Love Me, Please
"Buk, doakan Hana besok di terima kerja ya!" Hana duduk bersimpuh meminta doa restu ibunya.
"Pasti itu nak, semoga kamu di terima besok bekerja nak."
"Amin, buk." menyapu kedua tangan ke wajahnya mengaminkan doa ibunya.
Hana percaya setiap langkah yang di restui orang tua akan membawa berkah. Karenanya setiap akan memulai awal yang baru, Hana selalu meminta restu ibunya.
Meski Hana hanya lulusan SMK jurusan Administrasi, ia tetap mencoba ikut berkompetisi dalam perusahaan yang sedang membuka lowongan menjadi sekretaris. Hana yakin akan mampu bersaing dengan yang lain. Dengan nilai dan skill yang bagus serta doa restu menjadi keyakinannya dalam mengikuti interview besok di perusaan Dirgantara Company.
Perusahaan itu bergerak di bidang retail dan masih banyak bidang usaha yang mereka kembangkan.
Jam 9 pagi Hana sudah berada di gedung Dirgantara Company, ia sangat takjub melihat bangunan pencakar langit tersebut. Hana masuk ke loby setelah membayar ojol yang di tumpanginya dari rumah. Hana bertanya pada pihak resepsionis.
"Maaf mbak, mau tanya ruangan HRD di mana ya?" tanya Hana sopan.
"Mba mau ikut interview ya?" tanya sang resepsionis itu.
"Iya mbak!"
"Tanda tangan dulu sesuai namanya," menyodorkan kertas berisi nama-nama peserta "setelah itu ambil kartu peserta mbak ya." kata resepsionis menunjuk kotak sebelahnya yang berisi kartu peserta.
Hana menandatangani dan setelahnya mengambil satu kartu peserta bagi yang mengikuti interview hari ini.
"Sudah, ya, mbak? Kalau sudah mba naik aja lift menuju lantai 10, nah di situ ruangan HRD nya mbak!" resepsionis memberikan arahan pada Hana.
"Terima kasih mbak." ucapnya sambil berlalu.
Hana menunggu di depan lift khusus untuk kariawan. Ada beberapa peserta juga yang sedang menunggu. Terlihat dari kartu peserta yang bergantung di leher mereka.
Ting
Pintu lift terbuka. Mereka semua naik, sebagian ada yang sudah menjadi kariawan di kantor ini terlihat dari kartu mereka yang berbeda. Beberapa detik kemudian, mereka tiba di lantai 10 dan yang ikut interview semuanya keluar. Hana melihat sudah hampir dua puluhan orang yang sudah hadir lebih dulu menunggu.
Pukul 11 siang proses interview di lakukan. Satu persatu mereka di panggil untuk masuk kedalam ruangan itu. Membutuhkan waktu hampir tiga puluh menit per orang. Tiba saatnya nama Hana yang di panggil.
"Hana Afifah!" panggil seorang petugas dari dalam.
"Ya, saya, pak!" jawab Hana
"Giliran anda."
Hana masuk mengikuti petugas tadi. Hana merasa deg-degan, tangan dan kakinya terasa dingin. Ini adalah pengalaman pertamanya melakukan interview di perusahaan berskala besar.
Sebelumnya Hana pernah bekerja di sebuah toko bangunan sebagai staf administrasi. Hana keluar, untuk mencoba menambah wawasan dunia kerjanya. Dengan tekad yang bulat dan keyakinan yang tinggi, Hana mampu menjawab dengan lancar semua pertanyaan dari bagian HRD serta mampu mengoperasikan komputer dengan baik.
Setelah Hana masih ada beberapa peserta lagi yang akan melakukan interview. Untuk hasilnya akan di umumkan dua hari setelah hari ini.
*
Hari ini tepat dua bulan sudah Hana bekerja menjadi sekretaris di perusahaan Dirgantara Company. Ada sebuah kebanggaan bagi Hana bisa lolos. Mengingat kandidat saingannya yang rata-rata lulusan sarjana.
Hana bekerja menjadi sekretaris presdir perusahaan langsung di bawah asisten pribadi pak Burhan selaku presdir dan pak Anton sebagai asisten pribadinya.
Siang ini Hana menemani pak Burhan dan pak Anton untuk ikut meeting bersama. Hana di sukai pak Burhan karena kinerjanya yang rapi, dan selalu ringan tangan dalam membantu meski pun pekerjaannya sudah selesai.
Mereka berangkat ke sebuah restoran yang sudah di pesan oleh klien dari Jepang. Menurut agenda, akan membahas masalah kerja sama pembangunan resort di Bali.
