NovelToon NovelToon
Takdir Cinta

Takdir Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Cinta Murni / Ibu Mertua Kejam / Pihak Ketiga
Popularitas:8.8k
Nilai: 5
Nama Author: Sweet'Candy

"Bawa foto ini, dan temui seseorang dialamat ini! Saat kau melihatnya nanti, tunjukan foto masa kecilmu itu maka dia akan mengenalimu dengan mudah! ingatlah Sayang, dia yang akan menjaga dan menyayangimu persis seperti mama dan papa. Hiduplah bersamanya dengan segala sikap dan sifat baikmu, jangan pernah kecewakan dia!"

Itu adalah pesan terakhir mama sebelum meninggal!! Kehidupan Metta berubah sepeninggal kedua orang tuanya, Metta amat disayang dan dicintai oleh Levin. Namun, Metta amat dibenci oleh Monica yang tak lain adalah mamanya Levin.

Akan seperti apa Metta menjalani dan melewati setiap luka dan bahagia disetiap detiknya, jika ketika ingin menyerah, wasiat sang mama terus saja memaksanya untuk bertahan!



Yuk simak dan tinggalkan jejak manisnya ya Readers 💞

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sweet'Candy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sesuatu

Pintu rumah Metta kali ini tampak terbuka, Levin sedikit mengintip ke dalam sana memastikan pemilik rumahnya bisa terlihat. Sepertinya Metta sengaja membuka pintunya seperti itu, Levin tersenyum ketika sosok yang dicarinya terlihat di dalam sana.

Metta berjalan terburu-buru sambil merogoh tasnya seperti mencari sesuatu, Levin melihat tampilannya yang sedikit rapi. Metta akan pergi? gumam Levin sedikit menerka, nasib baik Levin datang sebelum Metta berangkat.

Brukkk.... Metta benar-benar tak melihat jalan, sehingga ia tanpa sengaja menabrak Levin. Tasnya terjatuh dan semua isinya berceceran, Levin melihat ada kartu Identitas Metta yang tergeletak di sana, dengan cepat Levin meraihnya.

"Hey!" ucap Metta kesal.

"Metta Asiqha Nahviza, lahir pada 30 April tahun 2000. Waaahh!! Benarkah?" tanya Levin seraya melihat Metta

"Tidak sopan sekali kamu!" sahut Metta seraya merebut kartu identitasnya.

"Itu serius?"

Ck..... Metta hanya berdecak dan segera merapikan isi tasnya yang berhamburan, Levin tersenyum melihatnya. Mereka baru saja bertemu, tapi Metta sudah kesal di kedipan pertamanya.

Metta melihat jam di pergelangan tangannya, sudah sangat terlambat, ini menyebalkan sekali. Levin menahannya yang pergi begitu saja, bagaimana bisa meninggalkan Levin yang sengaja datang untuk menemuinya.

"Lepas ih!"

"Mau kemana? Biar aku antar!"

"Tidak perlu, aku bisa pergi sendiri!"

Metta menarik tangannya dan memasuki mobil, bukankah Levin sudah dewasa, dia bisa pulang dengan sendirinya. Levin menggeleng, benar-benar ditinggalkan Metta begitu saja, berani sekali wanita itu.

Tak mau kehilangan jejak, Levin turut memasuki mobilnya dan menyusul mobil Metta. Mau kemana wanita itu, apa dia niat bertemu lelaki lain.

"Lihat saja kalau benar, akan ku bunuh lelaki itu!" gumam Levin dengan sedikit senyuman.

Mengikuti Metta membuat Levin bosan, setelah jauhnya jarak yang ditempuh, akhirnya Mobil itu berhenti di salah satu halaman luas. Levin melihat sekitarnya, tempat apa itu, Metta berjalan memasuki satu bangunan yang bertuliskan Trinatta Laundry.

"Astaga, dia mau bawa cucian? Ais apa susahnya kalau tinggal bayar kurir saja?"

Levin menggeleng dan turut keluar, inginnya menyusul masuk, tapi Levin memilih menunggu di luar saja. Mengambil cucian harusnya tidak menghabiskan waktu yang lama, jadi Levin merasa lebih baik menunggu di luar saja.

"Bu Metta sudah tahu tentang kabar buruk itu?"

"Tentu saja, seharusnya dia sudah datang sekarang!"

"Iya, siapa lagi yang bisa mengurus Perusahaannya kalau bukan dia, sedangkan kedua orang tuanya sudah berpulang."

Levin mengernyit mendengar perbincangan dua orang memasuki bangunan yang sama dengan Metta, Ibu Metta? Apa maksudnya, mengurus perusahaan?.

