Ini adalah kisah nyata yang terjadi pada beberapa narasumber yang pernah cerita maupun yang aku alami sendiri.
cerita ini aku rangkum dan aku kasih bumbu sehingga menjadi sebuah cerita horor komedi.
tempat dimana riyono tinggal, bisa di cari di google map.
selamat membaca.
kritik dan saran di tunggu ya gaes. 🙂🙂
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ady Irawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bogel Menghilang. 2
1
Persiapan pindahan sudah selesai, hanya menunggu jam yang sudah di tentukan bersama antara Pak Bejo dan Pak Ponijan. Kami datang tepat waktu, telat sedikit saja mereka sudah berangkat.
Pak Bejo memanggil anaknya itu saat kami datang berkunjung. Tapi, saat masuk kamarnya. Telah didapati bahwa Bogel sudah tidak ada di sana.
Beberapa anak pergi ke halaman belakang rumah. Mungkin, Bogel sudah baikan badannya, dan pergi kesana untuk mencari angin. Tapi dia tidak ada.
Akiranya, kita semua sepakat berpencar untuk mencari Bogel. Waktu keberangkatan sudah mepet. Bisa-bisanya dia malah keluyuran.
Aku satu tim dengan Dika, Angga dan Udin. Kami yang selalu bersama beranggapan bisa tahu dan segera menemukan Bogel. Kami menuju ke lokasi pertama, sungai Lanang. Nihil. Sawah depan kelurahan. Zonk. Ba’an. Tak nampak dia nya.
Hingga waktu menjelang sore kami kembali kerumah Bogel untuk mencari tahu apakah Bogel sudah pulang atau lainnya. Bogel belum pulang, dan tim pencarian yang lain pun pulang dengan tangan kosong.
Karena bujukan keluarga Pak Bejo dan Pak Ponijan, kami di suruh pulang. Mereka menunda keberangkatan menuju Ponorogo, dan akan mencari Bogel sendiri. Dan tim pencarian pun di bubarkan.
Karena sudah beberapa hari aku tidak pulang ke rumahku sendiri, aku pun berniat untuk mampir dulu sebentar kesana. Walapun rumah itu terbuat dri bilik bambu, beratap bocor, bocornya disana-sini pula. Akan tetapi rumah itulah tempat ternyaman bagiku saat melepas lelah setelah seharian bermain. :P
Tadi pas lewat depan rumah, saat ke sungai Lanang. Aku melihat Mas Andri sedang membersihkan halaman rumah. Tadi aku juga menyempatkan menyapa sebentar. Kelihatannya saat ini dia sudah selesai bersih-bersihnya. Dia sudah tidak di sana lagi.
Aku masuk ke rumahku. “Assalamuallaikum.”
“Waalaikumsalam.” Ternyata Masa Andri didalam rumah. “Tumben kamu pulang.”
“Hehee, kangen kamarku.”
“Oh, yang bau pesing ompol kamu itu?”
“Berisik ah, aku mau tidur siang. Capek barusan mencari Bogel.”
“Bogel ilang?”
“Iya, tadi pas mau ngucapin kata perpisahan. Kami teman sekelas Bogel mampir ke sana. Padahal sudah mau berangkat, eh Bogelnya malah ngilang.”
Saat aku bercerita sebentar itu tadi. Kudapati Mas Andri sudah molor di kursi. Kampret nih orang, tidak menghargai nafas adiknya sama sekali.
Aku pun menuju kamar, dan tidur. Aah, kamarku istanaku. Aku merindukan mu.
2
Sore harinya bapakku pulang, aku yang senang bukan kepalang langsung memeluknya untuk melepas rindu.
“Saudara ibumu meninggal.” Kata bapak sambil makan oleh-oleh dari Blitar. “Nanti malam bapak berangkat lagi. Aku pulang Cuma mau kasih kabar saja, dan meminta ijin cuti di perpanjang.”
“Nginap berapa hari lagi?” tanya Mas Andri.
