Korban Saudara Kembar

...----------------...

Sudah jam delapan malam namun Azka enggan untuk kembali ke rumah, permintaan Ibunya membuatnya tidak fokus bekerja namun juga tidak ingin pulang.

Apa yang harus dirinya lakukan, wanita mana yang akan Ia ajak untuk menemui wanita yang sudah melahirkan nya itu.

Ponsel yang tergeletak di atas meja berdering, Azka langsung menerima nya. Ia terkejut mendengar laporan dari seseorang dan bergegas bangkit dari kursi kebesaran nya.

Azka berlari ke luar, ke arah parkiran lalu masuk kedalam mobil miliknya. Azka fokus pada jalan yang akan Ia lalui hingga tiba di tempat tujuan, satpam membukakan pintu pagar untuk nya.

         " Makasih Pak. Oh ya, apa Tedi ada di rumah. " Tanya Azka dan satpam pun mengangguk.

Azka pun mengucapkan terima kasih pada satpam lalu merogoh sakunya, Ia mengeluarkan ponsel miliknya.

        " Kak, cepat turun kebawah, aku tunggu di mobil. "

Azka mengirim pesan pada Tedi, setelah itu Ia kembali masuk kedalam mobil miliknya sembari menunggu kedatangan Tedi.

Tedi melihat ponsel nya berkedip, pertanda ada pesan masuk. Ia mengerutkan keningnya membaca pesan yang Ia terima.

Meskipun bingung namun Tedi tetap keluar menemui saudara tirinya itu. Tedi membuka pintu mobil dan langsung duduk, Azka mengemudikan mobil meninggalkan kediaman orang tuanya.

Tidak mengindahkan ocehan Tedi yang sejak tadi berbicara padanya, menanyakan kemana mereka akan pergi.

Azka menepikan mobilnya di pinggir jalan dan keluar, di susul oleh Tedi.

       " Untuk apa Kakak memata- matai tempat tinggal ku. " Tanya Azka.

Tedi sedikit terkejut karena Azka mengetahui aktivitas nya selama dua hari terakhir ini, Ia bahkan mengabaikan yang lain hanya demi rasa penasarannya.

          " Memang apa salahnya, itu kan rumah saudara ku sendiri. Lagi pula aku tidak bermaksud seperti itu, sebenarnya aku ingin menemui mu tapi kamu selalu tidak ada disana setiap kali aku datang. "

Akhirnya Tedi pun mengakuinya, meskipun harus mencari alasan yang lain. Percuma juga Ia menyangkal, karena Azka juga pasti akan tau.

      " Menemui ku. " Azka tertawa kecil, merasa alasan yang di lontarkan Tedi terdengar seperti lelucon.

                      " Sejak kapan Kakak kepo dengan kehidupan ku sampai memata- matai rumah ku. Lagipula kalau memang kakak ingin menemui ku kenapa tidak datang ke kantor saja, kenapa harus ke apartement dengan mengendap-endap seperti maling. "

Skak mat, Tedi tidak tau lagi harus berkata apa. Azka pasti mengetahui nya lewat rekaman CCTV di rumahnya, begitulah pikir Tedi.

        " Sudahlah, tidak baik berpikiran buruk pada saudara sendiri. "

" Aku tidak berpikiran buruk Kak, tapi aku tahu apa maksud Kakak datang kesana. Apa kakak masih penasaran pada Tiara, sebenarnya apa hubungan kakak dengan nya. Apa kakak pernah mengenalnya sebelumnya, kalau tidak lebih baik kakak jangan pernah berpikir untuk menemuinya. Ingatlah, kakak itu sudah beristri, jagalah perasaan nya. Bagaimana kalau kakak ipar tau kalau suaminya pergi diam- diam hanya untuk memata- matai kediaman seorang wanita. "

Tedi yang terpojok tak tau harus ngomong apa.

       " Sudahlah Azka, itu hanya masalah kecil. Tidak perlu di besar- besarkan. Ini juga kesalahan mu, kenapa juga membawa wanita muda ke rumah mu apalagi tinggal satu atap tanpa ada status yang jelas. "

Azka lagi- lagi tertawa kecil, rupanya saudaranya itu tidak mau mengaku salah

          " Status tidak jelas Kak, kakak salah besar. Kami akan segera menikah dan malam besok aku akan mengajak Tiara untuk menemui Ibu, setelah semuanya selesai aku akan menikahinya secepatnya. "

Setelah perdebatan mereka Tedi memilih pulang, Azka menawarkan tumpangan namun Tedi menolak.