Tiga puluh menit kemudian mereka sampai di restoran berbintang empat itu. Saat akan masuk, pak Burhan sempat mengatakan kalau dadanya sakit, namun bisa ia tahan.
"Pak, muka anda pucat sekali." ucap Hana kuatir akan keadaan presdirnya.
"Saya tidak apa-apa, Hana!" pak Burhan mencoba menahan rasa sakit yang tiba-tiba ia rasakan.
"Apa sebaiknya kita ke rumah sakit pak?" pak Anton memberi saran, namun tetap di tolak pak Burhan.
"Lebih baik cepat kita masuk." perintah pak Burhan.
Belum sempat jauh dari mobil, pak Burhan sudah ambruk tak sadarkan diri. Hana panik melihat pak Burhan jatuh pingsan. Pak Anton meminta bantuan pada penjaga restoran agar membantunya membopong pak Burhan kedalam mobil.
Hana duduk di kursi belakang karena mengkuatirkan presdirnya. Pak Anton sekali-kali melirik kebelakang melihat kondisi presdirnya dan melihat Hana yang telaten menyapu keringat dingin presdir.
Beruntungnya jalanan tidak terlalu macet hingga mereka cepat sampai ke rumah sakit terdekat. Pak Anton masuk kedalam rumah sakit dan tidak lama keluar dengan beberapa perawat pria serta sebuah brangkar.
Tubuh pak Burhan di bawa kedalam kamar ICU untuk di berikan penanganan. Terlihat sekali wajah takut dan kuatir Hana. Pak Anton menghubungi keluarga presdir. Namun sayang istri dan anak perempuannya sedang di Singapura membuat mereka tidak bisa langsung datang.
Lalu pak Anton masih menghubungi seseorang lagi yang tidak di ketahui Hana.
Pak Anton mendekati Hana "Hana, saya akan meneruskan meeting. Tolong kamu jaga dulu beliau. Tidak lama lagi anak presdir juga akan datang kemari." pak Anton memberi perintah pada Hana sebelum ia pergi menemui klien dari Jepang.
Kini Hana sendiri duduk di kursi tunggu. Dokter dan perawat masih belum keluar. Sudah hampir 30 menit namun orang yang di tunggunya belum datang.
Hana gelisah, sebentar duduk, sebentar berdiri mengurangi kecemasannya kemudian melihat jam di tangannya. Tidak lama pintu ICU terbuka. Seorang perawat keluar mencari keluarga pasien.
"Keluarga pasien." panggilnya.
Baru saja Hana ingin berkata, seseorang dari belakangnya sudah menjawab.
"Saya anaknya!" jawabnya.
Hana berbalik kebelakang melihat orang itu. Hana terpaku di tempatnya melihat sosok yang bisa dikatakan hampir sempurna. Pria itu berlalu begitu saja melewati Hana. Hanya tertinggal wangi parfum yang di pakainya. Wangi yang menenangkan di saat tegang, batin Hana.
Tidak lama perawat itu keluar lagi memanggil Hana.
"Bu Hana, anda di minta pak Burhan masuk. Beliau ingin bertemu dengan anda!"
Hana masuk ke dalam ruangan itu. Melihat tubuh pak Burhan sudah banyak terpasang peralatan medis membuat Hana merasa iba. Hana masih ingat beberapa puluh menit yang lalu pak Burhan baik-baik saja.
Sekilas Hana mendengar penjelasan dokter pada pria itu kalau pak Burhan mengalami tersumbatnya pembuluh darah ke jantungnya. Dan Hana juga memastikan kalau pria muda di depannya itu adalah anak pak Burhan seperti yang di maksud pak Anton tadi.
Hana memberanikan diri mendekati pak Burhan setelah mendapat tatapan sendu dari pak Burhan.
"H-hana! R-rico!" panggilnya dengan terbata-bata.
"Iya pak."
"Iya Yah!" Sahut mereka berdua bersama.
Pak Burhan menarik napasnya dalam untuk mengisi oksigen, lalu melanjutkan ucapannya tadi.
"Maukah kalian mengabulkan permintaan ayah untuk terakhir kalinya?" pinta pak Burhan dengan wajah memelasnya.
"Apa itu Ayah? Jika Rico mampu maka akan Rico kabulkan!" Rico berucap dengan keyakinan.
Hana hanya diam mendengarkan ayah dan anak itu sedang berbicara.
"Menikahlah dengan Hana!"
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Is Wanthi
kenapa
2024-07-05
0
Wy Ky
keren
2024-05-06
0
Kenzi Kenzi
pirrrr... mampir
2024-05-02
0