NovelToon NovelToon
LOOTER

LOOTER

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Perperangan / Mata-mata/Agen / Menyembunyikan Identitas / Office Romance / Barat
Popularitas:490
Nilai: 5
Nama Author: Khabar

Di dunia dark web, satu nama ditakuti: LOOTER. Tak ada yang tahu identitas aslinya, hanya bahwa ia adalah algojo bayaran dengan keterampilan militer luar biasa. la bisa menyusup, membunuh, dan menghilang tanpa jejak. Kontraknya datang dari kriminal, organisasi bayangan, bahkan pemerintah yang ingin bertindak di luar hukum.

Namun, sebuah misi mengungkap sesuatu yang seharusnya terkubur: identitasnya sendiri. Seseorang di luar sana tahu lebih dari yang seharusnya, dan kini pemburu berubah menjadi buruan. Dengan musuh di segala arah, LOOTER hanya punya satu pilihan -menghancurkan mereka sebelum dirinya yang lenyap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khabar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 19

[ROMANSA KLASIK]

Benar saja...

Sepanjang perjalanan pulang, langkah kaki Alya terasa ringan seperti kapas. Senyum bodohnya tidak bisa ia sembunyikan. Hatinya berdebar cepat tiap kali mengingat sorot mata Rangga yang memerah tadi.

"Ya ampun... dia gugup. DIA GUGUP!" pikir Alya sambil menutupi wajahnya yang memerah.

Ia mengingat ulang tiap detik kejadian di ruang belakang itu. Tatapan itu. Sentuhan itu. Kedekatan itu.

Di dalam kamarnya, ia langsung menjatuhkan diri ke kasur dan menggulingkan badannya ke kanan dan ke kiri. "Gila... gila... aku suka banget sama dia. Tapi... Dia juga suka nggak sih?"

Matanya membelalak. "Eh... tunggu. Jawaban dia pas gue tembak dulu... Masih ngambang, kan? Belum pasti?"

Deg.

Tiba-tiba rasa deg-degan itu kembali menyerang. Alya memegang dadanya sendiri, merasa jantungnya seperti balapan.

"Harus cari cara buat dapetin jawabannya.. Harus! Tapi... ahh, kalo dia beneran suka, pasti dia udah bilang, kan? Atau... dia gengsi?"

Kepalanya penuh teori dan kemungkinan. Tapi satu hal pasti....

Dia kelepek-kelepek. Parah...

......................

Rangga yang runtuh rasionalnya.

Sementara itu. Rangga berdiri sebentar di luar restorannya. Malam itu terasa berbeda. Udara dingin pun tak mampu meredam panas di wajahnya.

"Dia... nyentuh gue," gumamnya pelan.

Wajahnya masih merah saat ia berjalan pulang. Di setiap langkah, pikirannya dipenuhi bayangan Alya yang menatapnya penuh perhatian. Setiap suara tawa kecilnya, ekspresi khawatirnya, bahkan gertakannya....

Semuanya menghantui benaknya.

Saat ia membuka pintu apartemennya, ia sempat membayangkan...

Alya berdiri di balik pintu. Menyambutnya dengan senyum hangat, bertanya, 'Udah makan belum?'

Rangga langsung mengacak rambutnya sendiri. "Gue kenapa sih?!"

Tiba-tiba, kalimat yang tidak asing tergiang di telinganya.

"Suatu hari, kamu bakal ketemu orang yang bikin lo pengen tinggal, Rangga. Dan saat itu datang, tolong jangan lari. Bahagiain dia."

Itu kata-kata Elora, tepat sebelum dia benar-benar meninggalkan pulau terpencil itu.

"Apa gue... jatuh cinta, ya?"

Rangga duduk di sofa, memandang langit-langit kosong.

Logika yang selama ini jadi tembok dalam hidupnya, mulai retak.

Dan dibalik semua keraguan itu, satu senyum muncul di wajahnya. Kecil. Tapi nyata.

Alya...

...----------------...

Jejak Beracun

Dua hari sudah berlalu sejak malam terakhir Alya merawat Rangga. Tapi pagi itu, suasana restoran terasa lebih hening dari biasanya.

Tak ada kehadiran Rangga seperti biasanya yang meski jarang bicara, tetap membawa aura pemilik tempat. Alya mulai merasa ada yang aneh. Ia sudah mencoba menghubungi ponsel Rangga semalam, tapi tak pernah diangkat.

Mungkin sedang tidur, pikirnya. Tapi dua hari? Terlalu lama.

Saat sedang membersihkan meja, pintu restoran terbuka dan seorang pria masuk, itu Nico. Teman lama Rangga yang beberapa kali terlihat mampir ke restoran.

