Terjerat Gairah Sang Pembantu

“Oke aku memang mengizinkan karena aku tidak menyangka kalau Tuan akan menikmati Zoya!” Bentak Cani, ia kesal setengah mati kepada Lucas yang sempatnya menuduh dirinya akan semua kenikmatan yang mana Lucas menikmati. 

“Aku hanya mengikuti alur saja, Cani..” Ntah mengapa timbul perasaan bersalah yang sangat besar kepada Cani dihati Lucas. 

Sebenarnya alasan Cani marah itu sangatlah logis, hanya saja lagi dan lagi Lucas memang tidak bisa mengendalikan diri dari Zoya tadi. Wanita yang telah bersamanya lebih dari tiga tahun itu melayani dirinya dengan baik, bahkan melakukan goyangan yang membuat Lucas terus mendesis. 

“Aku jadi ragu.. Tuan mengatakan kalau Zoya tidak melayani dengan baik, tapi dari yang aku lihat tadi.. Yang dilakukan Zoya membuatmu mendesis seperti ular!” Bahkan Cani saja menyadari itu. 

Sudah pasti Lucas menjadi mati kata, ia melirik kearah Cani yang cemberut. Merayu dengan kata apapun sudah pasti Cani tidak akan percaya lagi. Lucas tiada henti merutuki dirinya sendiri yang sudah bodoh, padahal kemarahan Cani kemarin saja sudah membuatnya sakit kepala. 

“Aku yang bodoh sudah percaya dengan kata-kata mu!” Cani ingin bangkit dari duduknya tapi segera ditarik oleh Lucas hingga duduk kembali. 

“Kau mau kemana, sayang?” tanya Lucas, ia memaksa Cani untuk tetap duduk tenang. “Tetap disini, jangan pergi..” Lucas memeluk erat Cani yang sepertinya menangis. 

Sungguh perasaan Cani sangat kacau melihat Lucas sangat menikmati tubuh Zoya. Karena hal seperti itu hanya boleh Lucas tunjukkan saja pada dirinya itulah kemauan dari hati Cani sebenarnya. 

Setelah merasa kalau Cani sudah lebih tenang, Lucas merela pelukan itu. “Aku tidak tahu apa yang terjadi jika aku tidak menemuimu malam ini.. Pasti kau akan pergi dariku bukan?” tanya Lucas dengan mengelus wajah Cani yang dipenuhi air mata. 

Cani menjawab dengan anggukan kepala, bagaimana lagi. Memang itulah kenyataanya, sengaja tidak tidur untuk menunggu apakah Lucas mengatakan maaf atau tidak. Kalau sempat Lucas tidak melakukannya maka Cani akan pergi secara diam-diam. 

Sungguh lega hati Lucas telah melakukan semua ini, ia mengelus pipi chubby milik Cani yang menambah kecantikan yang dimiliki wanita itu. 

“Kau tidak boleh pergi.. Karna aku sudah tertarik denganmu, tidak tahu rasa apa ini.. Hanya saja sebaiknya jangan pergi dariku,” Ucap Lucas dengan sangat serius. 

Sampai Cani menjadi terharu mendengarnya, sebenarnya Cani saja yang selalu banyak menuntut kepada Lucas yang merupakan sosok pria beristri. 

“Begini, sayang..” Lucas menatap Cani dengan sangat serius. 

“Kau tidak suka melihatku berdekatan atau melakukan hal seperti tadi bersama Zoya?” tanya Lucas, tanpa berpikir panjang dahulu Cani menjawab dengan anggukan kepala. 

“Aku tidak suka, kalau kau ingin cium kan ada aku. Kalau ingin merasakan lebih lagi juga ada aku,” Ucap Cani dengan sangat serius kepada Lucas yang terkekeh kecil. 

“Hanya saja Zoya istriku, aku tidak bisa terus-menerus menolak dia.”

Seketika Cani tersadar, ia lupa akan fakta sebesar itu. Kalau masalah Hak Lucas antara dirinya dengan Zoya tentu saja lebih besar Zoya melebihi apapun. 

Cani menunduk karena merasa bersalah sekali dengan Lucas, dan juga sebenarnya merasa malu juga. “Aku tidak marah kalau kau seperti ini, malah aku suka..” Ucapan Lucas membuat kepala Cani langsung mendongak kearahnya. 

