NovelToon NovelToon
As You Wish, Duke!

As You Wish, Duke!

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam
Popularitas:63k
Nilai: 4.9
Nama Author: Eva IM

Elia putri Duke Haliden menikah dengan putra selir kaisar yang berstatus Duke, Julius Harbert.
Pernikahan yang tidak didasari cinta tidak akan bertahan selamanya, itulah yang Elia percaya. Julius selalu melihatnya sebagai gangguan di matanya.
Selama tiga tahun pernikahan Elia siang malam memikirkan bagaimana caranya lepas dari rumah Harbert yang tidak pernah menghargainya.
Kematian.
Hanya ada satu ide yang terlintas di benaknya.
"Seperti apa yang kamu inginkan, Duke! Kematianku."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eva IM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rendezvous

Makan malam cepat tersaji.

Ines masih linglung. Dia terbawa oleh arus yang membingungkan. Tiba-tiba saja dia sudah berapa di meja makan. Bersama ayah, ibunya dan Julius, orang yang paling ingin dia hindari.

Percakapan di meja makan relatif ringan. Hanya Theodore dan Julius yang mendominasi. Bahasan mereka seputar Delian. Bagaimana perkembangannya hingga berita terkini.

Ines yang tidak berminat fokus pada makanan di mejanya. Seperti biasanya menyambut tamu, meja makan penuh dengan sajian mewah.

Dia melirik sekilas ayahnya dan Julius. Percakapan mereka masih berlanjut dan sesekali ibunya menimpali.

Jauh di dalam hatinya Ines berdoa agar Julius segera pergi.

"Bukankah begitu Lady Ines?"

Ketika namanya tiba-tiba disebut, Ines terkejut hingga sendok ditangan jatuh. Menambrak piring sebelum jatuh ke lantai. Suara dentingannya memenuhi ruang makan.

"Maafkan saya. Saya baru saja memikirkan hal lain." Ucap Ines seraya memanggil pelayan untuk membantu membereskan kekacauannya.

"Saya tidak mendengar apa yang disampaikan Yang Mulia Pangeran. Saya mohon maaf." Wajah Ines pucat. Bagaimana dia bisa membuat kesalahan fatal di depan ayah, ibunya bahkan tamu terhormat.

Dia adalah putri Theodore Abraham, menjaga harga diri keluarganya merupakan sebuah keharusan.

Julius merespon dengan sedikit senyum menggoda. Dia sengaja melemparkan pertanyaan kepada Ines karena melihatnya tidak tertarik sama sekali padanya. Respon yang dia dapat melebihi ekspektasinya. Dia seperti baru saja menangkap basah kucing yang sedang mencuri ikan.

"Saya baru saja menyampaikan kepada Lord Theodore bahwa perjanjian baru ini bukan tentang Inoa dan Delian namun perjanjian perusahaan swasta Delian dengan Inoa. Saya hanya ingin memperkuat pernyataan saya dengan penguatan dari Lady Ines." Jelas Julius.

Ines segera menanggapi untuk meredakan kekacauan yang dia buat.

"Benar ayah. Karena di dalam perjanjian lama Delian masih dalam masa embargo pasca kebakaran Kartos. Jadi pihak Delian dilarang berhubungan dengan para Loji hingga menambah kuora ekspor gulan dan teh." Ines berhenti sejenak.

"Yang Mulia Pangeran mengusulkan ide kepada Yang Mulia Raja Wilhem, jika pemerintah Delian dilarang artinya perusahaan swasta legal diperbolehkan melakukan perjanjian dagang ini. Oleh sebab itu perjanjian baru dibuat dengan pihak pertama adalah Inoa sedangkan pihak kedua perusahaan swasta Delian yang diwakili orang pangeran sendiri."

Mendengar penjelasan Ines, alis Theodore berkerut. Hal itu adalah ide yang sangat cemerlang. Bisa menjadi ide untuk perusahaan-perusahaan swasta legal bekerja sama langsung dengan pedagang tanpa melalui pemerintah. Nyatanya pemerintah yang berdaulat atas perekomian sering menyulitkan pihak swasta berdagang.

Inilah hal yang disukai Theodore dari sosok Julius Delian. Kepalanya berisi jutaan ide berlian dan solusi yang sangat efektif. Seringkali hal itu menjadi dasar penyelesaian masalah perdagangan serupa.

Dia adalah pangeran yang sangat kompeten. Bahkan tidak ada salahnya mengatakan jika Julius Delian lebih layak menjadi Putra Mahkota dibanding kakaknya, Petrus Delian.

"Semoga perjanjian baru ini berjalan dengan lancar." Timpal Theodore.

"Tentu saja Lord, Lady Ines sangat membantu kami. Bukankah begitu Lady Ines?" Selain pertanyan, Julius juga melempar senyum pada Ines.

