Ardian Herlambang duda tampan yang tak memiliki keinginan untuk menikah lagi setelah sang istri meninggal harus berurusan dengan gadis yang selama ini selalu dihindarinya.
Kinanti Maheswari, dokter cantik yang selama ini selalu menatap satu pria di dalam hidupnya. Rasa cintanya yang besar membuatnya tak bisa berpaling dari Ardi, walaupun berkali-kali lelaki itu mematahkan hatinya.
Hingga akhirnya sebuah kesalahpahaman membuat Ardi terang-terangan membenci Kinanti dan mengucapkan kata-kata yang sangat menyakiti hati gadis itu. Hingga akhirnya Kinan memutuskan untuk benar-benar pergi.
"Jangan pernah menghubungiku hanya karena merasa bersalah, semua yang kamu ucapkan benar. Aku bukan siapa-siapa, hanya parasit yang menumpang hidup di tengah-tengah keluarga kalian." ucap Kinan pada Ardi sebelum berlalu menuju calon suami yang sudah menunggunya.
Akankah Ardi menyadari perasaannya setelah kehilangan Kinanti? Bagaimana kehidupan Kinanti bersama lelaki yang tak pernah bisa dicintainya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naira_w, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak Pernah Memahami
Ardi berjalan cepat menuju tempat yang disebutkan Kinan.
Tadi Ardi sudah berusaha mendatangi rumah orang tua Winny, tapi ternyata orang tua Winny sedang tak ada di rumah dan katanya sedang berada di luar kota.
Akhirnya Ardi datang sendiri ke rumah sakit setelah menitipkan pesan pada asisten rumah tangga Winny.
Ardi menghentikan langkahnya ketika melihat sosok gadis yang sedang duduk di depan pintu ruang operasi.
Kinan sangat berantakan, beberapa helai rambutnya terlihat terlepas dari ikatan rambutnya dan bajunya yang terkena noda darah.
Ardi berjalan menghampiri Kinan dan sepertinya gadis itu menyadari kehadirannya. Kinan menoleh ke arah Ardi.
"Kali ini kamu benar-benar keterlaluan, Kinan. Winny sedang hamil, bagaimana bisa kamu melakukan hal picik seperti yang kamu lakukan dulu." kata Ardi menuduh Kinan.
"Aku nggak melakukan apapun, mas. Aku nggak sengaja bertemu mbak Winny." kata Kinan membela dirinya.
"Ya, dulu kamu juga mengatakan hal yang sama saat menabrak Ria. Bukannya aku udah bilang, hilangkan obsesi gila kamu itu." kata Ardi yang terlihat sangat geram. Bahkan tangannya terlihat mengepal di kedua sisinya.
Baru saja Kinan hendak berbicara tentang kejadian dulu, seorang dokter keluar dari ruangan operasi.
"Maaf, dokter Kinan. Saya harus memberi kabar buruk. Bayi pasien tak dapat tertolong. Maaf, kami sudah berusaha sekuat tenaga kami." kata Dokter Hasta.
"Lalu ibunya, dok?" tanya Kinan yang khawatir dengan keadaan Winny.
"Ibunya cukup banyak kehilangan darah. Namun, masa kritisnya sudah lewat. Tapi pasien masih berada dalam observasi kami dulu." kata dokter senior itu.
Kinan mengangguk paham, setidaknya mbak Winny selamat itulah yang ada di benak Kinan sekarang.
"Puas, kamu???" tanya Ardi dengan mata berkilat marah.
"Satu nyawa tak berdosa harus hilang karena kegilaan kamu. Taruh di mana hati dan otakmu. Hah??" Ardi dengan suara yang meninggi dan membuat beberapa orang yang lewat memperhatikan mereka.
"Apalagi, aku jahat, gila, tak ada otak, tak punya hati.... Ya, aku yang mencelakai mbak Winny sampai anaknya meninggal. Dan aku sangat puas, aku bahagia sampai ingin merayakan hal ini." Kinan membalas ucapan Ardi.
"Kamu!!" Ardi hampir saja ingin mengangkat tangannya dan menampar Kinan.
"Apa? Mau pukul? Nih, tampar saja." kata Kinan sambil menyodorkan pipinya pada Ardi.
Kinan yang sedari tadi merasa disudutkan oleh Ardi pun merasa geram. Dia menatap tajam ke arah Ardi, laki-laki yang dicintainya namun tak pernah mencintai dirinya itu.