"Eh, Alya. Rangga mana? Gue janjian makam malam ini sama dia," tanya Nico dengan ekspresi heran.

Alya langsung menegakkan tubuh. "Dua hari ini dia nggak keliatan, Kak. Dia juga nggak balas chat aku."

Nico mengerutkan kening. "Dia nggak bilang apa-apa sebelumnya?"

Alya menggeleng cepat. Ada rasa cemas yang kini terasa nyata. Ia menelan ludah. Rasa tak tenang di hatinya berkembang cepat. Lalu dengan penuh keberanian ia bertanya,

"Kak, Kakak tau alamat rumahnya Bang Rangga? Aku... aku mau ke sana. Takutnya dia kenapa-kenapa."

Nico menatap Alya sejenak, kemudian mengangguk pelan. Setelah memberinya alamat dan memastikan Alya bisa pergi dengan aman, Nico pun pamit. Ia tidak tau harus menghubungi siapa selain Alya.

Alya tiba di apartemen Rangga sekitar satu jam kemudian. Letaknya di lantai empat dari sebuah gedung lama di pusat kota. Tidak terlalu besar, tapi cukup bersih dan tertata sederhana. Ia menekan bel beberapa kali. Tidak ada jawaban. Tapi pintunya tidak terkunci.

Dengan perlahan, ia mendorong daun pintu.

"Bang Rangga...?" panggilnya pelan.

Tidak ada jawaban. Hingga ia melangkah masuk lebih dalam ke ruang tengah, dan matanya membelalak.

Rangga tergeletak di lantai, hanya beralaskan karpet tipis, keringat membasahi tubuhnya. Wajahnya pucat napasnya berat dan cepat, dan di sisi perutnya.... Tepat di pinggang tempat bekas luka lama, perbannya sudah basah dna tampak ada noda kehijauan samar.

Alya langsung berlari mendekat. "Astaga... Rangga!"

Ia segera mencari kain dan air bersih, mencoba menurunkan suhu tubuh Rangga dengan kompres seadanya. Ia juga menelepon ambulan tapi sinyal di apartemen itu sangat buruk.

Pilihannya hanya satu; dia harus menunggu sampai Rangga sadar, atau membawanya sendiri jika semakin parah.

Namun, luka yang didapat Rangga bukan luka biasa. Dalam operasi terakhirnya, peluru yang bersarang di pinggangnya adalah peluru terlarang, jenis yang dilarang dalam konvensi internasional karena mengandung racun biokimia halus.

Jenis yang tidak langsung mematikan, tapi perlahan menghancurkan jaringan di sekitarnya dan menyebabkan infeksi sistematik dalam beberapa hari jika tidak ditangani dengan perawatan medis khusus.

Rangga tahu resikonya. Ia sudah mengeluarkan pelurunya sendiri setelah misi selesai, menyembunyikan semua jejak seperti biasa. Tapi racunnya sudah terlanjur menyebar.

Ia terlalu percaya diri bisa menanganinya seperti luka-luka lain yang pernah ia alami. Tapi kali ini... Tubuhnya mulai kalah.

Dan tak ada satu pun orang di sekitarnya. Alya, Nico, bahkan pihak berwenang yang tahu siapa Rangga sebenarnya dan seberapa dalam ia telah telibat dalam dunia yang tak terlihat oleh mata awam.

...----------------...

Saat malam mulai tampak dan Rangga belum juga sadar, Alya yang duduk di samping ranjang mulai melirik ke sekeliling. Ia mencoba mencari air minum lagi, dan tak sengaja melewati meja kerja Rangga.

Di sana, sebuah laptop terbuka. Layarnya menyala, menampilkan barisan kode dan catatan dalam bahasa asing yang tak pernah ia pahami.

Beberapa pesan masuk di pojok kanan layar. Sebagian besar disamarkan, tapi satu kalimat terpampang cukup jelas; Target berikutnya menunggu konfirmasi.

Alya menahan napas. Jari-jarinya hampir menyentuh touchpad, tapi ia segera menariknya. Kepalanya penuh tanya. Siapa sebenarnya Rangga?

Tapi yang lebih penting saat ini, bagaimana cara menyelamatkannya?

To Be Continued.....

1
🐌KANG MAGERAN🐌
mampir kak, semangat dr 'Ajari aku hijrah' 😊
Dewi Ular🐍💆🏻‍♀️
Kalau dia hantu didunia bayangan, kalau saya istri bayang-bayang didunia fiksi/Hey/
Khabar: 😄😄😄😄😅
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!