NovelToon NovelToon
MENGAMBIL KEMBALI

MENGAMBIL KEMBALI

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Berbaikan / Percintaan Konglomerat / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Wanita Karir
Popularitas:667
Nilai: 5
Nama Author: Vandelist

Segalanya yang telah ia hasilkan dengan susah payah dan kerja keras. lenyap begitu saja. kerja keras dan masa muda yang ia tinggalkan dalam menghasilkan, harus berakhir sia-sia karena orang serakah.borang yang berada di dekatnya dan orang yang ia percayai, malah mengkhianatinya dan mengambil semua hasil jerih payahnya.

Ia pun mulai membentuk sebuah tim untuk menjalankan rencana. dan mengajak beberapa orang yang dipilihnya untuk menjalankan dengan menjanjikan beberapa hal pada mereka. Setelah itu, mengambil paksa harta yng dikumpulkan nya dari mereka.

"Aku akan mengambil semuanya dari mereka, tanpa menyisakan sedikitpun!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vandelist, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Selamat membaca

Di pagi yang lembut, sinar mentari perlahan merayap di balik cakrawala, menyiramkan kehangatan yang membangkitkan semangat. Embun pagi masih menempel di dedaunan, berkilau seperti mutiara dalam cahaya yang baru muncul. Burung-burung berkicau ceria, melantunkan lagu-lagu harapan, seakan merayakan kehidupan yang kembali bersemi setelah badai yang merusak.

Angin pagi berdesir lembut, membawa aroma segar tanah yang menyiratkan bahwa alam telah pulih. Di ufuk timur, langit yang tadinya kelabu kini mulai berwarna biru cerah, menandakan bahwa hari baru telah tiba. Setiap hembusan angin seolah membisikkan janji baru, bahwa setiap kesulitan akan berlalu, dan setiap luka akan seiring berjalannya waktu.

Di antara pepohonan yang rimbun, bunga-bunga mulai bermekaran, menampilkan warna cerah yang memukau mata.

Dengan semangat yang membara, langkah-langkah kecil mulai menyusuri jalan setapak, menyambut hari baru dengan keyakinan. Setiap detik terasa berharga, dan setiap momen adalah kesempatan untuk bangkit dan meraih impian yng sempat tertunda. Pagi ini adalah simbol harapan, sebuah awal yang baru, di mana segala kenangan pahit bisa dilupakan, dan kebahagiaan menanti di depan.

“Jadi kamu pernah kerja di tempat wisata?”

“Benar Bu, di sana saya sebagai petugas kebersihan. Dan juga saya juga sering membantu para dokter hewan di sana dalam menangani hewan-hewan. Bisa dibilang saya sudah berpengalaman dalam kehewanan.”

Ibu itu menghembuskan napasnya dan melepaskan kacamata yang bertengger di hidungnya. Ibu itu menatapnya dengan wajah penyesalan.

“Begini mbak, saya memang mencari karyawan baru. Dan karyawan baru itu akan saya tempatkan di depan untuk melayani pelanggan. Dan mbak, maaf mbak tidak masuk dalam kriteria saya”ucap ibunya dengan penuh penyesalan.

Wajah cerah yang awalnya riang, harus berubah dengan ucapan ibunya yang tidak bisa menerimanya. Awal pagi yang di awalinya penuh semangat serta keyakinan teguh. Dan berharap bahwa hari ini adalah hari baiknya dalam menjalani hidup.

Sekarang harus menelan kekecewaan karena ketidak beruntungan menghampirinya. Ia tidak tahu mengapa hal itu terus terjadi padanya. Tapi yang jelas dirinya harus keluar dari tempat ini dengan perasan kecewa.

Ia pun memandang langit biru yang ada di atasnya. Panas terik yang sama sekali tidak memudarkan niatnya dalam mencari pekerjaan. Membuat pakaiannya yang semula rapi dan wangi, harus basah sebab dibanjiri keringat dari tubuhnya.

“Huft kemana lagi harus nyari lokernya coba?”keluhnya dengan mengusap keringat di dahinya. Dirinya benar-benar bingung sekarang.

Sudah hampir 5 jam dan 5 toko ia datangi. Dan juga beberapa toko yang melampirkan lowongan kerja di tokonya. Namun lagi-lagi dirinya tak membuahkan hasil. Semua toko yang ia datangi menolaknya karena dirinya tidak termasuk kriteria mereka.

Terutama dalam penampilan, dikarenakan kulitnya yang berwarna sawo matang dan rata-rata dari toko itu. Mencari orang yang berpenampilan rapi dan menarik. Karena mereka akan menempatkan karyawan tersebut di depan toko untuk menarik pelanggan. Sedangkan dirinya, sama sekali tidak berpengalaman dalam hal itu.

Dulu ketika dirinya masih jadi petugas kebersihan di tempat wisata, tak ada aturan dirinya harus berpenampilan menarik. Semua orang yang bekerja di sana hanya memakai riasan seadanya agar tidak terlalu pucat. Kecuali yang bertugas menjadi staf pendidikan bagi pengunjung. Karena mereka akan terus bertemu dengan para pengunjung setiap harinya.

