Kinara seorang gadis tomboy yang baru saja lulus kuliah harus menerima kenyataan jika dirinya di jodohkan dengan seorang Duda yang seharusnya menikah dengan kakaknya, Adisty. Tapi kakaknya menolak dengan alasan harus bekerja di luar kota. Padahal alasan utamanya adalah karena dia mendengar gosip jika calon suaminya seorang Duda dan juga bisu.
Abizar seorang Duda yang akan di jodohkan. Dan dia juga terpaksa menerima perjodohan itu karena tekanan dari kedua orang tuanya. Padahal dia masih menunggu kedatangan dari mantan istrinya yang pergi meninggalkannya sudah lima tahun.
Akankah pernikahan mereka yang tanpa cinta itu bertahan. Akankah ada cinta di antara mereka? Bagaimana jika mantan istri Abizar datang?
Apalagi selain bersaing dengan mantan istri yang masih selalu di hati Abizar, Kinara juga harus bersaing dengan banyak wanita yang datang silih berganti mendekati suaminya.
Mampukah Kinara bertahan ataukah dia menyerah? Ikutin terus yuk ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yam_zhie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8
"Pak, siapa calonnya Adisty?" tanya Gian yang baru saja datang ke rumah Pak Fauzi. Amerika memang tetangga dekat rumah.
"kamu gak tau Gian? yang nikah bukan si Adisty tapi si Kinara. Si Adisty kabur karena tau kalau calon pengantin prianya jelek dan sudah tua." ujar tetangga mereka membuat Gian menganga tak percaya.
"Seriusan Bu?" tanya Gian meyakinkan.
"Udah sana kamu liat aja kedalam. Yang sabar ya, kamu jadi patah hati. Karena si Adisty itu emang keliatannya sengaja membuat Kinara menikah dengan pria jelek seperti itu."ujar ibu-ibu yang lain. Mereka semua merasa kasihan kepada Kinara yang mendapat suami culun dan tua. Dengan langkah berat Gian berjalan masuk kedalam rumah Kinara untuk menyaksikan sendiri sabahat sekaligus wanita yang sebenarnya akan dia lamar ternyata sudah menjadi istri orang lain. Menyesal dia karena mengulur waktu untuk menyatakan perasaanya. Dan selama ini juga Kinara taunya jika Gian menyukai Adisty. Karena memang Gian sering memuji Adisty.
"Kinara..." panggil Gian saat melihat Kinara menggunakan kebaya pengantin. Di sebelahnya duduk seorang pria dengan penampilan yang memang terlihat lebih tua dengan kumis dan juga kacamata tebalnya. Kinara dan Abidzar menatap ke arah Gian.
"Gian. Lo kesini juga? Tenang mbak Adisty belum nikah dan kamu punya kesempatan untuk deketin dia lagi." ujar Kinara sambil berdiri bersama dengan Abidzar.
Tanpa di duga Abidzar malah memeluk Kinara dengan erat. Membuat kinara sendiri kaget dan berusaha melepaskan pelukan Gian. Tapi pria itu malah semakin mengeratkan pelukannya kepada Kinara. Melihat hal itu Abidzar merasa kesal dan menarik tangan Gian untuk menjauh dari Kinara.
"Tolong jaga batasan anda. Kinara sudah menjadi istri saya Bung." ujar Abidzar dengan suara baritonnya. Gian menatap sendiri wajah Kinara yang sangat cantik dalam balutan kebanya. Harusnya dia yang berdiri di samping Kinara. Buka pria itu.
"Nara, kenapa kamu gak bilang kalau akan menikah dan menggantikan Adisty?" tanya Gian lemah sambil menatap ke arah Kinara. Abidzar terlihat tidak suka dengan tatapan penuh cinta dari Gian. Walau dia tak mencintai Kinara, tapi sekarang dia adalah istrinya.
"Loh kenapa? Katanya kamu berharap akan menikah sama Mbak Adisty dan itu sudah terkabul Gian. Lo masih bisa deketin Mbak Adisty." jawab Kinara sedangkan Gian menggelengkan kepalanya.
"Aku gak pernah mencintai Adisty. Yang sebenarnya aku cintai adalah kamu Kinara. Kenapa kamu malah tega menikah dengan pria tua ini? Apa kamu serius menggantikan Adisty menikah dengan seorang Om-om?" ujar Gian sambil berteriak membuat Kinara kaget mendengarnya. Begitupun dengan tamu undangan lain.
"Apa kamu sadar menyatakan cinta kepada istri orang di depan suaminya?" tanya Abidzar dengan penuh penekanan
Tangannya meraih pinggang ramping Kinara untuk mendekat kepadanya. Seolah menunjukkan kepemilikannya. Apa yang dilakukan Abidzar membuat Kinara kaget bukan main. Bahkan tubuh mereka tak ada jarak. Pak Fauzi dan beberapa tamu undangan membujuk Gian untuk pergi darisana walau dengan susah payah. Gian berteriak mengatakan mencintai Kinara dan lebih pantas dari pada Abidzar yang tua dan jelek. Beberapa tamu menahan tawa mendengar ocehan Gian untk Abidzar. Pak Fauzi dan Bu Rastanti merasa malu kepada keluarga Pak Bastian atas kejadian ini. Mereka meminta maaf atas apa yang terjadi. Beruntung mereka tak mempermasalahkan semuanya.
