NovelToon NovelToon
HAJ Kesempurnaan Kehampaan

HAJ Kesempurnaan Kehampaan

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Identitas Tersembunyi / Dunia Lain / Kutukan
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Mult Azham

kehampaan dan kesempurnaan, ada seorang siswa SMP yang hidup dengan perlahan menuju masa depan yang tidak diketahui,"hm, dunia lain?hahaha , Hmm bagaimana kalau membangun sebuah organisasi sendiri, sepertinya menarik, namanya... TCG?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mult Azham, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertemuan Seraphine 2

"Azam? Eh—Azam! Kamu ngapain?! Jangan!"

Suara panik itu memecah kesunyian, menghentikan langkah Azam yang sedang berjalan pelan menuju Putri Seraphine.

Azam menatap orang yang mencoba menghentikannya dengan tatapan kosong, alisnya sedikit mengernyit.

Suasana sunyi berubah tegang, seisi desa yang diam kini memperhatikan mereka.

"A-azam, kamu tidak sopan seperti i"

Anggota TCG yang lain, termasuk Laila, juga menatap tajam ke arah orang yang mencoba menghentikan Azam. Ketegangan terasa semakin menguat, mata mereka seolah memberi peringatan tanpa kata-kata.

semua warga disana terkejut melihat tingkah laku Azam.

Melihat ini, Putri Seraphine tersenyum kecil, bibirnya melengkung dengan senyum yang agak misterius. "Akhirnya kita menemukan kuncinya," ujarnya pelan.

Dengan langkah anggun, Seraphine mendekati Azam. Semua mata tertuju pada setiap gerakannya.

Seraphine sedikit membungkuk, mengangkat gaunnya yang indah dengan gerakan anggun. "Perkenalkan, nama saya Seraphine Alvarya Zevarion," ucapnya dengan suara yang lembut namun jelas, penuh keanggunan seorang putri.

Melihat ini, pelayan putri tampak cemas. Ia melangkah maju dengan ekspresi khawatir, "Tuan putri, Anda tidak perlu melakukan ini," suaranya penuh dengan rasa keberatan.

Seraphine mengalihkan pandangannya ke arah pelayan tersebut dengan tatapan tajam. Pelayan itu langsung menunduk dengan penuh rasa hormat, tanpa berani melanjutkan kata-katanya.

Seraphine tersenyum lebar, senyum yang lembut namun menenangkan, seolah meredakan ketegangan yang baru saja muncul. "Maafkan ketidaksopanan pelayanku," ujarnya dengan sikap yang tetap anggun, suaranya mengalir penuh wibawa yang mengingatkan semua orang akan posisinya.

Azam menatap Seraphine "Perkenalkan, namaku Syarazam, kamu bisa memanggilku Azam."

Senyuman kecil muncul di wajah Seraphine saat mendengar nama tersebut, tetapi Kepala Desa, yang berdiri dekat, segera angkat bicara dengan nada tegas. "Azam, kamu jangan—"

Namun, Azam melihat Kepala Desa dengan tatapan kosong

"Ja-jangan..." Kepala Desa tercekat. Gelombang gugup yang tak ia pahami menyeruak begitu saja. Ia menelan ludah, berusaha mempertahankan kendali. Namun entah mengapa, hanya dari tatapan Azam—seorang anak kecil—ia merasa seolah tak memiliki kuasa atas dirinya sendiri.

‘Ke-kenapa tubuhku merespons seperti ini? Ini cuma anak kecil...’ pikirnya, cemas.

Azam menghela napas panjang, lalu mulai melangkah mendekati Kepala Desa. "Biarkan mereka masuk," ucapnya dengan suara yang tenang namun penuh penekanan. Matanya kemudian beralih ke pelayan Seraphine, dan mereka saling bertatapan, satu detik terasa lebih lama dari biasanya.

Pelayan itu merasakan sensasi yang sangat berbeda saat bertatapan dengan Azam—sesuatu yang terasa jauh lebih mencekam dibandingkan saat ia berhadapan dengan Raja.

"Tapi yang boleh masuk hanya Tuan Putri dan sang pelayan," lanjut Azam, matanya beralih ke Kepala Desa. "Apa Kepala Desa setuju sekarang?"

Kepala Desa langsung mengangguk, wajahnya masih terbayang sensasi yang ia rasakan tadi. "I-iya, seperti itu saja."

Azam kembali melirik ke arah Putri Seraphine.

Pengawal yang berdiri di dekat Tuan Putri mulai bergerak, berniat menarik pedangnya.

"KALIAN SEMUA TUNGGU DI SINI!" teriak Seraphine mengeluarkan perintah keras, suaranya bergema di udara. Semua yang mendengarnya langsung terdiam, dan beberapa orang bahkan mundur sedikit karena terkejut. "Biarkan aku dan pelayan saja yang masuk," lanjutnya dengan tegas, sembari menatap pelayannya.

