"kamu pembunuh"
"kamu pembawa keburukan bagi kehidupanku"
"seharusnya kamu tidak pernah lahir"
Sabrina harus menanggung semua perkataan dan perlakuan buruk dari ayah kandungnyan yang sangat membencinya. Hingga akhirnya Sabrina di buang oleh ayah kandungnya sendiri.
Semua kesedihan Sabrina berakhir saat Bibi adik dari ibunya mengajaknya tinggal bersama keluarga besar ibu Sabrina di kota Solo.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cacasakura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep. 11
Anjani dan Asmirah lalu keluar dari kamar menuju ruang tamu di mana Wulan dan Helena sedang mengobrol. Eliana putri bungsu Helena baru datang, ikut duduk bersama Helena dan Wulan.
Anjani dan Asmirah lalu keluar dari kamar menuju ruang tamu di mana Wulan dan Helena sedang mengobrol. Eliana putri bungsu Helena baru datang, ikut duduk bersama Helena dan Wulan.
Wulan, Helena dan Eliana menatap heran ke arah kakak beradik ini. Wajah mereka tampak sangat sedih,
“Loh kok baru teleponan sama mbaknya muka pada manyun gitu? Ada apa Jani dan Mirah?” tanya Wulan heran.
“Mama...hiksss” mereka berdua memeluk Wulan.
Helena dan Eliana saling berpandangan heran
“Kenapa sayang?” tanya Wulan.
“Mbak Sabrina ma...” Asmirah kembali menenggelamkan wajahnya dalam pelukan Wulan.
“Kenapa dengan mbak mu?” tanya Wulan.
“Mbak Sabrina akan ke Jerman ma” kata Anjani.
“Oooo...ke Jerman... Apa Ke Jerman?” Wulan bersikap biasa mendadak terkejut saat mendengar keponakannya akan ke Jerman, hingga pelukan kedua putrinya terlepas.
“iya ma.... Mbak Sabrina akan kuliah kedokteran di sana” kata Anjani memanyunkan bibirnya.
Helena semakin penasaran saat Wulan, Anjani dan Asmirah terus menerus menyebutkan nama Sabrina.
“Lan, aku jadi kepo nih? Sabrina keponakanmu orangnya gimana sih. Kok aku perhatikan keluarga kalian sayang banget ama Sabrina” tanya Helena dengan ke kepoan tingkat tinggi.
“Sebenarnya Sabrina itu...” Wulan menceritakan masa lalu Sabrina dari A sampai Z tentangnya, Anjani dan Asmirah ikut menambahkan, mereka juga memperlihatkan foto Anjani, Araf, Sabrina dan Asmirah ketika masih kecil.
“subhanallah, ayu tenan” kata Helena saat melihat foto mereka berempat. Wulan jujur menceritakan apa adanya pada Helena, dia tidak pernah menutupi apapun dari sahabatnya.
“aku nggak menyangka ada bapak yang setega itu pada anak kandungnya sendiri” kata Helena,
“ aku juga berpikir begitu. Pertama kali kami bertemu dengan Sabrina, dia terlihat pendiam dan murung” kata wulan mengingat pertama kali bertemu Sabrina.
Aku tidak pernah menyangka gadis cantik seperti boneka ini di perlakukan tidak adil oleh ayah kandungnya sendiri kata Helena dalam hati prihatin dengan Sabrina.
Eliana diam tanpa berkomentar karena dia sudah mendengar cerita Sabrina dari Anjani, dia merasa begitu mengenal Sabrina walau hanya dari cerita Anjani dan Asmirah.
***
Di hari keberangkatan Sabrina ke Jerman, Adiwijaya dan keluarganya mengantar Sabrina ke bandara internasional Adisumarmo. Tak ketinggalan Cakra dan Wulan yang sengaja datang mengantar kepergian Sabrina. Araf tidak bisa ikut karena masih pelatihan kemiliteran, Anjani dan Asmirah terpaksa menginap di rumah Helena karena harus sekolah. Mereka sangat sedih tidak ikut mengantar Sabrina.
Bima yang baru pulang kuliah melihat Anjani, Asmirah dan Eliana duduk sambil memanyunkan bibir mereka.
“pada kenapa nih anak anak Alay?” goda Bima.
Asmirah dan Eliana masih memanyunkan bibir mereka, berbeda dengan Anjani yang gugup saat melihat Bima dengan ketampanan yang sukses membuat kaum hawa bertekuk lutut. Ketampanan Bima mirip dengan aktor korea Park Bo-gum dalam versi indonesia.
“Udah deh kak, jangan gangguin napa. Nggak tau napa kalo hari ini hari galau berjamaah” ketus Eliana
Asmirah menatap Anjani yang sikapnya langsung berubah. Dia memicingkan matanya menatap perubahan Anjani saat melihat Bima.
Bima lalu duduk di sofa single di samping sofa panjang yang di duduki Anjani, Asmirah dan Eliana.
“Lagi galau napa si dek?” tanya Bima yang penasaran,
“Lagi galau karena nggak ngerti bagaimana ngerjain tugas matematika dan galau karena mbak kami hari ini berangkat ke Jerman” jelas Asmirah.
“ Loh, kalo mbakmu pergi ke Jerman hari ini, kenapa masih ada di sini. Harusnya kan sudah ada di bandara?” kata Bima bingung.
“ bukan mbakku yang ini. Tapi mbakku yang tinggal di Solo” kata Asmirah kembali memanyunkan bibirnya.