"Nak, bawalah suamimu ke kamar. Kalian istirahatlah. Karena acara juga sudah selesai." ujar Bu Rastanti kepada Kinara. Dia melihat jika Gian masih marah dengan kejadian tadi terlihat dari raut wajahnya.
"Baik Bu." ujar Kinara yang kebingungan masa mereka berada dalam satu kamar.
"Om ayo." ajak Kinara kepada Abidzar. Abidzar mengikuti Kinara dari belakang. Masuk kedalam kamarnya. Abidzar duduk di kursi ujung tempat tidur Kinara. Kamar Kinara memang tidak sebesar kamarnya. Dan nuansanya di penuhi dengan warna abu. Seperti warna kesukaan pria.
"Kamu maskulin juga." ujar Abidzar saat melihat ke sekeliling kamar Kinara. Tapi Kinara tak menanggapi dia sibuk menghapus make upnya. Karena merasa tak nyaman dengan riasan seperti ini.
"Apa pria tadi adalah kekasihmu?" tanya Abizar pada akhirnya dia juga penasaran. Kinara yang sedang membersihkan wajahnya menatap ke arah suaminya.
"Dia adalah temanku Om dan kami berteman sejak kecil. Selama ini yang aku tau dia mengejar Mbak Adisty bahkan kami sering bertengkar dan tak pernah akur. Lagian juga saya belum pernah pacaran. Tadi aja saya kaget denger teriakan dia begitu. Palingan tu anak cuma mau bikin sensasi. Awas saja besok akan aku balas dia." jawab Kinara.
"Besok kita akan pindah ke rumahku. Dan jangan panggil aku Om, sekarang aku suamimu walau tua juga." ujar Abidzar kesal. Sedangkan Kinara terkekeh mendengarnya.
"Mau di panggil apa Om? Apa itu rumah lama Om dan mantan istri?" tanya Kinara santai.
"Kalau itu rumahku dahulu dengan dia memang kenapa? Apa masalah?" tanya Abidzar.
"Tidak. Hanya bertanya dan memastikan,Om." jawab Kinara.
"Jangan panggil aku Om. Kamar mandi dimana?" ujar Abidzar bangkit dari duduknya dan membawa pakaian yang dia bawa di koper kecil yang masih ada di sudut kamar Kinara.
"Disana Mas." tunjuk Kinara mengganti nama panggilannya untuk Abidzar.
Panggilan dari Kinara membuatnya sedikit tersipu, entah kenapa dia suka panggilan dari Kinara untuknya. Abidzar mengangguk dan masuk kedalam kamar Mandi. Sedangkan Kinara melanjutkan kembali membersihkan wajahnya dan membuka perintilan di kepalanya. Tak lama Abidzar keluar dari kamar mandi dan duduk di tempat tidur milik Kinara sambil memainkan ponselnya.
Terlihat di sebelahnya Kinara kesulitan membuka jepitan yang ada di rambut belakangnya. Abidzar malah tersenyum miring melihat Kinara yang terlihat kesal karena susah sekali melepaskannya.
"Kalau kesulitan kenapa gak meminta tolong?" ujar Abidzar mendekat dan membantu membuka hiasan di belakang rambut Kinara.
"Terimakasih Mas.Walau status saya sudah menjadi seorang istri. Saya harus tetap terbiasa mandiri. Karena status ini kapan saja bisa berubah untuk saya. Saya tidak ingin bergantung kepada pria yang hatinya bukan untuk saya. Lebih baik kesulitan sendiri daripada bergantung kepada milik orang lain." ujar Kinara kemudian bangkit dari duduknya dan masuk kedalam kamar mandi.
Abidzar masih berdiri di tempatnya menatap pintu kamar mandi yang sudah tertutup rapat. Bibirnya menyunggingkan senyum. Entah senyum apa yang keluar dari Abidzar. Hanya dia yang tau maksud dari senyumannya itu. Abidzar kembali sibuk dengan ponselnya. Dia sibuk mencari informasi keberadaan mantan istrinya yang lima tahun ini seolah tertelan bumi.
"Dimana kamu Gladis? Apa kamu baik-baik saja? Aku sangat merindukanmu." Ujar Abidzar pelan tapi masih bisa di dengar oleh Kinara yang baru keluar dari kamar mandi dengan handuk melingkar di kepalanya.
"Carilah. Kalau rindu. Kenapa malah nikahin anak gadis orang dan mau di jodohkan. Aneh. Kalau cinta mati ya kejar sampai dapat." celoteh Kinara.
"Berisik." jawab Abidzar. Sedangkan Kinara menaikkan kedua bahunya acuh. Tak lama ponsel Kinara yang ada di atas nakas sebelah Abidzar berbunyi. Nama Gian memanggil Kinara.