Pelayan itu hanya mengangguk, dan bersama dengan Seraphine, mereka Melangkah masuk ke dalam desa.

......................

Azam dan Putri Seraphine berjalan berdampingan, mengobrol santai sepanjang perjalanan menuju rumah Leonel Ezra. Di belakang mereka, pelayan sang putri dan beberapa anggota TCG mengikuti dalam diam. Sementara itu, warga desa yang sebelumnya berkerumun membubarkan diri.

"Azam, kamu ini... anak orang penting di desa ini, ya?" tanya Seraphine sambil menoleh.

Azam menggeleng pelan, "bukan. aku mempunyai nenek yang sukses"

Seraphine menatap Azam bingung.

Lalu, ia tersenyum kagum. "Tapi kamu benar-benar berani. Cara bicaramu... seperti seorang pemimpin. Aku terkesan."

Azam hanya menanggapinya dengan nada datar. “Begitukah?”

"bisakah kamu sopan—" suara pelayan sang putri terhenti ketika Seraphine meliriknya tajam.

"Ngomong-ngomong, Azam," ucap sang putri sambil meletakkan kedua tangan di belakang punggungnya, "rumah Leonel masih jauh?"

"Di sini"

Langkah semua orang terhenti saat Azam berhenti di depan Sebuah rumah sederhana.

“Ini rumah Leonel Ezra,” ucap Azam sambil membuka pagar kayu. “Biar aku yang panggil orang tuanya.”

Ia melangkah ke depan, lalu mengetuk pintu.

Toktoktok

Toktoktok "Mama Leonel, ini Azam"

Tak lama, pintu kayu itu terbuka perlahan. Seorang wanita muncul di ambang pintu dengan wajah heran.

“Eh, Aazam. Ada apa, Zam?”

Azam menoleh sekilas ke belakang, lalu berkata pelan, “ini…”

Tatapannya mengarah pada Seraphine, memberi isyarat halus.

Seraphine yang sempat tertegun, segera maju dan memberi salam dengan anggun.

“Halo, Tante. Perkenalkan, aku Putri Ketiga... Seraphine.”

“T-Tuan Putri?” Wanita itu terlihat kaget, lalu menoleh ke arah Azam yang tersenyum.

“Wah... Silakan masuk, Putri Seraphine. Azam... semuanya, ayo masuk.”

Azam mengangguk singkat. “Baik.”

......................

“Jadi… kalian ingin menarik putraku?" tanya sang ibu dengan nada lembut. Ia duduk di sofa bersama yang lainnya, sementara pelayan Putri Seraphine berdiri tenang di belakang, menjaga posisinya di balik tempat duduk sang putri.

"iya Tante, aku juga akan memberikan keuntungan yang berbeda" lalu Seraphine berdiri menunduk sedikit, sopan. “Apakah Tante bersedia mempertimbangkan saranku?”

Sang ibu tersenyum kikuk. "ya.. Sebenarnya tuan putri gak perlu sampai seperti ini.." Ucapnya, lalu menoleh ke arah Azam yang sedang duduk dengan tenang.

Azam mengangguk singkat dan mengalihkan pandangannya ke Seraphine.

“Seraphine, kamu sudah bicara langsung ke Leonel soal ini?”

Seraphine mengangguk.

“Dan... apa jawabannya?” tanya Azam lagi

Putri Seraphine pun mulai menceritakan semuanya—tentang ajakannya, penolakan Leonel, dan alasan di balik keputusannya.

......................

“Kalau begitu, aku pamit dulu, Tante,” ucap Seraphine dengan sopan.

“Iya, hati-hati, Tuan Putri,” jawab ibu Leonel dengan senyum hangat.

“Terima kasih banyak atas waktunya.” Seraphine menunduk sedikit, kemudian berbalik.

Saat itu, ibu Leonel menatap Azam dengan ragu. “Azam... apa ini tidak memberatkan bagi Leonel?”

Azam memiringkan kepala. “Bukannya Tante tadi bilang setuju dengan usulan Tuan Putri?”

Ibu Leonel tersenyum kecil, lalu tertawa pelan. “Kamu memanggilku Tante...” Sementara itu, ia sedikit canggung. “Sebenarnya... Tante sendiri nggak yakin dengan pendirian Tante.”

“Hm? Jadi Tante cuma mengikuti apa yang kukatakan?” Azam bertanya, sedikit bingung dengan pernyataan itu.

Wanita itu menggaruk pipinya, tampak malu. "Tante minta maaf kalau soal itu. Tapi jujur saja, Tante agak tergiur dengan hadiah yang ditawarkan Tuan Putri,” katanya dengan tertawa canggung.

Azam mengangguk "Sebenarnya Tante tidak perlu meminta maaf soal itu...” dalam hati Azam 'bagaimana cara mengatakannya ya, Tante yang satu ini sungguh aneh'

"Kalau begitu, aku juga pamit dulu, Tante," ucap Azam dengan tenang, sebelum melangkah menuju pintu pagar dan menyusul Seraphine.

