NovelToon NovelToon
Di Tepi Senja

Di Tepi Senja

Status: tamat
Genre:Tamat / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Anggi Febriani

Kebanyakan orang-orang berpikir bahwa tidak ada cinta yang akan bertahan, apalagi di usia remaja, dan aku juga sependapat dengan mereka. Namun, dia membuktikan bahwa cinta itu benar-benar ada, bahkan anak remaja sekalipun bisa mendapatkan cinta yang akan menjadi pasangan hidupnya. Semua itu tergantung siapa orangnya.

Dari pengalaman ini aku juga banyak belajar tentang cinta. Cinta itu memang menyakitkan, tapi di balik semua itu pasti ada jalannya. Dia selalu mengajari ku banyak hal, yang paling aku ingat dia pernah mengatakan "rasa suka tidak harus dibalas dengan rasa suka." Dia lelaki yang dewasa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggi Febriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 20

Hari ujian telah tiba, aku belajar dengan baik untuk mendapat hasil yang bagus. Beberapa hari terakhir aku selalu menangisi kepergian Kevin, dibalik tangisan itu, aku selalu berusaha menghentikannya dengan membaca buku. Hari-hari ku tidak terlalu bersemangat jika tidak ada Kevin. Kevin tidak mengabari ku semenjak hari esoknya ketika dia sudah berangkat. Katanya dia sampai dengan selamat dan kemungkinan dia akan selalu sibuk. Aku ingin mengechat Kevin, tapi aku takut mengganggu dia. Aku selalu mengecek handphone ku untuk melihat pesan darinya.

"Semangat ujiannya sayang, Kevin baik-baik saja di sana, kamu jangan selalu sedih," ucap papa.

Papa mengantar ku kesekolah, papa tidak tega melihat putrinya merasa sendirian. Belakangan ini papa cepat pulang kerja, papa sering mengajakku bermain, papa ingin aku ceria seperti dulu lagi. "Iya pa, Tarasya akan mendapat hasil yang bagus!"

"Nah gitu baru putri Papa. Putri Papa harus selalu ceria, sebentar lagi Kevin akan pulang dan langsung menemui mu. Sebelum dia pulang, kamu harus menunjukkan hasil terbaik mu."

"5 bulan itu sebentar ya, Pa?"

"Sangat sebentar, kamu nikmati saja, besok sudah bulan November."

"Iya juga sih Pa, perasaan Tarasya baru masuk SMA, tapi sudah kelas XI saja."

"Nah itu dia, sebentar, kan? Kevin juga sebentar di Prancis."

"Papa betul, aku tidak boleh selalu bersedih, bagaimanapun juga Kevin akan segera pulang."

"Betul, pergi lah, sudah mau bel," ucap Papa.

"Baik, Pa."

Aku turun dari mobil, aku berjalan ke kelas dengan perasaan yang sedikit lega. Setelah dipikir-pikir, perkataan Papa ada benarnya juga, aku tidak boleh selalu bersedih. Bagaimana pun juga aku dan Kevin akan berjumpa lagi.

Aku mengerjakan ujian ku dengan baik. Aku fokus ke ujian dan tidak memikirkan Kevin sekalipun. Ujian ini terasa mudah bagiku, aku mengerjakan mereka dengan cepat. Setelah aku mengumpulkan kertas ujian ku, aku mengambil buku dari dalam tas ku, kemudian pergi keluar kelas untuk belajar lagi. Aku membaca buku dan mencoba mengingat hal-hal yang penting. Aku tidak tahu mana yang akan masuk ke ujian, setidaknya aku sudah menguasai beberapa dari mereka.

"Sendiri aja Tar." Kezia menyapaku. Dia juga membawa bukunya untuk dibaca sebentar.

"Sini duduk," ajak ku.

Kezia duduk di sampingku. "Mata kamu masih bengkak, masih nangis ya?"

"Iya, tapi aku berjanji pada diriku sendiri kemarin adalah hari terakhir aku menangisi Kevin. Aku tidak boleh selalu menangis, bagaimanapun juga kami akan bertemu kembali. Benar bukan Kezia?"

"Benar, ini baru Tarasya yang aku kenal. By the way kamu rajin banget, bisa-bisanya kamu tidak mengantuk membaca buku sejarah itu."

"Sejarah juga seru loh, Kezia. Coba kamu baca atau kamu tonton tentang sejarah, pasti kamu akan tertarik pada kisahnya. Selain novel, aku suka membaca sejarah, kesannya kamu berada di zaman itu."

"Kamu kan kutu buku, aku tidak."

"Kamu kan kutu air." Aku tertawa mengatakan itu kepada Kezia. Aku bukan bermaksud mengejek dia, aku sedang bercanda.

"Mana ada kutu air, aneh kamu ini." Kezia ikut tertawa bersamaku. Kezia memang selalu ada di dekatku, tapi terkadang Kezia bersama dengan orang lain. Kezia sangat friendly makanya teman dia sangat banyak. Tapi kata Kezia, akulah temannya yang paling dekat dan bisa diajak bercanda.