“ooo” kata Bima ber o ria.
“Kak....bantuin dong bikin tugas matematika. Kakak kan pintar” kata Eliana merayu kakaknya menggunakan mata puppy eyes.
Bima akan selalu luluh saat melihat tatapan Adik perempuan satu satunya.
Kak Bima pasti nggak akan nolak jika gue pake jurus ini kata Eliana dalam hati terus menatapi kakaknya dengan tatapan puppy eyes.
Bima yang hampir terpengaruh langsung tersadar saat Raka memukul lembut pundak Bima.
“Bim, ntar kita ke kantor ya buat meeting” kata Raka.
Asmirah tertegun melihat Raka dengan ketampanannya mirip dengan aktor Korea Lee Jong-suk.
“Oke kak, bentar gue ganti baju dulu” kata Bima berdiri melangkahkan kakinya ke kamar.
“Loh Kak Bim PR matematika Elia gimana?” tanya Eliana
“Opsss, sorry adek kakak. Hari ini kakak nggak bisa bantu. Kamu kerjain sendiri ya” kata Bima berlalu pergi ke kamarnya.
Eliana memanyunkan bibirnya lalu menatap tajam pada Raka yang sedang memeriksa berkas di tangannya. Raka merasakan aura dingin dan menusuk, perlahan matanya melihat ke arah Eliana yang masih melihat tajam ke arahnya.
Raka menyerah menerima tatapan menusuk adiknya,
“cepat ambil tugasmu” kata Raka, senyuman manis tersungging di wajah Eliana, Anjani dan Asmirah.
Sambil menunggu Bima, Raka membantu adiknya dan Anjani mengerjakan PRnya. Setelah itu mengajarkan Asmirah dengan tugas miliknya.
Tidak berapa lama Bima selesai dengan urusannya lalu mengajak kakaknya ke kantor.
“Ayo kak” ajak Bima, termangu melihat kakaknya membantu Anjani, Eliana dan Asmirah mengerjakan tugas sekolah mereka.
Dia langsung tertawa senang karena bukan dirinya yang harus membantu adiknya membuat tugas.
Tidak berapa lama tugas para gadis sudah selesai, Raka dan Bima langsung berangkat kekantor perusahaan milik Candra.
Asmirah menatap Eliana yang sedang membereskan buku pelajarannya.
"kak Elia, gimana sih rasanya punya sodara cowok gantengnya kayak oppa oppa korea sana?" tanya Asmirah penasaran.
"ada senang ama menderitanya. senangnya saat para penggemar kakak kakak aku ngasih kado makanan, akunya pasti kebagian. menderitanya, aku sering di kira fans fanatiknya kakak kakak aku kesel nggak tuh?" jelas Eliana mengingat betapa malang nasibnya di tuduh fans fanatik kakaknya sendiri
***
Terdengar panggilan untuk penumpang yang akan berangkat ke Jerman. Sabrina bersiap-siap, lalu dia berpamitan pada Adiwijaya, Ningsih, Andhini, Wiyasa, Cakra dan Wulan.
Mata Andhini tampak berkaca-kaca melepas kepergian putrinya,
“Nduk, di sana kamu jangan lupa shalat, makan yang teratur dan jaga kesehatanmu yo” pesan Andhini, matanya mulai menitikkan air bening sebening kristal. Dia memeluk erat putrinya beberapa saat lalu mulai melepaskan pelukannya.
“iyo bu, sabrina akan ingat” kata Sabrina, dia lalu berpamitan pada Wiyasa.
“jangan sering begadang yo nduk, istirahat yang cukup yo” Kata Wiyasa, sabrina menyalani Wiyasa lalu memeluknya. Wiyasa mengecup pucuk kepala Sabrina yang tertutupi hijab lebarnya.
Sabrina menyalami Cakra dan wulan,
“Sampai di sana, jangan lupa hubungi kami di indonesia yo” pesan wulan, matanya menitikkan air bening sedari tadi di tahannya. Rasa kasih sayang Wulan pada Sabrina tidak berbeda dengan kasih sayangnya pada Anjani dan Asmirah. Wulan dan Cakra memeluk Sabrina.
“Ayo nduk, sudah waktunya berangkat” ujar Adiwijaya, Sabrina menganggukkan kepalanya.
Sabrina mendekati Ningsih, air matanya telah membasahi wajah yang masih tampak awet muda walaupun sudah berumur. Dia memeluk Ningsih dan menyalaminya dengan santun, lalu perlahan melepaskan pelukannya.
Tangan Sabrina lalu meraih tas koper besar dan menggeretnya ke pintu keberangkatan. Sabrina mendekati Adiwijaya, mata tuanya tampak berkaca-kaca.
*************
terus dukung Author
dengan cara like, vote dan tipnya.....😊😊😊
jangan lupa juga kasih rate nya ya....😊😊😊
( Π_Π )
makasih..... tetap semangat 🤗🤗🤗🤗
buat saya,,,ini sangat lah menyebabkan,,,
kenapa ?,,,
karena sesuatu yang tidak adil terjadi pada raka,,
kali ini coba saya intip lagi,,,siapa tau author membelokkan alur cerita,,, walaupun saat ini kenyataannya bisa di ibarat kan bahwa Sabrina hanya tinggal ampas untuk raka,,,,walau harus dengan menSCROLL setiap jalan cerita yang menjelaskan soal Sabrina dan suaminya,,,😓