NovelToon NovelToon
Love Me, Please

Love Me, Please

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat
Popularitas:1.7M
Nilai: 4.6
Nama Author: Aluna sweet

Hana seorang kariawan biasa yang harus menerima perjodohan dengan anak atasannya yang bernama Rico. Hana pun menyanggupi meski tak ada cinta antara mereka berdua. Ia rela berkorban asalkan atasannya bisa sembuh dan mau di operasi.

Namun, harapan tak selalu sesuai kenyataan. Sang atasan meninggal dunia di saat pernikahannya yang belum genap 24 jam.


Karena merasa tak ada lagi alasan untuk bertahan, akhirnya Rico memutuskan secara sepihak untuk bercerai.

Hana merasa terluka dan di campakkan. Namun, ia juga tak bisa memaksa untuk mencoba menjalani pernikahan mereka. Putusan perceraian keluar. Hana harus menjadi janda perawan.


Tiga bulan setelah perceraian, nasib buruk menimpa Hana hingga membuatnya hamil dan pergi sejauh mungkin.


Mampukah Rico menemukan Hana dan bertanggung jawab. Atau hanya penyesalan yang menghantuinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aluna sweet, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian Dua Puluh

Di rumah sakit.

Pagi menjelang, Hana sudah bangun. Tapi masih ia dapati keadaan Aksa masih sama. Nampak jelas raut kesedihan di wajah Hana. Dia mendesah menghembuskan nafas.

"Anak mommy, bangun yah, nantu kita liburan mau kan?" air matanya berlinang. Cepat-cepat ia menghapus air mata yang membasahi pipinya.

Cup

"Mommy mandi dulu ya, sayang!" pamit Hana. Meski hanya ke kamar mandi, Hana tetap berujar pada Aksa karena ia berharap ada ke ajaiban.

klek

Suara pintu di ruangan itu terbuka memnampilkan sosok Ryan yang sudah tampan dengan tampilannya yang sempurna. Ia mendekati Hana yang hendak beranjak masuk ke kamar mandi.

Cup

Ryan mencium kening Hana yang di sambut dengan pipi yang merona.

"Aku mandi dulu, ya." pamit Hana.

"Iya, sayang!" jawab Ryan dengan senyuman hangatnya.

Setelah di tinggal Hana, Ryan duduk di kursi tepi ranjang Aksa. Ia membelai sayang kepala Aksa.

"Aksa jagoan papah!" Ryan belajar membiasakan dirinya untuk memanggil papah karena sebentar lagi dia dan Hana akan menikah.

"Ayo bangun jagoan papah. Nanti kita jalan-jalan. Beli mainan yang banyak. Mau kan jagoan?" Tanpa menyerah Ryan masih mengajak Aksa berbincang-bincang.

Hana yang sudah selesai mandi, diam mendengarkan obrolan Ryan dengan Aksa. Hana sangat terharu, Ryan sangat tulus menyayangi Aksa dan dirinya.

"Papah ke kantor dulu ya! Nanti papah kesini lagi!" tutur Ryan mengakhiri obrolannya dengan Aksa.

Ia cium kening dan tangan Aksa. Ryan memang tulus menyayangi Aksa.

Hana berjalan mendekati Ryan "Sudah mau berangkat?" tanya Hana.

"Iya. Hari ini ada meeting penting yang nggak bisa aku tinggal. Nggak papakan aku tinggal sendiri!" Ryan berujar penuh dengan kekuatiran.

Hana tersenyum "Iya, nggak papa. Kamu fokus aja sama kerjaan kamu."

"Aku bawakan sarapan buat kamu." Ryan menunjuk kotak sarapan di atas nakas yang ia beli di restoran.

"Terima kasih!"

"Kalau ada apa-apa, cepat hubungi aku yah!" pesannya sebelum ia berangkat.

"Iya. Kamu hati-hati. Jangan lupa sarapan juga!"

"Hmmmm."

