Transmigrasi Ke Tubuh Istri Gila Sang Mafia

.

.

Yuna yang saat ini sedang menyikat sepatu Leon di kamar mandi yang ada di salah satu kamar tamu,

" nyonya Vania tidak pernah menyuruh ku menyikat sepatu nya seperti ini , tetapi pria menyeramkan itu dengan seenaknya menyuruhku dan mengacamku " Yuna terus mengomel seraya menyikat sepatu Leon yang sangat kotor itu, dan di depan nya itu terdapat lima pasang sepatu yang sangat kotor dan terdapat banyak sekali lumpur yang sudah kering melengket di sepatu mahal itu .

" mana lagi sepatunya ini kotor sekali, katanya dia asisten tuan Jonathan dan asisten itu bekerja di kantor dan pastilah sepatu nya tidak sekotor ini, tapi ini seperti sepatu yang habis di pake berjalan di atas lumpur " ucap nya lagi menatap sepatu yang sudah berhasil ia sikat.

sedangkan Vania berdiri di depan pintu besar berwa putih itu , berusaha memutar ingatan pemilik tubuh ini tetapi tidak bisa.

" aa arrrggghhh kenapa ingatan tubuh ini tidak bisa terlihat lagi " ucap nya mengacak rambut panjang lurus nya.

perlahan ia menyentuh gagang pintu besar itu dan memutar nya, tetapi tidak bisa terbuka, " aku sangat penasaran apa yang ada di dalam ruangan ini,...? apa ini hanya gudang biasa saja,...? tapi jika ini gudang kenapa pintu nya sebesar ini dan juga ada ukiran kepala singa nya " gumam nya memperhatikan pintu besar itu.

Vania menyentuh ukiran singa itu ia mengelus debu-debu yang menempel, tetapi tanpa ia duga pintu itu bergeser dengan sendiri nya.

Vania kaget dan menarik tangan nya, ia melihat ke dalam ruangan itu , dan hanya ada satu lemari besar di dalam sana dan entah apa isi dari lemari besar itu.

Vania melangkah masuk dan seketika pitu besar berwarna putih itu tertutup sendiri. Vania tidak mempedulikan nya ia hanya penasaran apa isi ruangan ini.

di ruangan yang gelap vania berusaha berjalan mencari saklar lampu mungkin saja ruangan ini mempunyai lampu tidak lah mungkin ruangan seluas dan semewah ini tidak mempunyai lampu , meskipun ruangan ini sangat berdebu dan kotor.

Vania menemukan saklar lampu di sisi tembok ia memencat nya dan salah satu lampu di ruangan ini pun menyala dan terlihat lah semua isi di dalam ruangan ini.

Vania melangkah ke arah lemari besar yang di lihat nya tadi, ia melihat lemari itu dan ternyata lemari itu hanyalah lemari buku tua kelihatan dari bentuk dan tulisan nya, yang sudah sangat kuno .

Vania tidak berminat untuk menyentuhnya, karena di kehidupan sebelum nya sebagai seorang Selina ia sudah membaca dan mempelajari tentang buku - buku kuno jadi sekarang ia tidak lagi penasaran dengan semua itu .

ia melangkah ke arah lemari panjang yang di tutupi oleh kain hitam, Vania menatap lemari yang ada di hadapan nya itu, tanpa berfikir panjang ia menarik kain hitam itu seketika lampu di dalam lemari yang kacanya transparan itu menyala, Vania syok melihat apa yang ada di dalam lemari itu hingga ia memundurkan langkah nya beberapa langkah ke belakang seraya menutup mulut nya dan menggelengkan kepalanya tidak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang.

.

.

.

Jonathan merasa Vania sudah tidak lagi tertidur di samping nya, ia membuka matanya perlahan dan benar saja istri nya itu sudah tidak ada di sana.

" kemana Vania ? " gumam nya seraya mendudukkan dirinya di atas ranjang dengan mata yang masih mengantuk.