"Otak dan hatiku masih berada pada tempatnya. Dan tak ada yang salah dengan itu. Justru mas Ardi yang harusnya instrospeksi diri, pernah mas mendengar alasanku? Pernah mas memberikan kesempatan aku bicara?"
"Jangankan membela diri, untuk mendengarkan penjelasan aku saja mas Ardi tak pernah mau." kata Kinan lirih.
Kinan menghela keras, dia pun mengambil tas selempangnya di atas kursi yang tadi dia duduki.
"Karena sudah ada mas yang maha sempurna, lebih baik aku pergi dari sini. Bukannya aku ini si pembuat masalah dan mas Ardi memang tak suka melihatku." kata Kinan lalu beranjak pergi meninggalkan Ardi yang terlihat bingung.
Kinan baru saja membalas ucapannya, dia bahkan membalasnya dengan telak. Dulu Kinan bahkan tak berani menatap wajah Ardi saat dia menabrak Ria dan menyebabkan tangannya patah.
Tapi hari ini Kinan mengangkat tegak kepalanya dan malah balik menyudutkan dirinya.
Kinan berjalan menuju ruangannya, air matanya sudah mulai menggenang di pelupuk matanya. Tapi Kinan tak mau menangis di depan Ardi apalagi di area terbuka di rumah sakit ini.
Bisa-bisa besok pagi kabar dirinya menangis sepanjang jalan akan tersebar. Kinan tetap berusaha tersenyum dan menyapa rekan kerja yang berpapasan dengannya.
"Jahat banget kamu, mas." kata Kinan sambil meremas bajunya tepat di bagian dadanya.
Kinan menangis tepat setelah dia menutup pintu ruangannya. Tubuhnya terasa lemas dan hanya bisa terduduk di lantai.
"Kenapa kamu tak pernah memahami aku. Apa aku sejahat itu di mata kamu." kata Kinan.
Dia dulu memang pernah melakukan kesalahan fatal yang membuat wanita yang sedang dekat dengan Ardi terluka cukup parah.
Tapi bukan sepenuhnya kesalahannya. Kinan merasa terpancing emosinya karena Ria menarik tas kesayangannya hingga robek dan putus. Tas yang baru saja dibelikan oleh Ardi sebagai hadiah ulang tahunnya.
Kinan yang merasa kesal pun mengejar Ria dan menabrakkan motornya ke motor yang Ria kendarai dari arah belakang.
Tak ada yang mau mendengarkannya saat itu. Sedangkan mama papanya tak berkomentar apapun dan segera menyelesaikan masalah Kinan dan Ria dengan jalur 'damai'.
Kinan bangun dan memutuskan untuk membersihkan dirinya di ruangannya. Dia ingat pernah menyimpan baju ganti di dalam laci mejanya, buat jaga-jaga jika ada hal mendesak yang membuatnya tak bisa pulang.
"Huh, mana lapar lagi." kata Kinan saat dia selesai mandi dan berganti pakaian.
Kinan mengambil ponselnya dan membuka aplikasi untuk memesan makanan.
"Sekalian aku belikan Bu Anisa sama Vira." kata Kinan mengingat dua orang yang berada di bangsal rawat inap.
Setelah kemarin Kinan mengurus Farhan dan untungnya dokter yang mengoperasi Farhan sedang kosong. Dan melihat keadaan Farhan yang sudah harus dioperasi, maka tadi siang mereka segera melakukan operasi.
Bu Anisa terlihat sangat senang dan terharu. Beberapa kali dia mengucapkan terima kasih dan memberikan ucapan doa untuk Kinan.
"Orang lain saja tau aku seperti apa, tapi kamu nggak bisa melihat sisi baik aku." kata Kinan lagi.
Akhirnya setelah pesanannya datang, Kinan segera menuju ruangan tempat Firman dirawat.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam... Eh.. Dokter Kinan." suara Vira terdengar antusias saat melihat Kinan datang.
"Sst, jangan berisik. Kasian adikmu perlu istirahat." kata Kinan mengingat Vira.
Gadis kecil itu mengangguk patuh, matanya menatap ke arah bungkusan yang dibawa Kinan.
"Kita makan dulu ya, tadi aku beli makanan tapi nggak enak makan sendirian." kata Kinan sambil menyerahkan bungkusan makanan yang dipesannya.
Vira begitu senang menerima bungkusan makanan itu.
"Terima kasih, dokter Kinan yang cantik dan baik hati." kata Vira sambil tersenyum lebar.
