Siapa sangka putri tertua perdana menteri yang sangat disayang dan dimanja oleh perdana menteri malah membuat aib bagi keluarga Bai.
Bai Yu Jie, gadis manja yang dibuang oleh ayah kandungnya sendiri atas perbuatan yang tidak dia lakukan. Dalam keadaan kritis, Yu Jie menyimpan dendam.
"Aku akan membalas semua perbuatan kalian. Sabarlah untuk menunggu pembalasanku, ibu dan adikku tersayang."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reinon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 2
"Putuskan saja hukuman apa lagi yang harus ku tanggung?" suara Yu Jie cukup tegas meski lemah.
Hui Fen menatap tak percaya pada putri tercintanya itu. Awalnya, dia berharap putri pertamanya itu akan membela diri seperti sebelumnya. Sekarang, dia malah menantangnya.
Wajah Hui Fen kembali memerah menahan amarah. Kali ini dia tidak bisa menoleransi perbuatan putri tercintanya. Pernyataan penerimaan hukuman dari Yu Jie menerangkan bahwa dia benar telah melakukan perbuatan senonoh dan keji itu.
Beda halnya dengan Yu Jie. Gadis cantik itu sudah lelah membela diri. Daripada tenaganya habis meladeni drama yang dibuat selir Huang dan putri tercintanya, lebih baik dia ikuti saja permainan mereka.
"Baik. Karena kau telah mengakui perbuatanmu, maka kau sudah siap untuk menerima hukuman dariku," ucap Hui Fen.
Mei Yin tersenyum senang di dalam hati. Tak disangka rencananya dengan sang ibu berhasil. Dia akan menjadi putri satu-satunya perdana menteri Bai. Tidak akan ada lagi perbandingan antara dia dengan kakaknya.
"Pengawal!" teriak Hui Fen.
Beberapa orang pengawal segera memasuki aula. Suara gesekan sepatu dengan permukaan lantai menggema di seluruh aula. Meski lemah, Yu Jie bisa mendengar dengan jelas derap langkah mereka.
"Mulai saat ini, putri tertua tinggal di paviliun barat," ucap Hui Fen bersamaan dengan berhentinya langkah kaki para pengawal.
Yu Jie tersenyum miris. Paviliun barat adalah tempat terkutuk bagi pendosa di keluarga Bai. Dosa apa yang dia lakukan sampai harus tinggal di sana?
Mei Yin dan selir Huang tersenyum senang. Meski sekilas, Yu Jie dapat melihatnya dengan jelas. Salahkan, seluruh indranya yang sangat peka.
Dari kecil Yu Jie sadar jika dia memiliki indra yang sangat peka. Mendiang ibunya meminta Yu Jie untuk tidak menceritakan kelebihan yang dia miliki pada siapa pun. Meski Yu Jie baru berusia tiga tahun, dia mengerti jika rahasia itu harus disimpan dan dijaga baik-baik.
Jadi, sangat mudah bagi Yu Jie melihat seringai licik dua serigala betina itu. Kesalahannya hanya satu, sangat percaya kasih sayang selir Huang yang diberikan padanya sehingga membuatnya lalai.
Yu Jie sangat percaya pada selir Huang hingga membuatnya dengan mudah masuk dalam perangkap. Perangkap yang dengan sabar dirancang dan dibuat selir Huang khusus untuknya.
"Lebih baik buang saja aku dari keluarga Bai," ucap Yu Jie tegas.
Mata Hui Fen membulat saking terkejutnya. Bukankah dia sudah berbelas kasih pada putri tercintanya. Dia menempatkan Yu Jie di sana hanya untuk sementara. Apa Yu Jie tidak bisa merasakan?
Selir Huang tak kalah terkejut. Bukankan dia kejatuhan durian runtuh saat ini. Selama ini dia menginginkan Yu Jie enyah dari keluarga Bai agar putrinya menjadi putri satu-satunya keluarga Bai. Wanita licik itu tidak perlu menjalankan selanjutnya saat Yu Jie dipindahkan ke paviliun barat.
"Jiu'er, ayah dan ibu sangat menyayangimu. Mana mungkin kami membuang mu," selir Huang berkata sambil menyeka air mata yang entah kapan keluar dari matanya.
Yu Jie tersenyum kecut. Gadis cantik itu dengan senang hati mengikuti alur wanita licik itu. Lagipula tenaganya hampir habis.
"Masih ada Mei Yin yang akan menjadi putri perdana menteri. Bukankah reputasi Mei Yin sangat baik dibanding diriku di luar sana?"