Jonathan turun dari ranjang nya seraya melipat lengan kemejanya sampai siku dan rambut nya yang acak-acakan itu menambah kesan tampan di wajah nya .

ia melangkah keluar dari kamar Vania, tetapi ia tidak menemukan siapapun di Mansion ini ia tidak tau kemana perginya semua orang , Leon yang biasanya berdiri di depan pintu selalu setia menunggunya juga tidak terlihat.

Jonathan melangkah ke arah kamar nya, karena sudah lama ia tidak masuk kedalan kamarnya itu semenjak istri nya sakit Jiwa, Vania tidak ingin tidur di kamar Jonathan dengan alasan kamar suami nya itu sangat menyeramkan.

jadi nya Jonathan memindahkan Vania di kamar yang bersebelahan dengan kamar nya, meskipun kamar itu tidak seluas kamarnya setidaknya Vania tidak lagi menangis dan mengamuk tengah malam dengan alasan takut.

Jonathan melangkah masuk kedalam kamar yang bernuansa serba hitam itu isi kamar itu cukup simple tetapi terkesan sangat mewah . di dinding kamar nya itu terpasang bingkai foto yang sangat besar dan itu foto pernikahan nya bersama dengan Vania satu tahun lalu.

" selama satu tahun ini kamu tidak ingin dekat denganku dan selalu mengamuk jika berada di samping ku.... kini perlahan kamu sudah bisa aku sentuh Vani, kamu lah cintaku, kamu hidup ku, aku sangat mencintaimu, bagaimanapun keadaan mu aku tetap mencintai mu " ucap Jonathan tersenyum penuh cinta melihat foto pernikahan nya bersama dengan Vania, mereka berdua terlihat tersenyum bahagia di dalam foto besar itu .

" Rania dan Vania dua sosok yang sama tetapi memiliki sifat yang berbeda kedua nya wanita yang aku cinta ih, tapi sayang nya Rania memilih meninggalkan ku, sedangkan Vania gadis yang sama persis wajah nya yang aku temui pada saat satu bulan kepergian Rania " Jonathan berkata seraya duduk di atas sofa yang ada di kamar nya. ia merasa fikiran nya sudah tidak karuan lagi.

ia mengambil rokok dan korek nya di dalam saku celana nya lalu membakar satu batang roko itu dan menghisap nya .

" Rania.... Rania.... Rania.... cintaku memang besar kepadanya tetapi dia wanita yang egois, meninggalkanku tanpa sebuah alasan, dan mencintai ku hanya karena uang ... " Jonathan kembali menghisap rokok nya lalu menghembuskan asap nya, salah satu kaki nya ia Naikkan ke atas paha nya.

" jadi semua ini bukan lah salah ku aku membunuh nya karena dia berani meninggalkan ku , aku tidak bisa tidak melihat wajah nya, .... " lanjut nya lagi

" aa arrrggghhh....... " Jonathan melempar rokok nya ke atas lantai dengan kasar tatapan nya berubah menyeramkan , tangannya terkepal kuat, wajah nya sudah di penuhi amarah yang sangat besar, dan entah kenapa setiap kali ia berada di kamar nya ia merasa selalu emosi dan ingin marah.

" aku tidak boleh seperti ini,... sekarang sudah ada Vania di samping ku, Vania dia cintaiku dan dia lebih tulus dari pada Rania yang hanya mencintai uang ku saja " ucap Jonathan yang mulai berhalusinasi yang tak jelas.

" Rania dan Vania keduanya kembar tetapi terpisahkan sejak kecil, .... maafkan aku Vani aku tidak bisa mengatakan semua ini kepada mu, dan jika kamu tau jika aku lah yang membunuh saudara kembarmu maka kamu akan membenciku,... aku tidak bisa hidup tanpamu " Jonathan menundukkan kepalanya ia cinta mati dengan Vania tetapi rasa cinta nya untuk Rania saudara kembar Vania itu masihlah sangat besar .

Jonathan berdiri dan melangkah keluar dari kamar nya, karena setiap kali ia masuk kedalam kamar nya itu seketika ia merasa fikiran nya itu sangat lah kacau dan juga halusinasi tak jelas berputar - putar di otak nya .

.

.

.