Tak berselang lama Metta keluar bersama dengan seorang lelaki, Levin segera menghentikan keduanya. Metta sedikit berdecak karena ulah Levin, tidak bisakah lelaki itu pergi saja sekarang, Metta sedang ingin melihatnya.

"Apa pun masalahnya, tapi aku sudah di sini, bisakah kau katakan sesuatu?" tanya Levin.

"Kau bisa kembali ke rumah nanti malam, sekarang aku harus pergi!"

"Kemana? Biar aku antar!"

"Tidak! Aku pergi bersama Bagas!"

Levin melirik lelaki di samping Metta, Bagas, siapa lelaki itu, mungkinkah itu lelaki yang akan Levin bunuh. Kedua kalinya Metta meninggalkan Levin begitu saja, keduanya pergi masih dengan menggunakan mobil Metta, hanya saja sekarang Bagas itu yang menyetir.

"Tidak bisa!" gumam Levin yang kembali mengikutinya.

Tiiidddd..... klakson mobil Levin terdengar begitu keras, tapi apa daya, Levin terus berhenti karena lampu lalu lintas yang menghentikannya. Sial, mobil Metta berhasil melewati lampu merah, Levin memukul stir mobilnya, jelas sudah Levin kehilangan jejak mobil Metta.

"Mau kemana mereka, apa Metta tidak takut pergi dengan orang asing. Aaahh bisa-bisanya!"

Levin mengusap wajahnya kasar, kalimat dua orang tadi kembali terngiang. Kata ibu Metta dan mengurus perusahaan, apa maksudnya itu, selama ini Levin tidak pernah tahu usaha apa yang dijalankan keluarga Metta, hanya saja papinya pernah berkata jika sahabatnya itu bergerak dibidang kuliner.

"Apa Laundry itu miliknya, lalu kabar buruk apa yang dimaksud orang tadi?"

Levin menggeleng, tidak ada yang bisa diterkanya saat ini. Levin hanya berfikir apakah Metta pergi dengan orang baik, Metta bilang tidak punya siapa pun setelah orang tuanya pergi, lalu bagaimana dengan Bagas itu.

Seiring jarum jam yang terus saja berputar, telah membawa Levin pada gelapnya langit malam. Levin tak berniat pulang, bahkan meski Monica terus saja menghubunginya. Sejak kehilangan jejak Metta, Levin memutuskan menunggu di rumah Metta, tapi wanita itu tak kunjung datang hingga Levin terlelap di dalam mobilnya.

"Bawa saja, besok sore kita berangkat!" ucap Metta.

"Terimakasih, Bu!"

Metta mengangguk dan memasuki halaman rumahnya, tentu saja keberadaan mobil Levin di sana cukup membuatnya heran.

"Dia masih di sini?" gumam Metta seraya mengintip ke dalam mobilnya.

"Levin," panggilnya seraya mengetuk kaca.

"Kau masih di sini?" tambahnya.

Hampir saja pintu mobil itu menabrak Metta saking terburu-buru nya Levin membuka, Levin memutar tubuh Metta beruang kali, memastikan wanita itu baik-baik saja.

"Ada apa ini?" tanya Metta.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya balik Levin.

Metta sedikit tersenyum, memangnya kenapa dengan Metta sampai Levin harus seperti itu. Levin menatap Metta dengan seksama, tidak ada luka apa pun yang bisa dilihatnya.

"Apaan sih?" tanya dengan senyuman gemasnya.

"Bagaimana bisa kau pergi berduaan saja seperti itu? Siapa dia? Bagaimana kalau dia justru mencelakaimu? Siapa yang akan menolongmu? Sekarang mana dia? Mana mobil? Dia mencurinya? Hey kau kenapa kau diam saja?"

Bukan menjawab, Metta justru tertawa dengan lepasnya. Levin seperti itu berhasil membuat Metta terhibur, apa itu khawatir atau mungkin hanya sekedar akting.

Levin melihat sekitar, bagaimana kalau ada orang yang tiba-tiba datang karena suara Metta. Dengan cepat Levin membungkam Metta agar diam, tapi seketika itu juga ditepis oleh Metta.

"Jangan menyentuhku!" ucap Metta.

"Aku mengajakmu berbicara, kenapa kau malah tertawa?"

"Aku baik-baik saja, kenapa sih? Kamu ngapain di sini? Pulang sana!"

Levin melihat jam di pergelangan tangannya, tepat

1
Inaa lucuu
suka bgtt sama ceritanyaa, semangatt yaa kak jangan lupaa ceritanyaa dilanjutkan lagii heheheee 💗
Inaa lucuu
gada lanjutan kahh?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!