Panglima perang Lei Guiying menyusun rencana menyusup menjadi pengantin wanita agar dapat melumpuhkan musuhnya. Namun siapa sangka aliansi pernikahan yang seharusnya menuju negara Menghua. Justru tertukar dan harus menikah di negara Dingxi sebagai Nona Muda pertama dari kediaman Menteri yang ada di negara Menghua.
Lei Guiying menikah menjadi selir pangeran kesembilan. Begitu banyak intrik dan sekema besar terus terikat. Membuat gadis itu harus terus bertahan menjadi seorang pengantin aliansi dari negara lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bajingan yang sulit di singkirkan
Lei Guiying menekan emosinya dengan pedang masih ada di genggaman tangannya. Dia duduk di tempat tidur menatap penuh amarah. Tapi pria muda yang ada di kursi ruangan tengah kamar terlihat sangat santai. Dia menuangkan teh hangat kedalam cangkir kosong. Meminumnya perlahan dengan sesekali melirik kearah gadis muda penuh kekesalan.
"Pangeran kesembilan, kamu sendiri yang menyuruhku untuk menjaga jarak. Tapi sekarang kesepakatan belum genap satu bulan sudah kamu langgar dengan mudah. Benar-benar tidak masuk akal. Bajingan..." Lei Guiying menatap tajam.
Tawa kecil terdengar, "Apa kamu lupa? Aku juga seorang pria yang memiliki hasrat. Interaksi antara lawan jenis tentu akan sulit untuk tidak memikirkan hal lain." Kedua matanya itu sudah mirip bajingan yang ingin menodai seorang gadis suci.
"Sial." Amarah yang di tekan meledak kembali. Gadis itu menyerang semakin brutal.
Tereenggg...
Shui Long Yin menghindari setiap serangan yang di tujukan kearah dirinya. Dia merasa kualahan dengan kekuatan istrinya yang terlihat seperti ingin menghabisi nyawanya di hari itu juga. Namun tanpa ia sadari hatinya menjadi sangat nyaman juga santai.
Perkelahian berlanjut hingga dua jam lamanya. Suara barang yang pecah dan terbelah juga semakin banyak. Di waktu siang hari Lei Guiying memilih tidur di kamar pelayannya untuk mengistirahatkan tubuhnya. Gadis itu masih terlalu malas berhadapan dengan suaminya. Sore harinya gadis itu bangun dari tidurnya lalu mandi. Setelah selesai dia duduk di kursi depan meja rias yang ada di samping kanan ruangan. Pelayan Zue er menata rambut yang masih tergerai bebas dan basah.
"Selir Li, saya kira setelah tadi pagi. Anda dan pangeran kesembilan akan semakin mempererat hubungan," ujar pelayan Zue er dengan malu-malu.
Lei Guiying melihat wajah pelayannya dari pantulan kaca di depannya. "Zue er, perkelahian kita bukan karena itu. Tapi, ahhh... aku tidak bisa menjelaskannya." Gadis itu sudah tidak memiliki tenaga untuk menjelaskan lebih rinci.
"Saya mengerti anda masih malu. Namun kedudukan anda di kediaman pangeran kesembilan akan semakin kuat. Di saat anda memiliki buah hati," ujar pelayan Zue er sembari merapikan tatanan rambut Selir Li. "Saya mendengar kabar jika dalam waktu beberapa bulan setelah pernikahan. Kediaman pangeran masih tidak ada kabar gembira tentang kehamilan. Pihak istana akan mengirimkan gadis muda untuk menjadi selir kedua. Selir Li, jika pangeran kesembilan lebih menyayangi selir keduanya. Kehidupan anda akan semakin sulit."
Lei Guiying mengerti mengapa pelayannya mengatakan semua hal itu. Mungkin bagi pelayan Zue er. Dia adalah Selir pangeran yang harus segera memiliki keturunan untuk memperkuat kedudukan. Jika tidak kehidupan pernikahan hanya akan menjadi sebuah bencana untuk seorang gadis muda. Sekalipun kehidupan mereka penuh kemewahan. "Aku mengerti."
Pelayan Zue er tersenyum senang mendengar jawaban dari Selir Li. "Selir Li, rambut panjang anda sudah rapi. Saya akan menyiapkan makan malam."
Lei Guiying mengangguk mengerti.
Tidak selang lama setelah pelayannya pergi keluar. Suara ketukan pintu kamar terdengar. Gadis itu membuka pintu kamar, "Ada apa?" Menatap malas kearah suaminya.
"Bersiaplah kita akan menghadiri pesta pernikahan," ujar Shui Long Yin santai. Dia menyandarkan tubuhnya di pinggiran pintu. "Ingat, kita sudah menikah. Jangan berpikir bisa bermain dengan pria lain. Atau aku akan bertindak lebih jauh." Mengulurkan tangannya. "Pedang ku masih belum kamu kembalikan."
