NovelToon NovelToon
Bukan Tulang Rusuk

Bukan Tulang Rusuk

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Teen School/College / Mengubah Takdir
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: ayuwidia

Novel ini diilhami dari kisah hidup Nofiya Hayati dan dibalut dengan imajinasi penulis.

🍁🍁🍁

Semestinya seorang wanita adalah tulang rusuk, bukan tulang punggung.

Namun terkadang, ujian hidup memaksa seorang wanita menjadi tangguh dan harus terjun menjadi tulang punggung. Seperti yang dialami oleh Nofiya.

Kisah cinta yang berawal manis, ternyata menyeretnya ke palung duka karena coba dan uji yang datang silih berganti.

Nofiya terpaksa memilih jalan yang tak terbayangkan selama ini. Meninggalkan dua insan yang teramat berarti.

"Mama yang semangat ya. Adek wes mbeneh. Adek nggak bakal nakal. Tapi, Mama nggak oleh sui-sui lungone. Adek susah ngko." Kenzie--putra Nofiya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 23 Membuka Lembaran Baru

Happy reading 😘

Rinai hujan kembali membasahi bumi. Menguarkan bau basah dan mencipta pemandangan indah.

Bunga-bunga yang semula layu, kini tampak segar dan merekah karena tersirami air langit.

Katak-katak yang tadinya bermuram durja, kini bernyanyi riang sambil berloncatan.

Namun sayang pemandangan yang tersaji saat ini tidak mampu mengukir senyum di wajah Nofiya.

Hatinya gundah. Ia merasa bersalah pada Zaenal karena terlalu serius menanggapi ucapan kekasihnya itu.

Nofiya berpikir, mungkin ucapan Zaenal tadi hanya sekedar guyonan, bukan untuk ditanggapi serius.

"Zen, maaf," ucapnya lirih sambil menyandarkan kepala di dinding. Atensinya masih tertuju pada pemandangan di luar jendela. Namun pikirannya melayang--tertuju pada sosok rupawan yang berada jauh darinya.

Ingin hati meraih gawai dan segera menelepon Zaenal, tetapi ego melarang.

Nofiya memilih untuk menunggu telepon dari Zaenal dan enggan menghubungi kekasihnya itu lebih dahulu. Gengsi.

"Fi, kenapa melamun?"

Suara Nurma memecah kaca lamun dan memaksa Nofiya untuk mengalihkan atensi.

Nofiya menoleh, lalu memutar tubuhnya hingga berhadapan dengan Nurma.

"Mama --"

Nurma mengulas senyum dan mengusap lembut pipi Nofiya.

"Jangan suka melamun, Fi. Takutnya ada kuyang lewat. Kamu bisa diajak terbang lho," seloroh Nurma. Namun tidak membuat Nofiya tergelitik, apalagi tertawa.

"Zaman sekarang mana ada kuyang, Ma. Adanya Mang Ujang, penjual Mie Ayam," ujar Nofiya seraya bercanda, mengimbangi selorohan Nurma.

"Yuk duduk. Mama mau cerita tentang makhluk itu."

Nurma menggamit lengan Nofiya, lalu memandu sang putri untuk duduk di sofa.

Ia lantas bercerita tentang saudara mereka yang bisa menjelma menjadi kuyang.

Nofiya terkesiap saat Nurma menyebutkan nama orang yang dimaksud.

"Yang bener, Ma? Mana mungkin Om --" Nofiya tak kuasa melanjutkan kata-kata karena lidahnya serasa kelu.

Ia benar-benar tidak menyangka jika salah satu om yang dikenalnya baik ternyata bisa menjelma menjadi makhluk berwujud mengerikan.

Terdengar helaan nafas berat berasal dari indera penciuman Nurma, seiring titik-titik air bening yang mulai membingkai kelopak mata.

Rasa kasihan bercampur sedih memenuhi relung rasa kala teringat nasib buruk yang dialami oleh salah seorang saudaranya. Sebut saja dia Danu.

Karena kesalahan dan dosa besar yang dilakukan oleh leluhurnya, Danu harus menerima akibat yang tiada pernah terlintas di pikiran.

"Kasihan Om Danu." Sepasang netra Nofiya berkaca-kaca. Jantungnya berdenyut nyeri. Tak terbayang jika ia berada di posisi Danu.

Naudzubillahiminzalik, bisik batinnya.

Sama seperti Nurma, Nofiya juga merasa kasihan pada Danu. Namun mereka tidak kuasa untuk memberi pertolongan.

"Sudah, Ma. Mama nggak usah cerita tentang Om Danu lagi. Kita doakan saja yang terbaik buat beliau."

Nofiya mengulas senyum, lalu menyeka wajah mamanya yang basah dengan jemari tangan.

"Iya, Fi. Mama tidak akan lagi bercerita tentang Om mu itu," ucap Nurma.

"Nah gitu dong. Bagaimana kalau Mama bercerita tentang masa muda Mama --"

Nurma menggeleng, lalu menjepit pelan hidung mancung putrinya.

"Tidak. Mama sudah sering bercerita itu."

"Tapi 'kan dulu waktu Fiya masih kecil. Lama lho Fiya nggak denger Mama bercerita tentang masa muda Mama lagi."

"Jangan ya Dek ya! Mama jangan diminta cerita tentang masa muda Mama lagi."

"Memangnya kenapa, Ma?"

"Kalau Mama cerita tentang masa muda Mama, Mama pasti teringat kenangan indah bersama Papa Ridwan."

"Mama belum bisa move on ya dari papa?"

Nurma menghirup nafas dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Menghempas nyeri yang sejenak terasa di ulu hati kala terlintas bayangan masa lalu.