......................

Di depan gerbang jalan masuk desa, Putri Seraphine berhenti dan menunduk sopan. “Terima kasih... sungguh. Terima kasih sudah membantuku bertemu keluarga Leonel. Kalau bukan karenamu, mungkin aku takkan bisa membicarakan semua ini.”

Azam menggeleng pelan. “Kamu tak perlu sungkan seperti itu. Jangan lupa sampaikan ke Leonel perkataanku tadi... Walaupun aku dan ibunya sudah setuju, bukan berarti dia juga akan langsung setuju.”

Seraphine menatap Azam sejenak, lalu mengangguk pelan sambil tersenyum tipis.

“Aku akan menyampaikannya.”

Tanpa banyak kata lagi, Putri Seraphine pun melangkah pergi—meninggalkan desa Verdhollow di belakangnya.

...****************...

Valeria dan Azam duduk berdua di atas bukit kecil, angin sore menyapu tenang rerumputan

“Aku nggak nyangka kamu bisa melakukan itu, Abah,” kata Valeria sambil menatap ke arah desa.

“Melakukan apa?”

"Membuat kepala desa nurut, Kalau diingat-ingat lagi... lucu juga sih,” ucapnya, tertawa kecil.

“Aku masih penasaran dengan metode yang kamu pakai.” ucap Azam sambil menatap ke arah desa.

“Aku pakai rusa.”

“Rusa?” Azam menoleh.

“Iya. Rusa yang sama... yang dulu pernah mendekati Abah.”

"..."

"Bisakah kamu memberi informasi tidak setengah-setengah?” tanya Azam

“Ehehe… soalnya Abah nggak tanya,” jawab Valeria santai.

"Gimana caranya seekor rusa bisa meyakinkan kepala desa?” lanjut Azam.

Valeria tersenyum "Sebenarnya, rusa itu bisa menciptakan ilusi. ilusi yang juga bisa membuat orang yang melihatnya menjadi patuh tanpa sadar.”

Ia menatap Azam sejenak sebelum melanjutkan,

"itu sebabnya aku terkejut saat Abah bisa menggerakkan kepala desa yang masih dalam pengaruh ilusi rusa itu." lanjutnya

Azam diam. Tatapannya kosong ke arah desa, pikirannya sibuk merangkai apa yang baru ia pahami

Tiba-tiba, Vincent dan Laila berkelebat ke hadapan mereka—begitu cepat, seolah muncul dari udara.

Valeria hanya tersenyum melihat keduanya datang.

“Abah!” seru Vincent. “Laila udah bisa ngeluarin energi Haj!” Ia menoleh ke arah Laila, lalu menepuk punggungnya ringan. “Laila, coba tunjukin ke Abah.”

Laila menunduk malu. Wajahnya sedikit memerah, matanya hanya melirik sekilas ke arah Azam.

“Haha, bukannya kamu tadi bilang kalau pengin nunjukin ke Abah?”

Laila mengernyit jengkel, menatap Vincent tajam sambil bertelepati, "Lu gila ya?"

"lah kok gila?, bukannya emang bener, tadi kan lu yang bilang sendiri ingin liatin ke Abah, kok malah dibilang gila"

"iiih, bukan itu"

"Yaudah, cepat-cepat. Aku juga mau nanya sesuatu ke Abah habis ini." Vincent lalu menoleh ke Azam. "Aku bener-bener nggak nyangka… kalau Azam—maksudku, Abah—mengetahui tentang Haj juga."

Laila menghela napas pelan, lalu mengangkat satu tangannya. Dalam sekejap, muncul cahaya lembut dan tenang, seolah memancarkan perasaan damai. Warnanya bukan terang menyilaukan, tapi menenangkan—seperti embun pagi yang hangat.

Azam mengangguk.

“Itu benar-benar energi Haj,” ucapnya tenang. “Kamu tinggal menentukan kekuatanmu ke depannya.”

Lalu, ia tersenyum hangat. “Abah yakin kamu bisa.”

Laila tersenyum kecil, pipinya memerah. Ia menunduk pelan, menyembunyikan ekspresi bahagianya.

Di sisi Azam, Valeria menyipitkan matanya.

Sementara itu, Vincent berdiri tegak di samping Laila. Wajahnya berubah serius. “Abah,” katanya pelan namun tegas. “Aku mohon…, izinkan aku mendengar kan lagi tentang Haj"

Azam menatap Vincent sejenak, lalu mengangguk pelan.

1
Ryuu Ryugem
lanjut thor seru cerita nya
anaa
numpang singgah💐
🍁Ang❣️💋🄸🄻🄷🄰🄼👻ᴸᴷ
mampir
Daisuke Jigen
Senang banget bisa menemukan karya bagus kayak gini, semangat terus thor 🌟
Paola Uchiha 🩸🔥✨
Ngakak guling-guling 😂
Gái đảm
Waw, nggak bisa berhenti baca!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!