Sang Raja Asura
Di sebuah aula megah berwarna merah darah, atmosfer tegang terasa begitu pekat. Enam sosok berdiri saling berhadapan, memancarkan aura yang menandakan kekuatan luar biasa. Di sudut ruangan, seorang pria tua dengan wajah lelah terduduk, tubuhnya terguncang oleh batuk yang tak kunjung reda.
Di hadapannya, seorang pemuda tampan berjubah hitam berdiri tegak. Mata pemuda itu penuh amarah, namun keteguhan terpancar jelas dari sorotannya. Di sisi lain aula, empat sosok berdiri dengan sikap arogan, dua pria berjubah emas dan putih, serta dua wanita berjubah hijau dan merah.
“Kau bajingan, Ji Duan! Mengapa kau masih saja melindungi tua bangka itu?” seru pria berjubah emas dengan nada mengejek. Mata tajamnya menyipit penuh kebencian.
“Kau yang bajingan, Kakak Kedua!” Ji Duan membalas dengan suara tegas. “Hanya demi kekuatan, kau tega meracuni guru kita sendiri!”
Pemuda berjubah emas itu tertawa dingin, nadanya penuh penghinaan. “Hahaha! Adikku yang bodoh... Jika saja guru bukan dari ras rendahan seperti manusia, mungkin ia masih punya harapan. Tapi sayang, ia hanya mampu mencapai Ranah Dewa Alam. Sedangkan kita, kita adalah makhluk yang ditakdirkan untuk menguasai tiga alam ini!”
Amarah Ji Duan memuncak, matanya berkilat tajam. “Kakak Kedua, kau benar-benar picik! Apa kau lupa bagaimana dulu kau memohon dengan lututmu untuk diterima sebagai muridnya?”
“Uhuk... uhuk...” Suara batuk pria tua itu memecah suasana. Ia menoleh lemah ke arah Ji Duan. “Sudah cukup, Ji Duan...”
“Guru!” Ji Duan segera berlutut di dekat pria tua itu, wajahnya penuh kekhawatiran. “Guru, kau baik-baik saja?”
Di sisi lain, wanita berjubah hijau mendengus sambil melipat tangannya. “Ternyata dia masih bertahan. Mengherankan,” katanya dengan nada mencemooh.
Ji Duan bangkit perlahan. Tubuhnya memancarkan aura merah pekat yang mendominasi ruangan. Meskipun aura itu memancarkan tekanan luar biasa kepada musuh-musuhnya, pria tua itu justru merasakan kehangatan yang menenangkan.
“Ini... garis keturunan Asura terakhir,” bisik wanita berjubah merah dengan mata membelalak, nadanya penuh ketakutan.
Pemuda berjubah putih tersenyum dingin, langkahnya maju dengan percaya diri. “Adikku, kau sangat konyol. Apa kau benar-benar berniat menghancurkan Alam Surgawi hanya untuk melindungi seorang pria tua yang sudah sekarat?”
Ji Duan menghunus dua pedang hitam dari kekosongan. Matanya berkilat tajam. “Kakak Pertama, dulu aku sangat menghormatimu. Tapi sekarang... aku hanya melihat sampah yang lebih baik dimusnahkan.”
Boom!
Aura merah Ji Duan meledak, memaksa keempat lawannya mundur beberapa langkah. Suara berderak memenuhi ruangan saat pilar-pilar besar mulai retak.
“Ini gila! Kekuatan garis keturunan Asura mampu meningkatkan kekuatannya hingga empat ranah sekaligus!” seru pemuda berjubah emas dengan wajah pucat.
Awal Pertarungan
Tanpa membuang waktu, Ji Duan melesat ke arah pemuda berjubah emas. Pedang hitamnya beradu dengan cakar naga yang memancarkan kilauan emas. Dentuman keras terdengar, menciptakan gelombang energi yang mengguncang aula.
“Adik, kau mungkin kuat, tapi kau tetap tidak bisa mengalahkanku!” teriak pemuda berjubah emas sambil melancarkan serangan bertubi-tubi. Namun, Ji Duan dengan sigap menghindar, serangan baliknya menggoreskan luka tipis di lengan lawannya.
Di sisi lain, wanita berjubah hijau melepaskan panah-panah energi hijau yang memburu Ji Duan. Ia mengayunkan pedangnya, menciptakan perisai merah yang menghancurkan semua panah tersebut sebelum mencapai tubuhnya.
