NovelToon NovelToon
Sang Raja Asura

Sang Raja Asura

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Kelahiran kembali menjadi kuat / Budidaya dan Peningkatan / Perperangan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Penyelamat
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: Anonim

Bercerita seorang yang dahulu di beri julukan sebagai Dewa Pengetahuan dimana di suatu saat dirinya dihianati oleh muridnya dan akhirnya harus berinkarnasi, ini merupakan cerita perjalanan Feng Nan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anonim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 19:Tiba Di Kota Xing

Empat hari perjalanan tanpa henti melewati lembah, hutan lebat, dan jalur sunyi yang tak tercatat di peta membuat tubuh mereka letih, namun mata Feng Nan tak pernah kehilangan ketajamannya. Selama empat malam itu, ia tidak benar-benar tidur. Bukan karena tidak mampu, tapi karena hatinya tak mengizinkan. Dunia terlalu diam. Terlalu sepi. Dan dari pengalaman, ia tahu, diamnya dunia adalah pertanda badai akan datang.

Liu Shi, meskipun tak mengeluh, tampak semakin sering melirik ke arah Feng Nan seolah ingin berkata sesuatu tapi menahannya. Luka emosional dari pertarungan di lembah masih membekas. Ia belum sepenuhnya mengerti siapa pria yang kini ia ikuti, namun ia tahu satu hal: Feng Nan bukan orang biasa.

Langit sore mulai berubah warna saat garis datar cakrawala menampilkan benteng tinggi dan menara pengawas dari batu abu-abu kebiruan. Di depan mereka, terbentang gerbang kota megah yang menandai perbatasan Kekaisaran Yue—Kota Xing.

“Ini kota terakhir sebelum kita masuk lebih dalam ke wilayah Kekaisaran,” ujar Feng Nan pelan, suara seraknya terdengar lirih karena lama tak bicara.

Liu Shi mengangguk pelan. Langkahnya tertatih tapi tekadnya tak gentar.

Kota Xing, meski bukan ibu kota, adalah salah satu kota perbatasan terbesar. Letaknya yang strategis membuatnya ramai oleh pedagang dari dua kerajaan, prajurit bayaran, serta mata-mata berkedok pelancong. Aroma rempah dari pasar, campuran bau keringat dan logam dari prajurit, serta hiruk pikuk suara tawar-menawar memenuhi udara kota.

Mereka berjalan ke gerbang utama, dan Feng Nan tanpa ragu mengeluarkan dua koin perak tua yang sudah kehilangan sebagian ukirannya. Penjaga gerbang, yang awalnya curiga, segera membungkuk hormat ketika melihat lambang samar yang terukir di sisi baju Liu Shi.

“Silakan masuk, Tuan dan nona,” ucapnya tergesa, bahkan memanggil dua orang untuk membukakan jalan lebih lebar.

Liu Shi sempat melirik Feng Nan dan Feng Nan segera berjalan masuk kedalam kota Xing dan tepat memasukinya dia melihat keramaian diama-mana.

Setelah hampir satu jam berkeliling, melewati gang sempit dan jalan utama yang dipenuhi lampu lentera, akhirnya mereka tiba di sebuah bangunan tiga lantai dengan atap putih melengkung dan ukiran bangau di setiap tiangnya.

Penginapan Bangau Putih.

Dari luar, tempat itu tampak damai dan elegan. Tapi ketika mereka membuka pintu utama, suara gaduh langsung menyeruak—tertawa, permainan dadu, suara minuman dituangkan ke gelas, dan teriakan pelayan.

Feng Nan tak mengubah ekspresi. Ia berjalan lurus ke meja resepsionis, bahkan tanpa menoleh ke kiri atau kanan. Liu Shi mengikutinya, tubuhnya kaku, langkahnya pelan.

“Dua kamar,” ucap Feng Nan singkat.

Resepsionis, seorang wanita paruh baya dengan rambut disanggul rapi, melihat ke daftar yang ada di mejanya lalu menggeleng pelan.

“Maaf, Tuan. Kamar tinggal satu. Kami sedang penuh karena sebentar lagi akan di adakan pelelangan. Bahkan kasur tambahan pun hampir habis...”

Feng Nan hanya mengangguk ringan. Namun sebelum ia bisa mengatakan sesuatu, terdengar suara keras—Clak!

Sekantong besar koin dilempar ke meja.

“Aku akan ambil kamar itu,” ucap seseorang dengan nada sinis.

Feng Nan menoleh. Seorang pemuda berdiri dengan dagu terangkat, mengenakan jubah biru tua dengan bordiran naga kecil di dada. Wajahnya tampan, namun ada sesuatu yang menyebalkan dalam tatapannya. Seolah dunia ini miliknya.

“Kalau kau ingin tidur, carilah penginapan lain,” lanjutnya dengan senyum tipis mengejek.