Lalu duduk di tikar lusuh yang dibentangkan di lantai sebelah tempat tidur Farhan setelah mencuci tangannya.
"Jangan lupa berdoa sebelum makan." Kinan mengingat gadis yang terlihat tak sabaran itu.
"Bu Anisa mana?" tanya Kinan heran
"Mama pergi jualan, dok. Tapi katanya sebentar aja." kata Vira.
"Loh kok, malah jualan sih. Kasian Farhan, nggak ada yang jaga." kata Kinan.
"Kan ada aku, dok. Biar kecil begini, tenagaku kuat banget loh." kata Vira sambil menunjukkan lengan kurusnya pada Kinan.
"Kamu makan yang banyak kalau begitu. Biar kamu makin kuat." kata Kinan sambil lalu membuka kotak makanannya.
Vira makan dengan lahap, Kinan merasa bahagia melihatnya. Kinan prihatin melihat Vira yang terlihat kurus untuk ukuran anak-anak usianya.
"Kamu dan Farhan sudah biasa ditinggal sama mama kalian jualan?" tanya Kinan.
"Iya, kami cuma ikut mama jualan kalau pas malam minggu. Soalnya lebih ramai, tapi ya nggak tiap malam minggu juga. Kalau pas mendung atau hujan, cuma mama yang jualan." kata Vira.
"Papa kamu?" tanya Kinan dengan hati-hati.
Tangan Vira yang memegang sendok pun terhenti. Mata gadis kecil itu tampak berair menahan tangis.
"Eh, jangan kamu ceritain kalau malah bikin kamu sedih. Anggap saja saya nggak pernah tanya." kata Kinan panik dengan segera mengeluarkan tisu dari dalam tasnya.
"Papa nggak perduli sama kami. Malahan mengusir kami dari rumah gara-gara tante Raya nggak suka sama kami." kata Vira.
"Siapa tante Raya?" tanya Kinan
"Istrinya papa." jawab Vira dengan polos.
"Padahal tante Raya yang jahat sama mama. Tiap hari mama dimarahin terus sama tante Raya, aku sama Farhan juga sering dimarahi tapi kami nggak boleh ngadu ke papa." kata Vira dengan polos.
"Memangnya papa nggak tau, kalau kalian juga sering dimarahi." tanya Kinan heran.
Vira menggeleng kepalanya dengan kuat.
"Kalau kami ngadu, papa bakalan mukulin mama. Jadi lebih baik kami berdua diam saja." kata Vira.
'Dasar bapak brengs*ek.' maki Kinan dalam hatinya.
"Kamu sekarang sekolah kelas berapa?" tanya Kinan.
"Aku udah nggak sekolah, lulus SD kemarin aku nggak mau lanjut sekolah. Kasian Farhan kalau ditinggal sendiri pas mama kerja." kata Vira lalu menghapus air matanya yang mengalir di pipinya.
"Farhan bakalan sembuh dan juga sekolah lagi kayak teman-temannya yang lain. Kamu juga harus lanjut sekolah." kata Kinan.
Vira terlihat menundukkan kepalanya. Kinan mengelus rambut kasar anak itu. Terlihat sekali jika Vira tak pernah mengurus dirinya.
"Aku nggak mau nyusahin mama, biar Farhan saja yang sekolah. Aku mau bantu mama saja." kata Vira lirih.
"Kamu harus sekolah, nanti biar saya dan mama kamu yang mengurusnya. Jangan pikirkan yang lain selain sekolah dan belajar." kata Kinan.
Vira menatap Kinan dengan mata berbinar-binar. Dia terlihat bahagia mendengar ucapan Kinan. Walaupun belum pasti tapi dia senang mendengar ada orang yang memberi harapan untuknya agar bisa bersekolah lagi.
Vira bukannya tak pintar, dia selalu mendapatkan peringkat saat masih sekolah dulu. Tepatnya sebelum mama dan papanya berpisah.
"Terima kasih dokter." kata Vira dengan tulus.
gmna ini kak kelanjutannyaa...
kangen ini ..
❤❤❤❤❤❤❤
good job kinan..
❤❤❤❤❤❤
❤❤❤❤❤❤
kalo pun misalnya pada akhirnya Kinan ga jadi sama mas bian,, itu karna mas bian akan bertemu jodoh yg lebih baik dari pada Kinan.
Itu harapan ku sih kak,, jangan marah yaaa🙏🏻