“Kau bukan tandingan kami berempat!” seru wanita berjubah merah. Ia menciptakan lingkaran api hitam yang melingkupi Ji Duan. Namun, pemuda itu hanya tersenyum tipis. Dengan satu ayunan pedang, lingkaran api itu terbelah, menghilang menjadi abu.
“Kalian benar-benar lemah,” gumam Ji Duan sambil melangkah maju. “Jika ini adalah kekuatan gabungan kalian, maka aku tidak perlu mengeluarkan seluruh kekuatanku.”
“Sombong sekali!” Pemuda berjubah putih melesat dengan tombak perak di tangannya. Tombak itu memancarkan aura dingin yang membekukan udara di sekitarnya. Ji Duan menangkisnya dengan kedua pedangnya, menciptakan badai energi yang menghancurkan lantai aula.
Peningkatan Kekuatan Ji Duan
Seiring waktu, kekuatan Ji Duan semakin meningkat. Setiap kali ia menerima serangan, tubuhnya menyerap sebagian energi musuh, memperkuat aura merahnya. Hal ini membuat keempat lawannya mulai panik.
“Ini tidak mungkin! Dia semakin kuat setiap kali kita menyerangnya!” teriak wanita berjubah hijau dengan wajah ketakutan.
“Ini adalah warisan garis keturunan Asura. Semakin lama bertarung, semakin kuat dia,” gumam pemuda berjubah putih sambil menggertakkan giginya. “Kita harus menyelesaikan ini sekarang juga!”
Keempatnya saling bertukar pandang, kemudian mulai melafalkan mantra kuno. Energi mereka bergabung, menciptakan formasi besar di tengah aula. Aura dari formasi itu sangat menekan, membuat Ji Duan harus meningkatkan kekuatannya untuk bertahan.
“Formasi Langit Empat Elemen...” bisik pria tua itu dengan wajah pucat. “Ji Duan, kau tidak akan bisa menang melawan itu!”
Namun, Ji Duan hanya tersenyum tipis. “Guru, aku tidak akan mundur. Aku akan melindungi kehormatanmu, apa pun yang terjadi.”
Formasi Langit Empat Elemen meluncurkan serangan dahsyat yang menggabungkan elemen api, air, angin, dan tanah. Ji Duan terdesak, tubuhnya dipenuhi luka, tetapi aura merahnya semakin pekat. Ia mulai melafalkan mantra kuno, simbol merah besar muncul di bawah kakinya.
“Ji Duan, jangan gunakan teknik itu! Kau akan—”
“Guru, ini adalah satu-satunya cara,” jawab Ji Duan dengan suara pelan namun tegas.
Teknik Terlarang
Simbol merah itu mulai menyedot energi dari tubuh Ji Duan, membuatnya semakin lemah. Namun, kekuatan yang dilepaskannya begitu besar hingga menyebabkan retakan di ruang dan waktu.
“Ini gila! Teknik terlarang Asura!” seru pemuda berjubah putih dengan wajah penuh ketakutan.
Boom!
Ledakan besar menghancurkan aula, memancarkan gelombang energi yang menggetarkan seluruh Alam Surgawi. Aura merah itu melahap semua musuh Ji Duan, mengunci mereka dalam pusaran energi yang tak terhindarkan.
Setelah itu, aula sunyi. Tubuh Ji Duan tidak lagi terlihat, hanya simbol merah yang perlahan memudar ke udara. Pria tua itu terduduk, air mata mengalir di wajahnya.
“Ji Duan... kau telah melindungi kehormatan Ras Asura... tapi kau membayar harga yang terlalu mahal,” bisiknya pelan, suaranya penuh kesedihan.
Di luar aula yang hancur, langit Alam Surgawi tampak gelap. Banyak makhluk dari berbagai ras memandang ke arah kehancuran dengan rasa ngeri. Kekuatan garis keturunan Asura terakhir telah menunjukkan bahwa mereka masih menjadi ancaman, meskipun tinggal legenda.
Namun, di suatu tempat jauh dari aula, cahaya merah kecil berdenyut di dalam sebuah kristal. Dalam keheningan, suara lembut bergema. “Garis Keturunan Asura tidak akan berakhir di sini. Takdirmu belum selesai...”
Di alam yang lebih rendah, seorang anak muda dengan mata tajam memandang langit yang mendung. Ia merasakan getaran dari kejauhan, seperti panggilan yang menembus ruang dan waktu. "Aku kembali" gumamnya pelan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Ibad Moulay
Garis Keturunan Asura
2025-04-12
1
Ibad Moulay
Prolog
2025-04-12
1