Liu Shi menatap marah. “Kau datang terlambat, kami yang duluan!”

Pemuda itu tertawa ringan. “Oh, gadis ini bisa bicara juga rupanya.”

Tangan pemuda itu terangkat hendak menampar Liu Shi—gerakan cepat, kasar, dan tanpa peringatan.

Namun, sebelum tangan itu sempat menyentuh pipinya, cengkeraman kuat menghentikannya di udara.

Feng Nan memegang pergelangan tangan pemuda itu dengan satu tangan saja. Matanya tetap tenang, nyaris datar, namun ada sesuatu dalam tatapannya—sebuah tekanan tak terlihat, seperti kedalaman laut sebelum badai datang.

Pemuda itu terkejut. Ia mencoba menarik tangannya, namun sia-sia. “Kau... kau tahu siapa aku?! Aku dari keluarga Hua! Putra ketiga Tuan Besar Hua Xiong!”

Suasana penginapan langsung berubah sunyi. Beberapa orang berhenti makan, pelayan berhenti menuang arak, bahkan seorang musisi berhenti memetik guzheng.

Seorang pria paruh baya dengan pakaian manajer datang terburu-buru. “Ada apa ini?!”

Pelayan cepat-cepat menjelaskan, dan saat mendengar nama “Keluarga Hua,” wajah sang manajer langsung berubah pucat.

Ia menoleh ke arah Feng Nan. “Tuan... maaf, sebaiknya... anda mencari penginapan lain. Kami tidak ingin ada masalah...”

Liu Shi melangkah maju. “Kita yang lebih dulu di sini! Ini tidak adil!”

Namun Feng Nan hanya menahan pundaknya. Ia menatap sang manajer, lalu pria sombong itu... dan kemudian berbalik, berjalan perlahan ke arah pintu tanpa sepatah kata pun.

Mereka mengira ia menyerah.

Namun sesaat sebelum keluar dari pintu utama, Feng Nan berhenti. Ia mengangkat tangan kirinya. Sekejap kemudian, cincin ruang di jari itu menyala samar.

Zing!

Sebuah pedang panjang muncul, lalu dengan satu gerakan ringan namun sangat presisi—ia mengayunkannya ke atas.

Craaaaaash!

Atap bangunan itu terbelah seperti kulit buah semangka. Genting-genting berjatuhan, tiang-tiang retak, dan seluruh penginapan kini berdiri... tanpa atap.

Semua orang membeku. Termasuk pemuda dari keluarga Hua, yang kini wajahnya pucat pasi.

Feng Nan hanya menyarungkan pedangnya perlahan, lalu berbalik. “Kau bisa ambil kamarnya,” ujarnya dingin. “Tapi kau harus tidur di bawah bintang malam ini.”

Liu Shi menutup mulutnya menahan senyum. Ia mengikuti Feng Nan keluar dari penginapan tanpa berkata apa pun, tapi di dalam hatinya... ia mulai merasakan sesuatu yang tak pernah ia rasakan sebelumnya—rasa aman.

Dan juga... kekaguman yang perlahan tumbuh.

Di luar, angin malam meniup halus rambut Liu Shi. Mereka berjalan kembali ke arah jalan utama, dan kali ini mereka tak perlu lama untuk menemukan tempat baru. Sebuah penginapan kecil namun bersih dan sepi—Penginapan Teratai Hitam.

Feng Nan menyewa dua kamar kecil yang bersebelahan. Ia tidak bicara banyak, hanya meminta air panas dan bubur hangat untuk Liu Shi sebelum mereka berpisah untuk malam itu.

Saat Liu Shi berbaring di ranjang kayu keras tapi bersih, pikirannya tak bisa tenang. Ia memandangi langit-langit, lalu bergumam pelan.

“Siapa kau sebenarnya... Feng Nan?”

1
Saipul Bachri
lanjutkan terus Thor
Rinaldi Sigar
lanjut
Ibad Moulay
Lonceng Besar
Ibad Moulay
Lanjutkan 🔥🔥🔥🔥
Rinaldi Sigar
lanjut
Ibad Moulay
Lelang
Ibad Moulay
Lanjutkan 🔥🔥🔥🔥
Rinaldi Sigar
lanjut thor
Abi
up
Abi
Biasa
Abi
Kecewa
Ibad Moulay
Uraaa 🔥🔥🔥
Ibad Moulay
Lanjutkan 🔥🔥🔥🔥
Ibad Moulay
Uraaa 🐎🐎🐎🐎
Ibad Moulay
Lanjutkan 🔥🔥🔥🔥
Ibad Moulay
Uraaa 🐎🐎🐎🐎
Ibad Moulay
Lanjutkan 🔥🔥🔥🔥
Ibad Moulay
Uraaa 🐎🐎🐎
Ibad Moulay
Lanjutkan 🔥🔥🔥🔥
Ibad Moulay
Uraa 🐎🐎🐎
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!