NovelToon NovelToon
Fanatic Obsession

Fanatic Obsession

Status: sedang berlangsung
Genre:Percintaan Konglomerat / Wanita Karir / Karir / Dendam Kesumat / Menyembunyikan Identitas / Office Romance
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Janice SN

Stella adalah seorang aktris terkenal, baginya hidup ini terasa mudah saat begitu banyak penggemar yang mencintainya. Tetapi lama-lama salah satu penggemar membuat Stella tak merasa nyaman, dia selalu mengatakan bahwa Stella harus bersikap baik dan mematuhinya, jika tidak, kejadian tak diinginkan akan terjadi.

Lalu Stella mulai mencurigai seseorang, apakah orang itu akan tertangkap? Atau Stella malah terperangkap jauh dalam genggamannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Janice SN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Harimaumu Marah

Stella mengambil bantal, matanya memperhatikan Austin yang terlelap tidur. Malaikat maut itu terlihat begitu tenang, walaupun tubuhnya seperti kedinginan. Stella mengigit bibir bawahnya, jika dirinya menghilangkan nyawa Austin, bukankah semuanya akan selesai, pria itu tidak akan mengancam lagi?

Stella mulai mendekati Austin, kedua tangannya sudah siap menyerang pria itu. Kali ini, semoga keberuntungan memihaknya. Stella naik ke atas ranjang, berjalan menggunakan kedua lututnya mendekati Austin. Sepertinya tangannya ini akan membuat sebuah karya...

Stella mendekati wajah Austin, kedua tangannya sudah tepat di depan wajah Austin. Stella tersenyum, dengan cepat, ia membekam bantal itu, tepat ke wajah Austin. Rasakan!

Tubuh Austin mulai bereaksi, Stella terus membekamnya sekuat tenaga. Pokonya, tak ada hari lain lagi, selain saat ini! Dirinya tak boleh melepaskan kesempatan ini.

Tok!

Tok!

Stella langsung melemparkan bantal itu ke arah lain, seketika jantungnya berdetak lebih kencang.

"Sial!" Dirinya tidak menyangka akan datang orang lain, perempuan itu kembali melihat Austin yang kembali tenang, hal itu membuat Stella geram. Tapi kemudian, beberapa langkah kaki mulai terdengar, Stella bingung akan melakukan apa dan sepertinya juga Austin belum sadar dari tidurnya. Perlahan langkah kaki itu mulai mendekat, Stella menghirup udara sepanjang mungkin, lalu...

Ceklek!

"Bos kita---"

Seseorang yang baru saja berbicara itu, membulatkan matanya, dia benar-benar kaget. Secepat mungkin, pria itu berbalik badan dan menutup pintu.

Terdengar kericuhan di luar kamar, tapi Stella tetap melakukan hal yang bisa membuat dirinya aman. Secara pelan, Stella menjauh dari wajah Austin. Perempuan itu mengusap bibirnya sendiri.

"Ah aku seperti maniak kejam yang mencium seseorang yang sedang tidur, semoga saja, dia tidak sadar."

Stella dapat melihat Austin yang masih tidur dengan bibir yang sedikit bengkak, Stella mendadak ngeri, se-brutal apa ciumannya sampai bengkak seperti itu? Pikirnya. Tepat saat Stella ingin bangkit dari tempat tidur, Austin bergumam sesuatu, tapi matanya masih terpejam.

Stella kembali ke Sofa dan mulai tertidur. Tapi dirinya tak bisa memejamkan mata. Perlakuan dirinya sendiri sangat menggangu pikirannya.

"Bagaimana jika pria itu memberi tahu apa yang aku lakukan pada Austin? Tapi, aku hanya spontan saat melakukannya, aku hanya takut terbongkar Karena mencoba membunuh Austin, oh tidak! Tadi aku hanya bercanda saja, toh dia juga tidak mati!" elaknya kesal, Stella memperhatikan Austin yang masih bermain dalam mimpinya. Semoga saja lelaki itu tidak menyadarinya.

***

Stella yang sudah mandi, keluar dengan pakaiannya yang kemarin. Perempuan itu menelan salivanya saat melihat Austin yang sepertinya baru saja bangun.

"Kita perlu bicara."

Nadanya yang cuek membuat Stella ketakutan. Perempuan itu mencoba setenang mungkin, dan mendekati Austin. "Ada apa?"

Austin yang sedang menatap cermin, menyahut. "Semalam, aku bermimpi dicium seseorang..." katanya sambil mengusap bibirnya yang sedikit bengkak. Kemudian melanjutkan. "Tapi melihat kondisi bibirku, sepertinya itu bukan mimpi."

Stella mencoba memperlihatkan ekspresi kagetnya. "Apa? Bagaimana bisa? Apa seseorang masuk ke sini, tanpa kita sadari? Wah ini bahaya! Ada penyusup!"

Austin menaikkan satu alisnya. "Ada apa denganmu? Kenapa bersikap berlebihan? Lagi pula, sangat mustahil seseorang bisa masuk ke dalam sini," terangnya dengan nada yang tak bersahabat.

Stella tersenyum canggung, perempuan itu mendekati Austin. "Lalu bagaimana bisa bibirmu itu terluka? Tapi bisa saja digigit serangga."