Ines mengangguk kemudian mengiyakan. "Perjanjian ini sukses berkat usaha semua pihak."

"Lady Ines sangat mirip dengan Lord Theodore. Saat Yang Mulia Wilhem mengatakan Lady Ines adalah putri anda saya tidak terkejut."

Gelak tawa Julius pecah. Suasana yang awalnya serius membali santai.

"Sungguh?"

Julius mengangguk kemudian mengalihkan pandangannya pada Camelia.

"Tentu secantik Lady Camelia juga. Saya akui." Imbuhnya.

Camelia tersenyum sebagai tanggapan dari pernyataan Julius.

"Terima kasih Yang Mulia."

Makan malam berlanjut hingga perut mereka tak mampu lagi menampung semua makanan. Hidangan yang berat dengan cepat diganti oleh makanan ringan dan teh sebagai penutup.

Ramah tamah masih berlanjut hingga kemunculan Owen menginterupsinya. Dia membisikkan beberapa kata yang diikuti anggukan kecil Julius.

Julius meminta izin undur diri dengan sangat terpaksa. Mengatakan ada hal yang harus dia urus. Kemudian berjanji akan membalas undangan makan malam ini.

Ines yang berdiri di samping ibunya berwajah datar. Sedikit lega karena kepergian Julius.

"Sampai bertemu lagi Lady Ines."

Ines tersenyum tipis sambil membatin, semoga kita tidak akan bertemu lagi.

"Mengenai perjanjian baru, saya menunggu jawaban Yang Mulia Pangeran. Semoga perjanjian ini bisa segera tercapai." Tegasnya.

"Tidak perlu terburu-buru. Kita masih punya banyak waktu Lady Ines. Perjanjian sebesar ini perlu dipertimbangkan dengan baik." Julius membantah dengan halus.

Artinya mereka akan terus bertemu sampai dengan waktu yang tidak ditentukan. Bisa jadi hingga perjanjian mereka tercapai. Ines mendengus kesal. Orang bernama Julius ini memang punya bakat membuat orang lain kesal. Tidakkah dia tahu jika Ines tidak menyukainya.

Dia seolah terus menampakkan diri di matanya untuk penarik perhatiannya.

Bulu mata Ines bergetar. Ingin dia mengatakan tidak namun Ines memilih diam. Bersabar. Dia perlu bertahan. Seperti dirinya yang biasanya.

"Ines, antar Yang Mulia Pangeran ke kereta." Titah ayahnya. "Semoga perjalanan kembali anda aman pangeran." Sambungnya.

"Terima kasih Lord." Julius pamit untuk pertama kali.

Setelah melihat Julius dan Ines menjauh, Theodore dan Camelia juga kembali ke kamarnya.

Lorong yang menghubungkan bangunan utama dan pintu masuk berjarak cukup jauh.

Di tengah kegelapan malam suara langkah kaki bergema begitu keras. Langkah hati-hati dan sengaja melambat karena tidak ingin waktu cepat berlalu.

Ines mengikuti langkah Julius dalam diam. Menjada jarak beberapa langkah untuk menghindari kontak dengannya. Dia fokus pada lantai marmer putih bercorak bunga peony kesukaan ibunya. Konon lantai ini khusus dibuat pengrajin atas permintaan ibunya.

Camelia Lovita memeliki kepribadian yang halus. Sangat menyukai bunga dan sangat perhatian dengan hal-hal kecil. Menurut cerita Loraine, rumah mereka seperti saudara kembar ibunya. Karena setiap sudut rumah tak pernah luput dari perhatiannya.

Kadang Ines takjub. Ibunya yang berdarah seni mencurahkan bakatnya seratus persen untuk mendekorasi rumahnya. Bahkan mereka sering mendapatkan kunjungan dari seniman yang ingin melihat interior rumahnya.

Satu, dua, tiga, empat, Ines menghitung bunga peony di lantai marmer yang dia pijak. Setiap satu persegi panjang berukuran besar terdapat bunga peony yang diletakkan berserakan. Setiap persegi tidak memiliki corak yang sama. Mereka dibuat secara acak.

Tiba-tiba, buk!

Kepala Ines menabrak sesuatu.

"Aw!" Jeritnya kesakitan. Sepertinya dia menabrak pilar karena tidak memperhatikan langkahnya.

Saat Ines mengangkat kepalanya yang tertunduk seraya mengelus dahinya yang sakit, tatapannya bertemu dengan bola mata biru yang seolah menerangi gelapnya malam.

"Apa yang Lady Ines pikirkan hingga tidak fokus begitu?" Suara Julius tegas namun anehnya terdengar lembut.