Cup

Ryan mencium kening Hana lagi sebelum ia keluar dari ruangan itu. Hana mengantar Ryan sampai depan dan ketika sudah tak melihat bayangan Ryan, barulah Hana masuk.

.

.

Ryan mengendari mobil sportnya menuju kantor. Dia sudah di tunggu di ruang rapat. Hari ini agendanya sangat padat. Selain rapat di kantor, ia juga di agendakan akan ada pertemuan dengan dua klien di tempat yang berbeda.

Saat Ryan masuk, semua menunduk hormat sebelum rapatnya di mulai. Rapat berjalan dengan lancar, memang memakan waktu yang lama karena banyak hal yang di bahas.

Hingga masuk jam makan siang, Ryan masih menyempatkan diri menengok Hana dan juga Aksa.

Dia kendarai kuda besinya membelah jalanan yang lumayan padat karena jam makan siang. Tak lupa Ryan membeli makanan untuk makan siang bersama.

Hanya membutuhkan waktu dua puluh menitan Ryan sudah memarkirkan mobilnya di basment rumah sakit. Ryan masuk dan menekan tombol lift menuju kamar rawat Aksa.

.

.

.

Di kediaman utama rumah keluarga Rico.

"Mah, sudah bearapa kali aku bilang. Untuk saat ini aku tidak ingin menikah!" Rico berujar pada ibunya yang merasa sudah lelah menanggapi perjodohan yang di siapkan ibunya.

Rico mengerang frustasi atas keinginan ibunya.

"Rico, mau sampai kapan kamu akan sendiri. Mamah pengen cucu!" ucap ibunya dengan nada memelas berharap Rico akan luluh.

"Nanti jika sudah tepat waktunya, mah." Rico mendekati ibunya, ia peluk dari samping tubuh renta itu "Percaya dengan Rico mah, jika sudah tepat waktunya, Rico pasti akan menikah." berucap dengan penuh keyakinan agar ibunya berhenti menjodohkannya.

Dengan perasaan berat ibunya mengalah tak memaksakan kehendaknya seperti sebelum-sebelumnya "Baiklah, nak. Mamah harap kamu bisa secepatnya menikah karena mamah takut tidak sempat melihat mu bersanding dan menimang cucu."

"Sstt. Janga bicara seperti itu, mah." Rico semakin mengeratkan pelukannya "Aku pasti menikah dan mamah pasti sempat menimang cucu dari ku." tuturnya dengan lembut.

Ibunya tak menyahut, hanya menepuk lembut tangan Rico yang memeluknya.

Rico tau ibunya sangat menginginkan dirinya menikah. Hanya saja Rico masih terjebak dalam masa lalu. Dan ia juga terjebak dengan mimpi anak kecil yang selalu memanggilnya daddy.

Rico tidak menceritakan perihal mimpinya pada sang ibu, takut membuat ibunya kuatir. Rico juga sering berkunjung ke psikiater. Jujur saja, ia memang merasa terganggu akan mimpinya.

"Mah, aku harus kekantor lagi. Nanti sore akan ada meeting!" ucapnya. Rico melepaskan pelukan pada ibunya.

"Baiklah, nak. Jangan lupa nanti malam menginap di sini. Mamah kesepian sendiri!"

"Baiklah, mah. Aku akan bermalam di sini nanti. Aku kangen masakan mamah."

Ibunya tersenyum, sudah lama ia tidak memasak makanan kesukaan anak-anaknya.

Rico keluar rumah yang di antar langsung ibunya. Sebelum masuk mobil, Rico mencium pipi dan tangan ibunya untuk pamit berangkat.

"Hati-hati, nak!" pesan ibunya sebelum mobil Rico berlalu dari halaman rumah.

.

.

.

Sementara di rumah sakit.

"Sayang!" panggil Ryan melihat Hana murung.

Hana berbalik dan memandang Ryan. Ia paksakan senyuman di wajahnya. Ryan beranjak dari tempat duduknya mendekati Hana. Ia bawa tubuh rapuh itu ke dalam pelukannya. Di belainya tubuh Hana dengan kasih sayang.