Ujian sejarah akan di mulai, aku memasukkan buku-buku ku kedalam tas dan menyiapkan peralatan untuk ujian. Aku sangat bersemangat meskipun hari ini sangat panas. Aku harus mendapat nilai yang bagus di semua mata pelajaran.

Ketika kertas ujian sejarah sudah dibagikan, aku membaca soalnya dengan teliti, terkadang aku bisa menjawab dengan cepat dan terkadang berpikir terlebih dahulu. Ujian sejarah kali ini tidak sesusah dulu, dulu aku masih bertanya kepada Kevin, sekarang aku mengerjakannya secara mandiri.

Teman di sebelahku sepertinya kesusahan menjawab beberapa soal. Aku memanggil dia dan bertanya nomor berapa dia yang tidak tahu (mumpung pengawas lagi keluar). Dia sangat senang ketika aku bersedia membantu dia, aku juga senang bisa membantu teman-teman ku.

Biasanya orang-orang tidak mau berbagi jawaban ujian, kan? Kali ini aku berbeda, aku suka membantu mereka ketika sedang ujian. Terkadang ketika belajar, aku membiarkan mereka menyontek. Dari hasil contekan mereka belum tentu bisa mengerjakan soal yang lain, kan? Aku sengaja melakukannya karena malas mengajari. Ujung-ujungnya mereka tetap tidak paham jika mereka hanya menyontek, lalu apa yang ku takutkan? Mereka tidak akan mendapat nilai yang lebih baik dariku.

Tapi aku bukan orang jahat, aku melakukan itu ketika aku benar-benar malas mengajari mereka. Aku sering mengajari mereka kok. Jika mereka belum mengerti aku biasanya menjelaskan ulang dan memberi beberapa soal supaya mereka cepat paham. Aku pernah bertanya kepada teman-teman ku mengapa mereka tidak bertanya kepada Kevin saja dan mereka menjawab kalau Kevin itu terlalu dingin untuk didekati. Aku pernah tertawa mendengar jawaban mereka, padahal Kevin baik.

Setengah hari mengikuti ujian akhirnya bisa pulang kerumah. Aku sudah lapar, aku rindu masakan mama. Aku merapikan peralatan ku dengan cepat, aku menaikkan kursiku ke atas meja, lalu pergi keluar dari kelas.

"Tarasya, tunggu sebentar, kamu kok terburu-buru?" Clorena mencegahku untuk pergi dari depan pintu kelas.

"Aku mau pulang, ada urusan, kenapa?"

"Kamu masih kenal Victor?"

"Ya, ada apa?"

"Dia ada di depan sekolah kita, katanya kemarin mau ketemuan sama kamu."

"Aku sibuk, aku mau pulang."

"Kamu tidak punya rasa menghargai ya? Dia sudah capek-capek nunggu kamu, kamu malah tidak menghargai dia!" Clorena tiba-tiba menyenggak aku.

"Maksud kamu apa ya Clorena? Aku tidak ada urusan sama dia, terserah aku mau ketemu atau tidak." Aku berbalik kebelakang, ingin pulang kerumah.

"Halo," sapa seseorang ketika aku menghadap kebelakang.

Aku mengerutkan keningku, aku benar-benar ingin menonjokkan pria yang berada di depan ku ini. "Ada apa?"

"Kamu jangan marah-marah dong, kamu mau pulang? Aku antar, ya?"

"Tidak perlu! Dan ingat ya, kita tidak sedekat itu, jangan pernah sok dekat dengan ku!" Aku pergi meninggalkan mereka. Aku tidak suka dengan sikap Victor, dia itu bukan pria baik, Kezia yang mengatakan kepadaku. Aku mempercayai Kezia karena dulu Kezia dan Victor pernah satu sekolah waktu SD. Lagipula aneh, dia bisa masuk ke sekolah kami dengan seragam sekolahnya, padahal setahuku satpam tidak mengizinkan mereka masuk.

"Tarasya tunggu!" Teriak Kezia dari kejauhan. Kezia berlari-lari menyusul ku.

"Ada apa Kezia?"

"Kamu kenapa meninggalkan ku, selagi Kevin tidak ada kamu harus pulang bersamaku. Kita sudah lama tidak pulang sama, aku rindu."

"Baiklah, ayo pulang. Besok aku tidak akan meninggalkan kamu lagi."

"Baiklah, hanya sampai Kevin belum pulang kok. Nanti ketika Kevin sudah pulang, kamu pulang bersama dia saja, dia kan pria yang baik."

Aku mengiyakan perkataan Kezia dengan tersenyum. Kezia memang benar, Kevin itu pria yang baik.

1
Zetti Afiatnun
👍👍👍👍👍
Shoot2Kill
Ceritanya luar biasa, author semangat terus ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!