NovelToon NovelToon
Guru Dingin Itu Adalah Ayahku

Guru Dingin Itu Adalah Ayahku

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari dari Pernikahan / Konflik etika / Anak Kembar / Anak Yatim Piatu / Romansa / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:12.4k
Nilai: 5
Nama Author: Gywnee

"Untuk sementara waktu menyamarlah jadi guru disana, entah kenapa aku merasa orang itu juga berada di sekolah itu." Ucap seorang pria 35 tahun, dia bernama Leon, dia adalah ketua kepolisian.
"Tenang saja Axel, tidak ada yang mengenalimu aku akan mengganti identitasmu. Namamu akan aku ubah menjadi Gavin Alexander." Jelas Leon sambil menyentuh pundak Axel, lalu Axel menatap Leon dengan tatapan dinginnya.

"Tujuanku bersembunyi dari orang-orang, kenapa malah menyuruhku jadi guru disana?" Tanya Axel dengan kesal.
Leon menatap Axel dengan kesal, "Aku tidak mau membicarakan ini tapi putra dan putrimu sekolah disana, apa kau tidak takut jika terjadi sesutu dengan mereka?" Tanya Leon.
"Ini saatnya kau bekerja sebagai polisi sungguhan bukan polisi bayangan lagi Axel." Ucap Leon sambil tersenyum.

Axel hanya diam, dia sebenarnya lebih memikirkan tentang kedua anaknya daripada orang itu.

"Leon, apa kau tahu siapa nama anak-anakku?" Tanyaa Axel dengan raut wajahnya yang sedih.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gywnee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 21

Axel pergi rumah sakit Celssie. Rumah sakit tempat dia membawa Vani saat jatuh pingsan dulu itu. Sebenarnya rumah sakit ini milik keluarga mama Axel, dan dia kesini untuk mengenalkan diri ke semua orang disana.

Axel masuk ke ruangan para karyawan, dan mereka sudah berdiri untuk menyambut kedatangan Axel.

"Wah ini direktur barunya, keren banget."

"Iya masih muda lagi, ganteng banget."

Bisik-bisik para karyawan perempuan itu.

"Selamat datang pak Axel, saya Abram. Saya sebagai sekretaris disini pak." Ucap Abram, pria 35 tahun itu.

Axel hanya menoleh ke Abram, "Saya harap kita bisa bekerja sama." Ucap Axel.

"Baik pak," Jawab Abram sambil tersenyum.

"Siapa yang menyuruhmu datang kesini?" Tanya Andre dengan kesal, semua orang sontak terkejut melihat Andre yang baru datang itu. Sedangkan Axel hanya menoleh ke papanya itu.

"Kalian semua bubar!!!" Teriak Andre dengan kesal.

"Papa sebaiknya beristirahat di rumah, papa terlihat kecepekan." Ucap Axel.

Andre menatap Axel dengan kesal, "Anak tidak bisa diuntung kamu, papa menyesal menyelamatkan mu saat bayi. Harusnya kamu mati!!!!" Geram Andre dengan kesal.

Axel tidak menunjukkan ekspresi apapun tapi hatinya sangat sakit mendengar kalimat itu dari ayah kandungnya sendiri.

"Sampai kapanpun tidak sudi aku mengakui mu anak." Ucap Andre lalu dia pergi dengan rasa kesalnya.

Semua orang merasa kasihan melihat Axel sedangkan Axel hanya diam, dia tidak beraksi apapun.

"Sekian dulu perkenalannya, silahkan kalian kerja kembali." Ucap Axel sambil tersenyum singkat. Lalu mereka segera bubar dan kembali ke meja masing-masing.

"Pak, mari saya jelaskan detail pekerjaan anda." Ucap Abram.

Lalu Axel masuk ke ruang kerjanya dengan Abram. Axel duduk di meja kerjanya sedangkan Abram berdiri menjelaskan pekerjaan Axel dan jadwal-jadwal Andre yang harus dikerjakan Axel.

"Mungkin anda belum pernah melakukan pekerjaan ini sebelumnya tapi saya akan tetap berada di samping bapak." Jelas Abram.

"Iya terimakasih pak," Jawab Axel.

"Kalau boleh tahu, bapak tidak lulus SMA apa itu benar? soalnya kalau berita ini bocor ke media takutnya memengaruhi reputasi rumah sakit bapak." Ucap Abram dengan cemas.

Axel menoleh ke Abram, "Saya kabur sejak umur 16 tahun, saya mungkin tidak sekolah SMA tapi saya bisa kejar paket. Setelah itu saya sekolah di kepolisian selama 4 tahun dan dapat beasiswa. Meskipun aku tidak sekolah di bidang ini tapi aku bisa belajar dengan cepat, anda tidak perlu cemas dengan itu." Jawab Axel.

"Baik pak, saya percaya itu." Jawab Abram.

"Tapi pak kenapa anda kejar paket, bukankah anda punya waktu untuk sekolah?" Tanya Abram dengan heran.

Axel diam sejenak, dia mengingat kegiatan yang dia lakukan saat itu dengan Leon. Dia mendapatkan latihan keras dari Leon agar bisa menjadi seorang polisi yang baik.

"Ada yang saya lakukan, sampai mana tadi penjelasannya?" Tanya Axel, dia berusaha merubah topik pembicaraan agar Abram tidak terlalu kepo dengannya.

Siang harinya.