"Kakak! Kau jangan seperti ini. Bagaimanapun kita adalah saudara kandung. Menurut lah dengan perintah ayah. Aku yakin ayah tidak akan tega membiarkanmu tinggal berlama-lama di paviliun barat. Betulkan ayah?" ucap Mei Yin.
Suara adik tirinya itu membuat gendang telinganya seperti digaruk benda tajam. Mereka yang ada di aula mengira bahwa adik tirinya itu sangat perhatian.
Tambah satu poin kebaikan lagi bagi Mei Yin. Reputasi baiknya pasti akan bertambah diluar sana, tapi Yu Jie tidak peduli. Jika perlu ambil saja seluruh kebaikan darinya.
"Baik. Jika itu keinginanmu. Akan aku kabulkan," tegas Hui Fen.
"Ayah!" rengek Mei Yin sambil menggoyang lengan kiri Hui Fen.
Beda lagi dengan selir Huang. Wanita itu bergegas memeluk kaki Hui Fen sambil menitikkan air mata.
"Tuan, jangan begitu. Kau sedang marah. Yu Jie juga putriku. Aku yang telah membesarkannya selama ini," isak selir Huang.
Yu Jie tersenyum melihat drama mini di hadapannya. "Sungguh keluarga yang sangat harmonis," ucapnya.
Hui Fen berdiri tegap meski tubuhnya diguncang berkali-kali oleh istri tercintanya. Pria itu menatap tajam Yu Jie.
"Mulai saat ini, Bai Mei Yin adalah putri satu-satunya keluarga Bai," Hui Fen kembali bersuara lantang.
"Selir Huang akan menjadi nyonya utama," lanjutnya.
Beberapa pelayan lama sangat sedih mendengar keputusan dari tuan mereka. Bagaimana mereka bisa menerima keputusan tuannya? Sedangkan, mereka adalah saksi kelahiran putri tertua.
Pelayan tua pun tak berani membantah. Wanita tua itu hanya bisa menatap sedih putri tertua.
"Yu Jie tidak akan memakai nama keluarga Bai di depan namanya. Untuk baktiku yang terakhir sebagai ayah, maka aku memberikan satu kereta kuda dengan seorang pengawal yang akan mengantar Yu Jie hingga ke tujuan," titah Hui Fen.
"Satu peti emas aku rasa kompensasi yang baik untukmu sebagai tanda pemutusan hubungan keluarga," timpal Hui Fen.
Yu Jie tersenyum menyindir, "Aku tidak butuh belas kasih darimu, ayah."
Gadis cantik itu sengaja menekankan kata ayah.
"Aku hanya membawa barang-barang peninggalan mendiang ibu. Aku tidak butuh hartamu," timpal Yu Jie.
"Kau!" geram Hui Fen.
Sifat keras kepala Yu Jie sangat mirip dengan mendiang ibu mertuanya. Pria paruh baya itu sampai tidak bisa berkata-kata.
Suasana aula hening sejenak. Nuan yang dari tadi menangisi nona mudanya juga tidak berani terisak. Aura kemurkaan tuan mereka sangat lekat di dalam aula hingga membuat tak seorang pun berani bersuara bahkan bergerak.
Bahkan selir Huang turut bungkam. Bukan takut, melainkan bersorak dalam hati karena rencananya berhasil seratus persen. Jadi, dia tidak perlu menambah bumbu lagi. Jika salah langkah, bisa-bisa dia dan putrinya ikut terdampak.
"Pengawal! Bawa gadis ini kembali ke kediamannya. Berikan dia waktu satu dupa untuk berkemas," tegas Hui Fen.
Sebelum Hui Fen meninggalkan aula, Nuan langsung bersuara dan bersujud, "Tuan, izinkan hamba mengikuti nona muda."
Hui Fen diam sejenak.
Selir Huang langsung bersuara, "Tuan, hukuman yang kau berikan sangat berat. Biarkan Nuan mengikuti Jiu'er. Dia ..."
"Siapa Jiu'er? Bukannya sudah jelas tadi ku katakan, nona muda satu-satunya keluarga Bai hanya Mei Yin."
Hui Fen memotong ucapan selir tercintanya itu agar semua orang tahu bahwa keputusannya sudah bulat.
Tak seorang pun bisa mengubah keputusannya. Lagipula Yu Jie yang menginginkan hubungan keluarga ini terputus.
lanjut up lagi thor
lanjut up lagi thor