“Mungkin seminggu, sampai tujuh harian orang meninggal.”
“Ok, ok. Nanti jadwal ronda kamu bisa aku gantiin.”
“Bagus lah, bapak biar ga terlalu sungkan sama pak lurah.”
“Banyak tragedi di desa, kalau mau menemui Pak Rawi, mendingan sekarang saja.”
“Tragedi?”
“Ya, kemarin lusa, anaknya Pak Ponijan pindahan dari Kota Ponorogo meninggal. Tadi siang anaknya Pak Bejo menghilang.”
Lalu Mas Andri pun menceritakan hubungan kedua keluarga tersebut, dan rencana mereka untuk pindah ke Ponorogo.
“Nanti malam, kalau Bogel belum pulang. Akan di adakan pencarian lanjutan.” Lanjut Mas Andri.
“Yah, semoga saja cepat ketemu”
Karena satu arah, kita bertiga jalan bareng ke arah tebo. Bapak mau balik ke Blitar. Aku dan Mas Andri mau menginap lagi di rumah Mbah Di. Bapak Cuma nitip salam, dia harus mengejar waktu. Kalau kemalaman tidak ada transportasi ke arah kota.
3
Sore berganti malam, dan malam pun berganti pagi. Aku bangun pagi, sarapan dan berpamitan untuk berangkat kesekolah.
“Bogel masih belum ketemu.” Kata Mbah Ti.
“Iya, kemarin di cari sampai tengah malam tapi tidak ketemu juga.” Kata Mbah Di.
“Nanti malam, kalau masih belum di temukan aku akan ikut mencari.” Kata Mas Andri. Mereka bertiga bicara tanpa sadar aku sudah ikut bergabung.
“Aku ikut ya?” kataku.
“Astaga.!! Bikin kaget saja kamu.” Kata mbah DI.
“Hehee, lagian aku dari tadi mau pamit kalian malah asik ngobrol.” Aku berbohong, padahal belum ngomong apa-apa.
“Ga usah ikut, biar orang dewasa saja yang mencari.” Jawab Mas Andri. “Bisa gawat kalau ada anak kecil lain yang ikut hilang.”
“Tapi Bogel itu teman ku. Aku cemas kalau ada apa-apa sama dia.
“Sudah, pokoknya jangan.” Kata Mbah Ti. “Bisa jadi Bogel di culik Wewe Gombel.”
“Tapi...”
“Ga ada tapi-tapian. Titik. Ga pake koma.” Mbah Ti memotong omonganku. “Sudah, cepat berangkat sana, nanti kamu telat kesekolah.”
Aku berangkat kesekolah, Wewe Gombel. Setan yang suka menculik Anak-anak, setan perempuan dengan tete sampai menyentuh tanah. Kalau menculik anak kecil, anak itu di sembunyikan di balik tete tersebut.
Iya, tete yang itu. Kalian ngerti kok, jangan boong. :V tapi sayangnya, setan itu sudah nenek-nenek ya. Kalau masih muda sih... sudah, sudah, balik kecerita.
Di sekolah. Yah, sudah bisa di tebak. Hebuoh gaes. Gosip, rumor dan sebagainya bersliweran di sana. Selain Wewe Gombel, ada pula rumor Bogel di culik Pepekan. Anu, kalau kalian orang jawa timur asli, ngerti kok Pepekan itu apa, bukan pepekan yang itu ya. :P
Dan juga ada pula yang bilang kalau Bogel kabur dari rumah, dengan alasan dia sedang patah hati di tinggal Ayu.
4
Hari demi hari, Bogel tidak di temukan juga. Sudah hampir satu minggu dia menghilang bak di telan bumi. Banyak warga yang mulai menyerah dan berhenti ikut mencari. Ada pula yang tetap optimis dengan segala alasannya.