"Bagaimana Mama bisa move on dari papamu, kalau foto copy-an nya ada di hadapan Mama."

Nurma kembali menjepit hidung Nofiya, tetapi kali ini sedikit lebih kuat dan membuat Nofiya meringis.

"Duh, jangan kuat-kuat jepitnya, Ma. Sakit tau'."

Nurma terkekeh, lalu mengusap lembut hidung putrinya yang terlihat memerah seperti tomat matang.

"Maafin Mama ya. Habisnya Mama gemes. Tiap melihat hidungmu, Mama seperti melihat hidung Papa Ridwan."

"Iya, Fiya maafin. Tapi Fiya mau nanya satu hal, Ma." Nofiya menatap lekat manik mata Nurma dan memasang raut wajah serius.

"Mau nanya apa?"

"Mama masih cinta nggak sama Papa?"

Nurma membalas tatapan Nofiya, lalu menghembus nafas berat.

"Jangan tanyakan itu lagi. Mama sudah membuka lembaran baru. Tidak bijak rasanya jika Mama menjawab pertanyaanmu, sementara di hidup Mama sudah ada sosok pengganti papa yang insya Allah tulus mencintai Mama," tutur Nurma seraya menjawab tanya.

"Iya, Ma. Maafin Fiya ya."

Nurma menanggapi ucapan Nofiya dengan mengerjapkan mata.

"Ehem, bagaimana kalau kamu bercerita tentang Zen. Pemuda yang berhasil menjadikan putri Mama kekasih."

Tidak ada raut terkejut yang terlukis di wajah Nofiya. Ia bisa menebak, jika sang mama sudah mengetahui hubungannya dengan Zaenal. Entah dari papa atau dari kedua saudaranya, Langit dan Jingga.

"Mama tahu dari papa ya? Atau dari Langit dan Mbak Jingga?" tebak Nofiya. Ia merasa jika tebakannya seratus persen benar. Namun ternyata salah, karena Nurma menjawab dengan menggeleng kepala.

"Bukan dari mereka," ucapnya kemudian.

"Lalu, dari siapa?"

"Dari kamu sendiri, Fi. Semalam kamu mengigau. Kamu terus menerus menyebut nama Zen sambil tersenyum. Karena kepo, Mama mengintip chat yang dikirim oleh Zen. Sweet banget kata-katanya."

"Ih, Mama. Suka ngintip. Nggak takut bintitan?"

"Habisnya Mama kepo banget, Fi. Ya udah Mama intip aja. Sebenernya bukan cuma ngintip, tapi Mama membaca semua chat dari Zen. Jadi, Mama nggak bintitan dong ya? 'Kan nggak ngintip." Nurma terkekeh.

"Yaelah, Mama."

"Buruan cerita tentang Zen. Mama ingin sekali mendengarnya."

"Hemm, baiklah."

Nofiya lantas bercerita tentang Zaenal. Mulai dari perkenalan mereka di kampus, sampai mengenai hubungan mereka yang telah terjalin beberapa purnama dan telah mendapat restu dari Ridwan serta kedua orang tua Zaenal.

...🌹🌹🌹...

Relakan masa yang telah lalu, buka lembaran baru bersama dia yang tulus mencinta dan bukan hanya menorehkan cerita semu.

🍁🍁🍁

Bersambung ....

1
Ririn Rira
Keren kak 😍
Ririn Rira
😅 berharap apa kamu Zen
Ririn Rira
Apapun pekerjaan nya yang penting halal mengais rezeki halal ya Atta.
Ririn Rira
Nggak kebayang kalau Seruni ngamuk 😅
Ririn Rira
Sama ya keluargaku 75% beda agama karena nenek kandungku kristen jadi yang mualaf cuma mama tapi sepupu² aku sudah banyak masuk islam.

Belajar sama² ya Zen udah ada lampu hijau dari Papa Ridwan.
Najwa Aini
iyahh..
semoga
Ririn Rira
Akhirnya mengantongi restu ya Zen
Ririn Rira
Tindakan papa Ridwan aku pelajari waktu jadi anggota UKS kak jadi kangen masa² itu
Ayuwidia: kesempatan cuci mata 😄
Ririn Rira: Iya kak apalagi waktu praktek cogan jadi pasiennya wah auto tebar pesona 😂
total 3 replies
Ririn Rira
gemesin si Nada
Najwa Aini
Baru aku mau nanya..
eh Authornya duluan.
Terus siapa yg bisa jawab nih
Ayuwidia: emoh, takut sama bidadarinya 😆
Najwa Aini: ogeh.
otw nanya.
yukk ikutt
total 3 replies
Najwa Aini
Batuk lagi aku....kannnn
Najwa Aini
Dia kan hanya sekeda mrenunjukkan eksistensi, Fiya. Tapi cinta no debatnya hanya kamu aja
Najwa Aini
uhuukkk..uhuukk...
konidin mana...
mana konidin
Najwa Aini: hik..hik...
Ayuwidia: Nggak ada konidin, adanya konmentar 😆
total 2 replies
Ririn Rira
Cerita yang bagus
Ririn Rira
yang di ingat masa kecil kok ileran sama upil sih 😂 Rena cinta sendiri ni judul nya.
Ririn Rira
ngobrol dari tadi papi-mami nya nggak di suruh duduk Zen 😅 jangan durhakim kaya si Zevin ya papa nya di kirim ke planet.
Ayuwidia: Wkkk kaya' nya mereka emang 1112, Kak 😆
total 1 replies
Ririn Rira
ternyata si papi posesif ya 😅
Ririn Rira
jangan di harap lagi lah Seruni
Ririn Rira
keren banget si bapak ini
Ririn Rira
Syukur Nofiya cepat datang ya Zen kalau enggak gagap sendiri 😅
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!