneth menatap Kayla yang tidur dengan wajah damai.
“Then I’ll stay. Aku yang akan merawatnya.” ucap Ken.
“Bapak serius?”
Ken tersenyum tipis, suara lembut tapi tegas, “Jacob adalah saudaraku. Dia sudah seperti kakakku. Apa salahnya aku mengambil tanggungjawab ini. Aku menganggap Keyra seperti anakku.”
***
Keesokan harinya, suasana rumah mulai berubah sedikit. Kenneth mencoba menyiapkan sarapan, meski dapur lebih berantakan daripada hasilnya.
Keyra muncul dengan piyama bergambar unicorn, rambut acak-acakan.
“Om, roti itu gosong...” seru Keyra, protes.
Ken melirik panik, “It’s… uh, extra crispy. British style.” Ken berdalih.
Keyra tertawa kecil, “Papa bilang, Om nggak bisa masak ya?” kenangnya, Jacob sering bercerita tentang Ken sebelumnya.
“He said that? Traitor.” keluh Ken.
“Traitor itu apa?” Keyra meskipun bisa berbahasa Inggris tapi ia masih asing dengan kata itu.
“Hmm… itu orang yang suka ngadu.” ungkap Ken.
Keyra menahan tawa, “Keyra nggak ngadu, kok.”
“Good girl.”
Mereka sarapan seadanya, roti gosong, telur orak-arik, dan susu yang hampir tumpah. Tapi tawa kecil di meja makan pagi itu terasa seperti titik balik. Ken sengaja mengambilalih tugas ART demi menyenangkan hati si kecil.
Kenneth tak tahu apa yang menantinya di negeri ini, tetapi untuk pertama kalinya dalam waktu lama, ia merasa punya alasan untuk bertahan dalam suatu keadaan.
***
Sudah tiga minggu Ken tinggal di Jagakarta, dan sejauh ini, hal paling berat baginya bukanlah panas terik matahari yang membuat kulitnya kemerahan atau lalu lintas yang tak berkesudahan,
melainkan menerjemahkan bahasa tukang sayur yang datang tiap pagi.
Hari itu, ia berdiri di depan pagar rumah sambil memakai kaus abu-abu polos dan celana pendek longgar, rambut masih acak-acakan, dan di tangan kanan, ia memegang cangkir kopi hitam yang nyaris tumpah.
Dari kejauhan terdengar suara nyaring,
“Sayuuur~ sayuuur~ wortel, kol, tempe, tahu, tomat, cabe rawit…!”
Ken berusaha terlihat tenang meski wajahnya bingung.
Ken berbisik pada dirinya sendiri, “Okay… this is it, Ken. Waktunya menguasai isi kereta sayur.”
Tukang sayur berhenti di depan rumah.
“Mau beli, Mister?”
Ken tersenyum kaku, “Uh… yes. I want… sayur.”
“Sayurnya apa, Mister?”
“Yes.”
Mereka saling memandang canggung. Tukang sayur mengernyit, Kenneth bingung.
Untung saja, Bu Ruby, tetangga sebelah yang baru mengenal Kenneth seminggu lalu, datang menyelamatkan situasi.
“Lho, Mister Kennek, ini mau masak apa? Biar saya bantu belanjain sekalian.”
Ken tertawa kikuk, “Maaf, Bu. Nama saya Kenneth, bukan Kennek.” protes Ken.
“Hahaha! Ya ampun, Bule satu ini lucu banget. Udah kayak orang kampung kami aja.” Bu Ruby tertawa keras.
"Ayolah, Bu. Katanya mau membantu. Aku mau masak sayur asam dan tempe tofu bacem favorit Keyra."
Akhirnya, dengan bantuan Bu Ruby, Kenneth berhasil membeli bahan untuk memasak makanan kesukaan Keyra.
Ia bahkan belajar menyebutnya satu per satu.
“Tahu… bukan tofu, yes?”
“Betul! Tahu, kalo tofu mah mahasa mister."
“Hmm, tahu… tasty little cube of happiness.”
Bu Ruby hanya tertawa sambil menggeleng.