Hari ini hari sabtu, jadwal pramuka tetap di laksanakan. Seperti minggu sebelumnya, di adakan kemah di sekolahan dan menginap satu malam, dengan beberapa syarat yang harus di setujui oleh partisipan. Tidak boleh keluar area sekolahan, dan kalaupun keluar, harus ada pendamping dari pihak guru.
Tidak di sangka, hampir satu kelas semuanya setuju. Dan guru harus ikut andil semuanya dalam pengamanan acara pramuka itu.
5
Sepulang sekolah, Mbah Di mengajak aku ke rumah di bawah lembah kemarin. Semangat donk, entah kenapa aku sangat menyukai tempat itu. Yah, walaupun itu tempat terakir kalinya aku melihat wajah Ayu saat dia masih hidup. Dan juga wajah bogel saat masih berseri-seri.
“Kamu suka sama kegiatan alam liar ya.?” Tanya Mbah Di di tengah perjalanan.
“Iya donk, seru.” Jawabku bersemangat.
“Kapan-kapan kalian kemah disini saja. Kalau malam saat obor-obor itu dinyalakan pemandangannya sangat luarbiasa. Dan hobi kalian yang suka cerita horor-hororan itu bisa lebih mengena kalau disini.”
“Kalau Mbah Di mengijinkan sih, nanti aku bilangin ke Pak Nur dan guru yang lainnya.”
“Tempat ini di kelilingi tebing, dan hanya memiliki satu jalan keluar-masuk, jadi aku kira disini lebih mudah bagi guru kalian mengawasi murid-murid bandel yang suka keluyuran. Macam kamu.”
“Hehehee, kalau ga keluyuran, bukan laki-laki kan Mbah.”
“Keluyuran boleh, berpetualangan juga boleh. Asal kamu ingat. Di alam liar, kamu kalau mau ngapa-ngapain itu mesti berdoa dulu. Siapa tahu tempat itu ada penunggunya atau yang lain. Jangan asal pipis di sembarang tempat. Jangan asal tendang sana-sini. Siapa tau yang kamu tendang in itu kepala orang mati lagi.”
“Hehehee, iya Mbah. Lagian kan dulu itu si Roy yang nemu kepala itu.”
“Pokonya hati-hati. Itu pesan ku.”
6
Buku kemarin yang aku temukan, tadinya aku berikan kepada Mbah Di. Dan saat ini di taruh di salah satu rak buku di kamar rumah itu.
“Belajar bahasa Belanda yang tekun.” Kata Mbah Di. “Kayaknya kamu penasaran sama isi buku itu.”
“Kamu sendiri bisa membacanya?”
“Engga bisa, hehee. Yang pasti itu buku milik mister Jansen. Aku ingin tahu isinya, tapi aku sudah terlalu tua untuk belajar bahasa asing. Jadi, buku itu aku wariskan kepadamu.”
Sebenarnya aku tidak ngasih tau gimana ceritanya aku menemukan buku itu. Aku merasa kalau itu lebih baik di rahasiakan. Apa lagi tentang Elly.
Setelah selesai membersihkan rumah, aku pun langsung berangkat ke sekolah. Pramuka, saat-saat yang paling aku tunggu. Bercerita horor di tengah malam di alam bebas.
Kami mendirikan tenda-tenda, dan menyiapkan beberapa kayu untuk api unggun nanti malam. Setelah itu kami baris-berbaris, bernyanyi dan mendapatkan pelatihan bagaimana caranya hidup di alam bebas. Terlebih kalau kita tersesat di hutan.
Kita mempelajari beberapa tumbuhan yang bisa dimakan, dan beberapa tumbuhan beracun. Pak Nur bilang, suatu saat nanti hal tersebut pasti bisa bermanfaat.
Malam pun tiba, acara yang ditunggu-tunggu telah dimulai. Kita mulai mengelilingi api unggun. Dan tak lupa menyimpan singkong dan jagung.
Cerita Horor Di Perkemahan Bagian ke dua dimulai.
silahkan komen, dan share. tengkyu ferimat. 😁😁