“Jam berapa ya sekarang?”. Harni pun melihat jam yang ada di ponselnya. “Jam 3 sore”gumamnya.

“Kalau jam segini emang masih ada yang buka apa ya?”

“Entahlah lebih baik pulang dulu, besok baru cari lagi. Semangat Harni!”

Dikarenakan waktu sudah hampir petang, dan juga dirinya sudah terlalu lelah banyak berjalan di terik matahari. Isi kantongnya juga sudah mulai menipis ia pun berjalan kaki untuk pulang ke rumahnya.

Untuk saat ini dirinya harus berhemat agar tetap bisa makan. Dirinya saat ini benar-benar kere untuk membeli makanan. Mungkin nanti ketika sampai dirumah ia hanya akan makan buah pepaya yang baru saja tadi pagi ia ambil dari kebunnya.

Beruntungnya ia punya nenek yang berasal dari desa. Ketika pindah ke perkotaan neneknya masih membawa kebiasaannya dari desa. Mereka pindah ke perkotaan karena rumah di desa sudah terjual sebab orang yang melahirkannya.

Semua penderitaan yang terjadi dalam hidupnya ini memang berawal dari orang itu. Dia enggan sekali menyebut orang itu dengan sebutan ibu. Karena orang itu membuat nya harus mengalami hal yang tak pernah terjadi dalam hidupnya.

Orang itu juga menjanjikan sesuatu yang tak pernah terwujud sampai sekarang pada neneknya. Entah janji apa yang diucapkannya karena ia tak pernah mendengarnya langsung. Tapi neneknya menceritakan semua hal yang dijanjikan wanita itu.

Neneknya masih mengingat janji orang itu dengan jelas dan ekspresi yang diberikan orang itu.

Namun, sampai sekarang janji itu tak pernah terlaksana. Bahkan sudah bertahun-tahun orang itu tak pernah menemui keluarganya yang sedang menanggung penderitaan orang itu. Harni sangat membenci nya, dari hatinya yang terdalam ia tak akan pernah memaafkan wanita itu jika suatu saat meminta maaf.

Namun lagi-lagi neneknya mengajarkannya untuk tidak membenci orang yang telah melahirkannya. Neneknya memintanya untuk memaafkan orang itu meskipun kesalahan yang dilakukannya segunung. Entah, ia tidak tahu mengapa neneknya begitu lembut hatinya sampai mau memaafkan orang yang membuatnya menderita sampai akhir hayatnya.

“Pasti ini jam pulang orang-orang kerja”gumamnya dengan memandang jalanan di depannya.

Jalanan yang awalnya tidak begitu ramai, sekarang menjadi sangat ramai karena jamnya orang-orang pulang kerja. Dulu ketika dirinya masih bekerja di tempat wisata, ia juga mengalami seperti mereka.

Wajah lelah, dan ingin segera sampai ke rumah. Serta bau badan yang menyengat dari setiap orang nya. Membuat siapa saja akan saling mencium bau badan itu ketika naik kendaraan umum. Termasuk dirinya. Ia tersenyum ketika mengingat masa-masa itu. Masa dimana ia merasakan apa yang dirasakan orang sekarang.

Harni melangkah menyeberangi jalan besar saat suasana sudah tampak lengang. Dengan tenang, ia berjalan ke tengah jalan, sementara senyum tipis masih menghiasi wajahnya.

Namun, di tengah langkahnya, ia gagal menyadari sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi ke arahnya. Dalam sekejap, tubuhnya terpental dan menghantam keras aspal yang baru saja ia lintasi.

Rasa nyeri menjalar ke seluruh tubuhnya. Kepalanya berdenyut hebat, pandangannya mulai kabur. Di antara kesadarannya yang perlahan memudar, ia melihat sosok seorang pria berlari mendekat dengan ekspresi panik.

Tubuhnya terasa begitu sakit, seolah setiap bagian remuk oleh benturan. Samar-samar, ia melihat pria itu mengeluarkan ponselnya, dengan tangan gemetar, mencoba menghubungi seseorang.

Harni tak pernah menyangka akan mengalami kejadian seperti ini. Rasa sakit yang menjalar di tubuhnya begitu nyata. "Nenek, apakah aku akan segera bertemu denganmu?" batinnya lirih.

Di hadapannya, cahaya terang perlahan menyelimuti pandangannya. Samar-samar, ia melihat siluet orang-orang yang berkerumun di sekelilingnya, wajah mereka dipenuhi kepanikan. Tubuhnya terasa semakin lemah, sementara dari kepalanya, ia bisa merasakan hangatnya cairan merah yang mengalir, disertai nyeri yang semakin menyiksa.