Sejak saat itu, gosip tentang “bule ganteng yang suka beli tahu tempe sendiri” pun menyebar cepat di komplek itu.
Di sisi lain, Keyra, atau lengkapnya Keyra Kinka Oetama, sudah mulai bersekolah lagi.
Kenneth setiap pagi mengantarnya dengan mobil hitam milik almarhum Jacob.
Ia memakai kemeja rapi dan kacamata hitam, seperti bodyguard selebriti, sementara Keyra di kursi belakang memakan roti isi cokelat.
“Om, nanti jemput jam berapa?”
“Hmm… after you finish your school magic.”
Keyra tertawa kecil, “It’s not magic, it’s math.”
“Exactly. That’s why I call it magic.”
Mereka berhenti di depan gerbang sekolah. Sejumlah orang tua menatap penasaran, sebagian berbisik, sebagian tersenyum malu-malu.
Wajah bule setampan Kenneth dengan aura kalemnya memang sulit untuk tidak menarik perhatian.
Ibu murid 1 berbisik, “Itu siapa ya? Bule-nya siapa?”
Ibu murid 2, “Katanya om-nya Keyra. Tapi kok kayak aktor film Netflix, ya?”
Kenneth pura-pura tidak mendengar, hanya melambai pada Keyra.
“Go on, little star. Be good, okay?”
“Okay, Om. Don’t forget to eat lunch! Biar gak sakit.”
“Yes, ma’am.” guraunya karena Keyra kecil-kecil tapi cerewet seperti seorang nyonya.
Ketika mobilnya melaju pelan meninggalkan sekolah, senyum kecil muncul di wajah Kenneth.
Entah sejak kapan, rutinitas sederhana ini terasa menyenangkan.
.
Sore harinya, ia berkeliling komplek. Anak-anak kecil bersepeda, para ibu duduk di teras sambil mengupas bawang, dan suara adzan magrib mulai terdengar dari kejauhan.
Kenneth berdiri di depan pagar, menatap pemandangan itu dengan kagum.
Ken berucap pelan, “There’s something… peaceful about this chaos.”
Pak Rahmat mendekat, “Bapak sudah mulai terbiasa, ya?”
Ken mengangguk, “A bit. I still don’t understand why traffic lights are only… suggestions.”
Pak Rahmat tertawa keras, “Hahaha! Ya, di sini begitu, Tuan. Lampu merah itu hanya… dekorasi jalan. Bukan untuk dipatuhi.”
“Good to know.” sahut Ken.
Mereka tertawa bersama.
Di seberang jalan, Bu Ruby melambaikan tangan sambil membawa piring berisi gado-gado.
“Mister Kennek! Nih, cobain masakan saya! Gado-gado terlezat se-Banteng!”
Ken tersenyum lebar, “Thank you, Bu Ruby! Anda baik sekali.b”
“Halah, dikit aja. Biar nggak makan roti terus. Lidahnya nanti terbiasa sama makanan lokal.”
Kenneth menatap piring itu, mencium aroma bumbu kacang yang khas.
"Aromanya seperti siomay yang dibelikan oleh pak Rahmat."
"Ya, Mister. Mereka memang masih kembaran beda rahim." Canda Bu Ruby.
Kenneth yang tak begitu faham hanya tersenyum tipis.
Ia duduk di beranda, makan pelan-pelan sambil menatap langit senja.
Dari kamar, Keyra bersenandung lagu anak-anak, suaranya lembut dan menenangkan.
Untuk pertama kalinya sejak lama, rumah itu hidup lagi.
Ken bermonolog pelan, “Mungkin ini bukan hanya kenyamanan sementara… Maybe this is home.” gumamnya dengan perasaan suka cita.
.
YuKa/ 191125
keburu Keyra digondol Rafael😏
gitu aja terus Ken. sampe Keyra berhenti mengharapkanmu, baru tau rasa kamu. klo suka bilang aja suka gitu loh Ken. sat set jadi cowok. hati udah merasakan cemburu, masih aja nyangkal dengan alasan, kamu tanggung jawabku😭😭😭