"Ya? Ah maaf." Jawab Ines gagap. Jarak mereka terlalu dekat. Saat Ines hendak menjauh. Tubuh Julius mendekat dan dia merendahkan pandangannya.

"Apakah Lady Ines baik-baik saja?" Tanyanya sambil melihat dahi Ines yang berwarna merah akibat tabrakan itu.

Pakaian yang Julius kenakan bukanlah pakaian yang sederhana. Dia sering menggunakan pakaian resmi karena urusan pekerjaan. Kali ini dia mengenakan jas dengan kancing yang dibuat rumit. Kemungkinan Ines menabrak salah satu kancingnya hingga dahinya terluka.

"Saya baik Yang Mulia." Sontak Ines mundur dan menghindari Julius yang mendekatkan wajahnya. " Saya tidak terluka." Lanjutnya.

Meskipun dahinya sakit itu tidak sampai membuatnya terluka.

"Sepertinya Lady Ines tidak fokus hari ini. Saya perhatikan sejak kita makan malam." Julius kembali menegakkan tubuhnya. Dengan sangat terpaksa. Padahal dia ingin lebih dekat Ines. Menghirup aroma bunganya. Memeluknya. Memilikinya seutuhnya.

Ines tersenyum canggung. Tidak menjawab Julius.

"Apakah terjadi sesuatu?" Julius maju satu langkah. Berusaha mengiris jarak diantara mereka.

"Tidak. Saya baik-baik saja." Jawab Ines cepat.

Tubuhnya menangkap sinyal bahaya saat Julius kembali melangkah maju mendekatinya. Dia sudah siap melangkah mundur saat sebuah kereta tiba dan seseorang keluar dari sana.

"Kakak!" Teriak Ines dengan sekuat tenaga. Memfokuskan sisa tenaganya untuk berteriak.

Sontak Julius menoleh dan matanya menangkap seorang pria berseragam lengkap mendekati mereka.

"Ines?" Suara dalam seorang pria muda menginterupsi.

"Selamat datang di rumah." Ines berhambur kepelukan laki-laki itu. Melewati sosok Julius tanpa menghiraukannya.

Izekiel yang mendapat sapaan hangat adiknya seperti biasa mencium kepala Ines kemudian mengelusnya.

"Apakah kita kedatangan tamu?" Tanya Izekiel sengaja melirik Julius sebentar.

Ines melepaskan pelukannya kemudian menjawab.

"Beliau andalah Yang Mulia Pangeran Delian."

Mata Izekiel menyipit. Terlambat menyadari dia segera membungkuk dan memberi hormat.

Julius juga menanggapinya dengan hormat matanya memindah Izekiel sebentar kemudian membuka suara.

"Kalau begitu saya pamit. Sampai bertemu Lady Ines."

Ines dan Izekiel tetap ditempat sampai kereta yang membawa Julius menghilang. Mereka segara masuk untuk istirahat.

Jauh di dalam kereta yang menembus kegelapan malam, ada Julius yang bersungut-sungut di dalamnya.

Amarahnya mendidih. Melihat Ines yang memeluk Izekiel, dan dibalas dengan sebuah ciuman di kepala Ines, Julius ingin mematahkan leher seseorang.

Bersambung...

1
Wini
bagus bangett
Leny Leny
ribet banget deh ines...dah bye..bye..aja cewek kok ribet, cerewet and jengkelin, keras kepala..
Esti Afitri88
julius harus ekstra sabar ya sama ines . hihihi...
Esti Afitri88
kasihan juga si owen . selalu sesak bila ingat masa lalu elia haliden
Yuliana Nengrum
lanjut toor jalius dan ines saling jatuh cinta dan punya perasaan lah
yani
lanjut thorr
Kastini
lanjuttt
Dandelion Queen
bagus
Yuliana Nengrum
bisa ines jatuh cinta pada jalius dan hidup romantis untuk biduk rumah tangga , beri kasih sayang sama ines biar dia buka hatinya buat jalius
Era Simatupang
bisakah upnya d banyakin karena sangat suka ceritanya
Diah Al Khalifi
thank u sdh up...😘🥰
Merry Maria
mksh sdh up akak...🥳🥳💐💐
Esti Afitri88
meski slalu bertengkar tapi kesannya manis .
Kastini
lanjuttt
Merry Maria
makin seruuu ini sy tdk sabar dgn kelanjutanx. mksh akak otor. upx jgn kelamaan yaaa...💐💐💐
Hana
semangat, karya bagus ♥️💪
Hana
seru
Hana
♥️
Hana
keren bahasanya
Diah Al Khalifi
sama2 keras
ibarat kayu klu tetap keras GK ada yg mau ngalah ujung2 nya nanti bs patah makanya Julius belemah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!