Saat jam makan siang, Axel keluar dan dia ke restoran karena dia ada janji dengan Ivan untuk bertemu.

Sampai di restoran, Axel melihat Ivan yang sudah makan duluan disana.

"Lama banget sih..." Omel Ivan ke Axel. Axel hanya diam lalu dia duduk dan meminum minuman yang sudah Ivan pesan untuknya.

"Bagaimana Keara?" Tanya Axel.

"Semua seperti dugaanmu." Jawab Ivan.

Axel mengangguk mengerti.

"Sesekali kunjungi dia diam-diam, dia juga rindu denganmu." Ucap Ivan sambil mengunyah.

Axel hanya diam, dia juga sedang memikirkan cara untuk bertemu dengan Keara.

"Kau sudah pakai jas seperti ini, berarti kau sudah masuk kantor kah?" Tanya Ivan sambil mengunyah.

Axel menoleh ke Ivan, "Kau harusnya menggantikan papamu kenapa aku tidak pernah melihatmu kerja?" Tanya Axel dengan heran.

"Enak saja, kerja tauk aku. Tapi jarang sih...kalau mau mantau orang itu yang detail dong." Omel Ivan dengan kesal.

"Kau tidak terlalu penting." Jawab Axel.

"Apaaaa??? aku tidak penting?????" Tanya Ivan dengan kesal.

Axel tersenyum kecil.

"Aku beterimakasih denganmu, terimakasih sudah sayang ke anak-anakku." Ucap Axel.

"Tenang saja, aku juga sudah menganggap mereka seperti anakku sendiri." Jawab Ivan sambil tersenyum.

Raut wajah Axel berubah jadi datar, "Tapi mereka berdua anak-anakku." Tegasnya.

"Iya iya aku tahu, aku hanya menganggapnya saja bukan mau menculik." Jawab Ivan dengan kesal.

"Mereka tadi ngapain, aku ingin bertemu mereka." Ucap Axel.

"Tadi mereka di kedai, tapi setelah itu Keara menyuruh mereka pulang. Vani masih belum terlalu sehat sebenarnya, dan Vyan tadi pamit pergi ke rumah temannya." Jawab Ivan.

"Kenapa Vyan pergi disaat adiknya sakit begitu." Gumam Axel dengan heran.

Ivan tersenyum melihat Axel, "Axel, perlu kau tahu mereka itu anak-anak pengertian. Mungkin sifat itu turun dari Keara." Ucap Ivan.

Axel menoleh ke Ivan dengan heran.

"Mereka menghargai Keara, mereka jarang bertanya tentang siapa papa mereka, kenapa mereka tidak punya papa, seperti itu..tapi pelan-pelan aku mulai mengenalkanmu ke mereka hanya saja tidak dengan ceritamu." Ucap Ivan.

Axel merasa sedih dan bersalah ke mereka tapi di sisi lain dia merasa bangga karena mereka menghormati mama mereka dengan baik.

"Aku ingin dekat dengan mereka sebagai Gavin dulu, kalau aku tiba-tiba menunjukkan diri sebagai Axel papa mereka aku yakin mereka tidak akan menerima aku." Ucap Axel.

"Iya kau benar, itu trik yang bagus. Tapi mereka bilang kau mau pindah sekolah, terus gimana mau deketin merekanya?" Tanya Ivan dengan heran.

"Tenang saja, aku sudah pikirkan itu." Jawab Axel.

Ivan tersenyum kecil melihat Axel.

"Tidak disangka ya orang seperti mu punya 2 anak, mana yang satu mirip fisiknya denganmu, satunya sifatnya mirip denganmu lagi." Ucap Ivan dengan heran.

"Karena mereka anak-anakku." Jawab Axel.

"Iya tahu anak-anakmu." Jawab Ivan dengan kesal.

"Aku masih belum bisa menjadi ayah yang baik buat mereka, aku rasa mereka tidak beruntung punya ayah sepertiku." Ucap Axel dengan sedih.

"Heh ngomong apa sihh. Kalau Keara dengar kau udah di tampar...tapi ya enggak mungkin sih Keara menamparmu..pokoknya kau jangan bilang begitu, kau juga bisa kau jadi ayah yang baik, nih buktinya kau selalu melindungi mereka, kau juga mencarikan sekolah yang bagus untuk mereka." Jelas Ivan dengan emosi.

"Tapi dibandingan itu waktu mereka selama 16 tahun ini aku tidak ada. Aku tidak tahu bagaimana cara membayar waktu mereka yang hilang denganku itu." Jawab Axel dengan sedih.

"Bisa-bisa. Percayakan ke istrimu." Jawab Ivan.

Axel menghela nafas dengan sedih.

Lalu Axel melihat beberapa orang yang mondar mandir di depan restoran.

"Ini yang aku takutkan jika Keara dekat denganku lagi." Ucap Axel dengan datar.

"Kenapa?" Tanya Ivan dengan heran, lalu dia menoleh ke belakang, Ivan pun tidak menemukan apa-apa dia masih tidak paham dengan ucapan Axel itu.

"Apa sih?" Tanya Ivan dengan heran.

Axel tersenyum kecil melihat mereka,

"Wanita itu terlalu mudah ditebak." Gumamnya dengan kesal.

1
hitijahubessyjeane 01
keren
Mbak Thia
cerita nya bagus tapi tolong di tetap kan namannya Vina apa vani
Gywnee: namanya vina, kadang salah ketik ☺🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!