“Maafkan perasaan labil yang aku miliki ini..” ucap Cani dengan penuh merasa bersalah kepada Lucas, bagaimanapun ia mencintai pria itu setidaknya Cani harus tetap sadar diri seperti apa kedudukannya didalam kehidupan Lucas. 

Lucas yang memang merasa itu tidak terlalu salah tentu saja tidak suka melihat Cani meminta maaf. Ntah kenapa melihat Cani sedih membuat perasaan Lucas menjadi teramat kacau. 

“Tidak, Cani sayang. Kau tidak salah, perasaan labil itu yang aku suka darimu..” Ucap Lucas, ia mencium bibir Cani hingga wanita itu tersenyum. 

“Setidaknya tunggu aku menemukan waktu yang tepat, maka aku segera menceraikan Zoya nanti.”

“Tidak perlu, Tuan. Aku suka menjadi selingkuhanmu,” Respon Cani membuat Lucas semakin merasa dicintai. 

Itulah kebenarannya karna hal yang dibutuhkan Cani hanyalah hidup bahagia bersama Lucas bukan mendapatkan kedudukan yang seperti Zoya rasakan. Melihat Lucas bahagia itulah inti kehidupan yang sangat ingin Cani rasakan. 

“Begini.. Kau boleh menyentuh istrimu tapi hanya satu ronde, tidak boleh seperti tadi berkali-kali..” Ujar Cani dengan sangat serius kepada Lucas, ia memberikan peraturan kepada pria itu. 

“Aku sangat mau berbagi dengan Zoya, tapi hanya satu kali saja.” Katanya lagi. 

Mendengar itu membuat Lucas tersenyum simpul, sebenarnya dapat terlihat sekali rasa cemburu yang dimiliki oleh Cani. “Baiklah hanya sekali, itu berarti kalau dengan Cani yang cantik.. Boleh dong berkali-kali?”

“Boleh!” Jawab Cani cepat, Lucas saja tidak menyangka kalau Cani bisa menjawab secepat itu. 

Lucas memeluk erat Cani, lalu menggelitik perut wanita itu hingga tertawa lepas. Lucas sangat nyaman dengan Cani, apapun yang wanita itu inginkan maka Lucas akan mewujudkannya. 

“Oh iya..” Lucas tersenyum kepada Cani yang berada dibawahnya, bernapas secara terengah-engah karna habis tertawa. 

“Apa?”

“Panggil aku jangan Tuan lagi disaat kita hanya berdua, karna kita berpacaran mulai sekarang.” ucap Lucas. 

“Pacaran?”

“Kau sudah pernah pacaran belum?”

“Belum, kau pacar pertamaku!” jawab Cani sembari memegang hidung mancung milik Lucas. Posisi seperti ini membuat Cani lebih leluasa menikmati ketampanan dari majikannya. 

“Serius, astaga.. Kau memang menakjubkan, Cani..” Lucas membawa tubuh Cani untuk bangkit, lalu membawa wanita itu menuju pangkuannya. “Aku mau kau panggil aku dengan panggilan yang sedikit berbeda, karna juga aku pacar pertamamu.” Pinta Lucas. 

“Kalau begitu aku akan memanggilmu, Daddy?”

“Daddy?” Lucas suka dengan panggilan itu, ia menjadi membayangkan menggempur Cani tanpa ampun lalu wanita itu menyebutkan nama Daddy. “Bagus, aku suka..” Lucas memeluk erat Cani hingga merasakan sesak. 

Tiba-tiba saja Lucas teringat akan hal apa yang membuatnya ke dapur, ia yakin jika Zoya sudah menunggu lama didalam kamar. 

“Sayang, Daddy lupa..” Lucas menurunkan Cani dari pangkuannya. 

“Lupa cabut..”

Apa yang dikatakan Cani membuat Lucas terkejut. “Lupa cabut? Dimasukin aja juga belum,” balasnya membuat Cani terkekeh. 

“Aku juga mau dimasukin, Dad..” Pinta Cani dengan sangat manja, tidak lupa ekspresi menggoda itu tidak pernah tinggal sedikitpun.