Karena tinggal terpisah Rani tidak mengetahui apakah Azka sudah kembali atau belum, namun sebelum nya Azka sudah menghubungi Rani agar tidak perlu menunggunya.

Pagi harinya Rani sudah berada kembali di kediaman Azka, seperti biasa menyiapkan semua keperluan Azka sekaligus memastikan rumah itu tetap bersih dan rapi.

" Tiara, sebentar malam Ibu mengundang ku ke rumah untuk makan malam, boleh kah kamu menemani aku malam ini. "

Rani terkejut, menemani Pria itu makan malam. Bertemu keluarga nya, bukankah itu sangat berbahaya untuk nya.

Bukankah keluarga nya adalah orang- orang yang ada sangkut pautnya dengan masa lalunya.

Masalah yang ingin selalu Ia hindari justru datang mendekatkan diri, Rani menolak namun Azka setengah memohon dan mengatakan banyak hal yang membuat Rani tidak tega. Akhirnya Ia pun mengangguk, menyetujui ajakan Azka.

" Baiklah Tiara, aku akan pulang jam 4 sore. Kamu bersiaplah nanti ku jemput. "

Singkat cerita, Azka memang kembali tepat di jam yang Ia tentukan. Namun tanpa sadar Ia mendengar sesuatu yang benar-benar membuatnya terkejut setengah mati.

Rani menutup panggilan telponnya ketika mendengar pintu di ketuk dari luar.

" Oh Mega, sudah dulu ya. Kayaknya Azka sudah kembali, nanti lagi aku telpon ya. "

Rani bergegas membukakan pintu, nampak Azka sudah berdiri dengan penampilan yang sudah rapi.

" Ayo kita pergi. " Ajak Azka

Rani sedikit ragu, ada rasa enggan. Andai Azka membatalkan niatnya Dia akan sangat bersyukur.

" Tapi Azka, aku....

" Ayolah, tunggu apalagi. Bukankah tadi kamu sudah janji, Ibu sudah menghubungi ku tadi. "

Mau tak mau Rani pun mengangguk, Ia masuk ke dalam kamar mengambil tas kecil miliknya.

Azka menghentikan mobilnya di depan sebuah gedung, Ia turun dan meminta Rani turun bersamanya. Mereka berdua melangkah memasuki tempat itu dan di sambut oleh dua orang wanita yang menganggukkan kepala pada mereka berdua.

" Tolong ubah penampilan nya semenarik mungkin, pilihkan pakaian yang cocok untuk nya, aku ingin hasil yang terbaik. "

Kedua wanita itu mengangguk dan dengan ramah mengajak Rani bersama mereka.

Setelah beberapa saat, Rani keluar dengan penampilan yang berbeda. Azka sampai mematung melihat perubahan besar pada Rani.

Wajahnya yang memang sudah cantik di tambah dengan sedikit riasan dan juga pakaian yang terlihat pas di tubuhnya semakin memancarkan aura cantiknya.

" Azka. "

Berulang kali Rani memanggil Pria itu hingga akhirnya Ia menepuk pelan pundak Azka, barulah kesadaran nya kembali.

Mereka kembali ke mobil dan melanjutkan tujuan, Rani mendadak gelisah.

Bagaimana nanti Ia bersikap, apakah nanti dirinya akan bertemu dengan saudaranya.

Azka menggenggam tangan Rani ketika wanita itu gugup.

" Tidak apa- apa Tiara, semua akan baik- baik saja. "

Rani mengangguk dan masih dengan berpegangan tangan mereka memasuki kediaman Gunawan.

Azka mengucapkan salam terlebih dahulu dan di jawab langsung oleh Sinta yang kebetulan sudah menunggu kedatangan mereka.

Sinta terpaku melihat kedatangan Putranya, bukan hanya karena kedatangan Azka tapi karena kehadiran seorang wanita di samping nya.

" Ibu, apa kabar. Oh ya ini Bu, kenalin. Namanya Tiara. "

Rani menyambut uluran tangan Sinta, Sinta tersenyum bahagia melihat Azka akhirnya kembali bersama seorang wanita yang sangat cantik.

Sinta tidak lagi peduli pada Putranya, beliau langsung mengamit tangan Rani dan mengajaknya ke meja makan.

" Kamu sangat cantik Nak, akhirnya. Ibu lega juga, Azka mau membawa seorang wanita menemui Ibu. Kamu tahu bahwa Ibu sangat khawatir kalau Azka memiliki kelainan seperti yang orang- orang ceritakan. Tapi sekarang tidak lagi. "

Akhirnya acara makan malam pun di mulai setelah semua keluarga kumpul bersama.

...****************...