Austin menganggukkan kepalanya. "Ah mungkin, iya. Jika serangga itu kembali menyerang, aku tidak akan melepaskannya."

Stella menggaruk rambutnya, tubuhnya ini mendadak panas dingin ketika Austin mengeluarkan kata-kata ancaman.

Austin kembali berbicara. "Sekarang kamu bersiap-siap di mobil, aku akan mengantarmu pulang."

***

"Kau dari mana saja?!"

Stella yang baru masuk ke ruangan itu, langsung duduk, dan mulai menjelaskan. "Maafkan aku Lea, tapi sepertinya kau butuh liburan."

Lea terlihat sangat kaget. "Liburan sebentar kan? Tidak selamanya? Kau tidak memecat ku?"

"Ya, kau liburan. Dan sepertinya aku belum pernah memberimu libur panjang. Bersenang-senanglah!" kata Stella dengan nada yang sedikit ramah. Sejujurnya, dirinya tidak akan bisa jauh-jauh dari Austin. Apalagi lelaki itu selalu berkeliaran di sekitarnya. Jadi membuat Lea liburan adalah keputusan yang baik, perempuan itu tidak akan curiga.

"Apa dimulai hari ini liburannya?" tanya Lea yang senang sekali. Dia menunggu jawaban Stella untuk mengizinkannya.

Stella menganggukkan kepalanya.

"YEAH! TERIMAKASIH!" Lea langsung berdiri dan keluar dari ruangan itu, keputusan Stella sangat membuatnya senang tak kepalang.

Stella menghela nafas, sekarang hari syuting iklan, perempuan itu mulai keluar dari ruangan. Sebelum benar-benar pergi dari agensi, Stella lebih dulu memberitahukan tentang Lea yang diberi cuti. Untunglah Pak direkturnya itu, mengizinkan, asalkan dirinya tetap bekerja. Stella mulai pergi ke lokasi.

Setelah sampai, Stella langsung berganti pakaian, bersiap untuk syuting iklan.

Beberapa saat kemudian, Stella sudah selesai menyelesaikan hari yang cukup melelahkan, apalagi dengan Lea yang tidak ada sampingnya membuat Stella menyesali keputusannya. Mengapa dirinya menginginkan dimulai hari ini masa liburnya? Harusnya besok saja. Stella masuk ke dalam mobil, tapi tiba-tiba seseorang mengetuk kaca mobilnya, Stella langsung membuka kaca mobil.

"Maaf mengganggumu, apa aku boleh ikut ke mobilmu? Mobilku sedang terjadi masalah."

Stella tanpa lama langsung membuka pintu mobilnya, mengizinkan William untuk masuk.

"Terimakasih."

Stella dengan wajah yang sedikit ramah hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban. Kemudian perempuan itu mulai mengemudikan mobilnya.

Di sepanjang perjalanan, terjadi kesunyian yang cukup canggung. Stella yang fokus pada jalan, lalu William yang mungkin sedang kerasukan jin, mendadak dia menjadi pendiam sekali. Cuaca yang tadinya cukup cerah pun berubah menjadi mendung, apalagi perjalanan lokasi syuting iklan ini cukup jauh untuk ke kota.

Stella mendesah kesal. Hari ini adalah hari ulang tahun adiknya, dirinya belum sempat membeli kado, lalu waktu juga sangat lama untuk kembali ke kota. Dirinya melirik William, terlihat lelaki itu hanya diam memandangi jalanan. Entah apa yang merasukinya.

"Kau kenapa? Kenapa menjadi pendiam seperti ini?"

William menoleh. "Ah aku? Aku baik-baik saja. Tidak perlu khawatir."

Menurut Stella, jawaban itu membuatnya sedikit kesal, siapa juga yang bertanya apakah dia baik-baik saja, tapi sepertinya William berbohong, terlihat jelas, bahwa dia sedang memikirkan sesuatu.

"Aku mungkin tidak akan membantu apapun. Tapi setidaknya, telingaku ini cukup berfungsi untuk mendengarkan keluh kesahmu."

William tersenyum tipis. Dia merasa sedikit senang dengan perkataan Stella yang membuat perasaannya membaik. "Apa kau bersedia mendengarkan dengan baik?"

"Ya, tentu saja."

William terkekeh. Kemudian mulai menjelaskan. "Kau tahu, terkadang sesuatu hal yang ingin dilupakan, ternyata masih membekas di ingatan orang lain. Lalu--"

DOR!

DOR!

Mobil yang ditumpangi mereka seketika oleng. Stella yang tak menyangka akan mendapatkan serangan ini, mencoba untuk tetap di jalur yang aman.

"Sepertinya harimaumu, marah."

Stella menoleh ke samping, apa maksud perkataan William?

1
Iren Nursathi
lanjut dong penasaran nih thor
Janice SN: Udah kak🤗🤗
total 1 replies
Iren Nursathi
lanjuuuuuuut thor
Janice SN: udah kak🤗
total 1 replies
Selfi Selfi
semangat kk...
lanjutkan



kita saling suport yukヾ(^-^)ノ
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!