"Apa yang sedang kamu pikirkan, sayang!" tanya Ryan.

Hana mendongakkan wajahnya memgulas senyumnya. Dia peluk erat tubuh Ryan. Ada sedikit ketenangan dihatinya yang gundah.

"Katakan, apa yang sedang kamu pikirkan?" ulang Ryan lagi.

"Aku tidak tau, apakah ini tepat atau tidak." Hana mulai bicara hal yang mengganggu pikirannya dari tadi.

"Katakan! Aku akan mendengarnya."

"Aku ingin menemui ayah kandung Aksa!" ujar Hana to the point pada masalah yang ia pikirkan.

Ada raut terkejut di wajah Ryan. Namun secepat mungkin ia menetralkan ekspresinya.

"Aku tidak tau resiko kedepannya seperti apa jika ayahnya tau tentang Aksa. Hanya saja aku sangat tidak tega jika Aksa harus lama-lama dengan keadaanya seperti ini." Hana terisak menangis. Bahunya naik turun karena isakan tangisnya. Hati ibu mana yang tak sakit melihat kondisi anaknya sakit.

Lagi, Ryan memberikan usapan lembut untuk memberikan ketenangan dan dukungan. Ryan mengurai pelukannya. Ia pegang kedua bahu Hana dan menatap mata coklat indah yang sudah menghipnotisnya dari pertama melihatnya.

"Aku akan selalu mendukung apa pun keputusanmu demi kesembuhan Aksa. Katakan, dimana aku harus menemui ayah Aksa?" tanya Ryan.

"Apa kau tidk keberatan?" Tanya Hana. Biar bagaimana pun ia perlu bertanya pada Ryan dulu tentang keputusannya.

Ryan memberikan senyum manisnya. Ia menghapus air mata Hana menggunakan ibu jarinya. "Tidak. Tentu aku tidak keberatan Hana. Apa pun demi Aksa. Dia juga anak ku!"

"Demi kesbuhan Aksa, aku akan selalu berada di pihakmu untuk mendukung kamu dan Aksa!" ucapnya lagi.

Hana menghamburkan pelukannya lagi ke tubuh Ryan. Ia merasa sangat beruntung di pertemukan dengan orang sebaik Ryan.

"Aku sangat bersyukur ada kamu selalu di samping ku." ucap Hana di sela tangisannya. Mendapat dukungan dari orang tersayang di saat terpuruk bagaikan oase di padang tandus.

Hana bahagia, ia tidak salah untuk menerima Ryan sebagai pendampingnya.

"Terima kasih!" ucapnya lagi.

Bersambung

1
vina maria
duh sedihnya .kasihan Aska dan ibel yah .lebih sakit lagi kenapa Rian harus prg
vina maria
gak rela Rian pergi....kenapa gak bahagia slamanya aja dgn Rian..biarkan Riko mndapatkan pasangan hidup lainnya lagi
vina maria
sedih sekali
vina maria
kasihan riannya
vina maria
ceritanya terlalu bertele tele
Afrina Wati
Luar biasa
Sutan Dillak
Trimksh enak crt nya dan happy ending 😊suka kecewa kl endingnya jelek 🙄 puas bacanya
Sri Isdiyati
kenapa nggak jujur aja pelan pelan
Sutan Dillak
tmksh crt nya enak dan happy ending. suka kecewa kl endingnya jelek😊puas bacanya
Sri Isdiyati
iya ini cerita nya kok udah di surabaya
Sri Isdiyati
Luar biasa
Sri Isdiyati
kok nggak ketemu Rico sih
Susilawati Almira
cape2 baca endingnya engga banget,,
Wy Ky
keren
Aghnia Raina
Luar biasa
Etti Endang
Kecewa
Etti Endang
Buruk
Kadek Eni
sedih sekali aku sampek nangis😭😭😭
Mer Merry
Biasa
Kenzi Kenzi
bukan budek,.... bu dan dek
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!