μμ

Setelah beberapa jam terbaring, Harni pun terbangun perlahan, cahaya terang menyelinap masuk melalui tirai setengah terbuka. Rasanya seperti baru saja terbangun dari mimpi buruk yang tak kunjung usai. Tubuhnya terasa berat seolah setiap ototnya terikat dengan benang yang kaku. Harni merasakan nyeri tajam menjalar di beberapa bagian, terutama di lutut dan pergelangan tangan.

Ketika ia berusaha untuk bergerak, sebuah rasa pusing menyerang kepalanya. Ingin rasanya ia berteriak, tetapi suaranya terpendam, terjebak dalam rasa sakit yang mendera. Ingatannya tentang kecelakaan itu kembali menghantui pikirannya. Gambaran mobil yang melaju kencang, suara klakson yang memekakkan telinga, dan detik-detik ketika semuanya terasa melambat.

“Kamu sudah bangun?”tanya seorang pria yang sedari tadi menungguinya.

“Kamu siapa?”tanya Harni dengan suara lirih sambil memegangi kepalanya.

Orang itu mendekat ke arah Harni dan duduk di dekat ranjang Harni. “Saya yang menabrak kamu kemarin, maaf ya. Saya benar-benar nggak sengaja, kemarin saya terlalu sibuk dengan ponsel saya sampai tidak memperhatikan jalanan. Tadinya saya ingin menghubungi keluarga kakak dari ponsel kakak. Tapi ponsel kakak baterainya habis dan saya tidak membawa charger. Jadinya saya menunggu kakak sampai bangun di sini. Kakak mau menghubungi keluarga kakak sekarang? Kakak bisa melakukannya melalui ponsel saya”sodornya dengan ponselnya.

Harni yang melihat itu mengeluarkan isak tangisnya dengan pelan, dirinya benar-benar tidak beruntung sekarang. Dan saat ini ia benar-benar sendiri dalam menghadapi semuanya. Keluarga? Ia sudah tidak punya. Neneknya sudah tiada. Beliau adalah keluarga satu-satunya yang ia punya. Dan sekarang ia benar-benar sendiri.

Harni menahan isak tangis yang perlahan pecah, menyadari betapa malangnya nasibnya saat ini. Ia benar-benar sendirian dalam menghadapi semua ini.

Suasana di ruangan itu seketika hanya berisi tangisan dari Harni. Tak ada suara lain selain suara isak tangis Harni. Kesedihannya sekarang berkali-kali lipat dari sebelumnya. Dirinya yang jarang menangis, sekarang sudah tidak dapat menahannya lagi. Hidupnya terlalu tidak beruntung semenjak neneknya tiada. Dirinya sudah tidak bisa menahannya lagi sekarang.

“Kamu nggak papa?”tanya orang itu dengan nada khawatir.

Harni tidak menjawab pertanyaan dari orang itu. Ia masih terhanyut dalam kesedihan yang mendalam, dengan suasana hati yang benar-benar muram.

Perasaan nestapa menyelimuti dirinya, membuatnya merasa begitu tersiksa dengan keadaan ini. Tanpa mampu menahan lagi, ia menangis sejadi-jadinya, meluapkan segala kekesalan yang terpendam di dalam hatinya.

“Huft semoga si bos kagak marah dengan gua kali ini”ucapnya dalam hati. Ia berharap dia tidak akan menimbulkan kemarahan dari bosnya sekarang.

µµ

Wajah-wajah asing yang belum pernah ia temui sebelumnya, hanya dikenalnya melalui gambar. Mereka adalah orang-orang pilihan asistennya, dipilih khusus untuk bekerja sama dalam menjalankan rencana. Namun, di antara mereka, ada satu sosok yang tak dikenalnya—seseorang yang duduk di samping Sabia dengan kepala terbalut perban.

Ia pun mengalihkan pandangannya ke arah asistennya, tatapannya penuh tanda tanya. Siapa? pikirnya, sembari mengernyitkan alis.

Fyneen yang melihat itu pun menggarukkan kepalanya yang tidak gatal. “Eehh dia juga bakalan ikut dalam rencana bos”ucapnya dengan tersenyum lebar ke arah Erica.

Erica mendelik kan matanya ke arah fyneen. “Awas lo kalau merusak rencananya!” Peringatnya dengan menunjukkan jarinya ke arah fyneen. “Dah pulang sana”usir Erica pada Fyneen.

“Lah emangnya gue kagak diajakin rundingan apa?”

“Kagak ini urusan perempuan, dan nggak ada hubungannya sama laki-laki.”

Erica melangkah masuk ke rumahnya, meninggalkan Fyneen sendirian di teras. Ia ingin membahas masalah ini hanya dengan anggota timnya, tanpa melibatkan orang lain—termasuk asistennya.

“Baiklah, Erica. Mari kita diskusikan dan segera menjalankannya.”

1
QueenRaa🌺
Keren ceritanya kak✨️ Semangat up!!
Kalo berkenan boleh singgah ke "Pesan Masa Lalu" dan berikan ulasan di sana🤩
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!