"Dasar bajingan."
Bbrakakk...
Pintu di tutup kuat. Saat di buka kembali,
Praanggg...
Pendang di lempar dari dalam ruangan kamar. Setelahnya pintu di tutup kembali.
"Dia menjadi cukup menarik di saat marah." Gumam Shui Long Yin dengan senyuman sembari mengambil pedang di lantai.
Pengawal pribadinya Yu Ji mendekat, "Tuan muda, semua sudah siap."
"Tunggu sebentar lagi. Setelah istriku siap kita berangkat." Shui Long Yin berjalan turun di ikuti pengawalnya.
"Baik."
Tidak butuh waktu lama, Lei Guiying turun ke lantai bawah dan makan malam bersama suaminya. Baru perjalanan di mulai kembali menuju ke salah satu kediaman mewah yang tengah digunakan untuk melangsungkan pesta pernikahan.
"Tunggu." Lei Guiying menahan tangan suaminya. "Jika kita datang bukankah identitas mu akan langsung terungkap?"
Shui Long Yin memberikan surat undangan pernikahan yang ada di balik lipatan bajunya. Setelah undang di terima istrinya, dia berkata. "Kita hanya bisa menjadi tamu dari pihak wanita. Saudara jauh tanpa pernah bertemu. Jadi tidak akan ada orang yang tahu identitas kita. Walikota Rong juga tidak tahu bagaimana wajah pangeran kesembilan."
"Kamu yakin Walikota tidak tahu bagaimana wajah mu sebagai pangeran kesembilan?" Gadis itu masih ragu.
"Sejak usia dua belas tahun aku selalu pergi berperang. Dan baru saja kembali dari perbatasan sejak satu tahun terakhir. Dapat di pastikan dia tidak akan tahu siapa aku." Shui Long Yin meyakinkan istrinya. Dia menarik tangan istrinya agar segera turun dari dalam kereta.
Di luar kediaman penjagaan terlihat sangat ketat. Orang-orang yang akan menghadiri pesta pernikahan juga sudah berjejer rapi menunggu antrian. Setelah menunggu cukup lama pada akhirnya mereka berdua dapat masuk ke dalam kediaman. Hiasan berwarna merah memenuhi bagian luar dan bagian kediaman. Halaman luas yang di peruntukkan untuk menyambut tamu undangan. Juga telah di tata sangat rapi dengan bangku dan meja. Berbagai macam makanan juga buah-buahan tertata rapi di setiap meja tamu.
Walikota bersama istrinya terus menyambut kedatangan tamu yang terlihat tanpa ada habisnya. Acara sakral pernikahan telah di langsungkan kemarin malam. Dan hari ini adalah waktu yang telah di tentukan untuk pesta pernikahan.
Lei Guiying terkadang juga menyapa beberapa nyonya bangsawan lainnya. Hanya sekedar formalitas saja. Setelahnya dia duduk di kursi bagian tengah bersama suaminya. Pesta berlangsung sangat meriah. Apa lagi di saat seorang pria muda dengan jubah putih berjalan menuju keatas podium khusus di bagian ujung halaman. Dengan alat musik Guqin/Qin di tangannya. Pria muda itu berjalan tenang dan terlihat sangat anggun. Wajah tampannya menambah nilai tambah yang menjadikan banyak gadis bangsawan atau para nyonya bangsawan semakin bersemangat.
Suara musik di alunkan perlahan dengan sangat indah. Jari jemari yang sangat lentik itu memetik setiap senar dengan penuh penghayatan.
Tatapan Shui Long Yin menjadi dingin di saat dia melihat kearah istrinya. Dia meraih wajah lembut di sampingnya. Mencengkram tanpa tekanan yang berarti. Kedua mata mereka saling bertemu, "Apa yang kamu lihat?"
Lei Guiying mengerutkan keningnya. "Tentu saja melihat pria yang sedang memainkan musik di sana. Dia memainkannya dengan sangat indah."
Mendegar itu Shui Long Yin mendekatkan wajahnya. "Setelah ini aku ingin tahu. Apa kamu masih bisa menganggap permainan asal itu indah atau sebaliknya." Dia melepaskan cengkeramannya lalu bangkit dari tempat duduknya. Pria muda itu melangkah tenang menuju ke podium. Entah apa yang dia katakan kepada pemain di atas podium itu. Yang pasti musik langsung berhenti.
Pria muda dengan jubah putih itu bangkit memberikan tempatnya.
Kedua pandangan mata Shui Long Yin terus tertuju pada istrinya. Saat jari jemarinya memetik senar memainkan satu lagu. Semua orang langsung terdiam mendengarkan dengan penuh penghayatan. Setiap petikan dari senar terasa sangat luar biasa.
Senyuman indah mengembang di kedua sisi bibir Lei Guiying. Gadis itu terlihat semakin cantik dengan tatapan kehangatan yang ia tujukan kepada suaminya di atas podium.