Cinta Kedua Setelah Penghianatan Suamiku

Setelah menyemprotkan parfum milik Sinta ke tubuhnya, Dania keluar dari kamar Sinta dengan aroma wangi semerbak.

Ia melenggang begitu saja meninggalkan Sinta yang masih terpaku menatapnya.

Dania tersenyum miring, lalu menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Sinta.

"Kak, tolong pel kan lantainya ya, takutnya besok pagi kalau lantainya masih basah dan kakak keluar malah lebih parah jatuhnya," ucap Dania.

Sinta betul-betul merasa dongkol dengan ucapan Dania.

"Heeeeehhh!!!" ia membuang kasar nafasnya.

Dania kembali berjalan sedikit, lalu menoleh lagi.

"Oh ya, jangan lupa ganti celana kakak nanti kakak masuk angin," seru Dania yang kemudin melenggang pergi meninggalkan Sinta.

Sinta terus menatap punggung Dania. Hingga Dania menaiki tangga, ia terus memperhatikannya.

Kini Dania sudah tak terlihat lagi. Hanya wangi parfum Sinta yang di pakainya yang tertinggal disana.

"Sialan!!" umpat Sinta.

Sinta tidak melakukan apa yang di suruh Dania. Mengepel dan mengganti celana? ah itu nanti saja pikirnya.

Dia berjalan pelan menaiki tangga. Rasa penasarannya begitu besar. Ia ingin mengetahui apa yang di lakukan sepasang suami istri itu di kamarnya. Ia ingin memastikan apakah benar Bobby telah ingkar janji.

Sementara Dania ia masuk ke kamarnya. Dengan sengaja dibiarkannya pintu kamar itu terbuka.

Lalu di letakkanya air mineral yang tadi di ambilnya lagi dari dalam kulkas.

Setelah meletakkan air itu di atas nakas, Dania menghampiri Bobby yang sudah membentangkan tangan untuknya.

Kini Dania telah berada dalam pelukan suaminya.

"Kenapa lama sekali sayang?" tanya Bobby dengan nafas yang sudah tak beraturan.

Tanpa menunggu jawaban dari Dania ia langsung menciumi leher sang istri. Mengecup keningnya. Meremas bokongnya.

Dania yang menyadari kehadiran seseorang di balik pintu, ia langsung memutar tubuhnya, jika tadi posisi mereka berdiri Bobby yang menghadap pintu, kini di putarnya dan Danialah yang menghadap ke arah pintu dan Bobby membelakangi pintu.

"Ahhh ahhhh emmm," Dania mendesah. Sesungguhnya dia hanya pura-pura menikmati. Karena yang ia rasakan sudah terlanjur jijik pada suaminya.

"Mas, pelan-pelan dong sayang," ucap Dania manja.

"Aku sudah tidak tahan sayang," kata Bobby dengan nafas naik turun dan suara yang mendesah.

"Apa kamu mencintaiku mas, apa tidak ada wanita lain di hatimu?" Dania sengaja memancing pertanyaan itu untuk membuat seseorang yang berada di balik pintu itu meradang.

"Sayang, aku sangat mencintaimu, istriku aja secantik ini untuk apa aku memikirkan wanita lain? tidak ada wanita lain yang secantik istriku," jawab Bobby.

Bagai di sambar petir. Itulah yang di rasakan Sinta setelah melihat dan mendengar semua yang sudah terjadi di kamar ini.

Tubuhnya luruh ke lantai. Sinta menangis dalam diam.

"Sialan kamu Bobby, oh jadi ternyata selama ini kamu membohongiku, nyatanya kamu masih menyentuh istrimu itu!! dasar laki-laki serakah! awas saja kamu!!! umpat Sinta, matanya masih saja mengintip pemandangan di dalam kamar.

"Sayang, ayolah aku sudah tidak tahan," Bobby merengek sambil menarik tubuh istrinya menuju ranjang.

Dania masih diam di tempat.

"Apa aku harus menggendongmu?"

"Heem," lirih Dania.

Bobby pun dengan gagahnya membopong tubuh seksi Dania. Dan di saksikan secara live oleh Sinta dari balik pintu.

Tiba di tepi ranjang Bobby langsung menindih tubuh Dania.

"Mas, tunggu dulu, bukalah seluruh pakaianmu dulu," pinta Dania.

Bagai lembu di cucuk hidungnya, Bobby menuruti semua keinginan Dania.

Di bukanya seluruh pakaiannya. Hingga kini ia sudah telanjang bulat dengan senjata yang sudah berdiri tegak siap untuk menembak.

Dania bangkit. Bobby menarik tangannya.

"Mau kemana lagi sih sayang? kamu tega sekali memain-mainkan aku, aku rindu sekali sama kamu sayang."

Di luar sana Sinta membekap mulutnya agar tidak bersuara. Dadanya begitu sakit melihat lelaki yang biasanya telanjang di hadapannya kini telanjang di hadapan wanita lain. Yaitu istrinya.

Senjata yang biasanya menjamah tubuhnya. Dan biasa dia mainkan dengan mulut dan bibirnya kini di depan matanya senjata itu akan memasuki tubuh wanita selain dia.

"Sayang, tunggu dulu ya, aku tutup pintu dulu, takutnya nanti si kembar bangun dan mencariku disini, gimana kalau mereka melihat kita," kata Dania.

Ia berjalan menuju pintu lalu menutupnya dengan keras hingga menimbulkan suara.

Brakk!!

Pintu telah tertutup rapat. Sinta masih menahan tangis di balik pintu meratapi nasibnya.

Dania mengambil satu botol air mineral dari atas nakas.

"Sayang, minumlah dulu biar tenagamu semakin kuat," ia memberikan botol yang sudah terbuka itu pada Bobby.

Bobby meneguk satu botol air itu hingga habis.

Dania tersenyum miring.

Bobby menarik tubuhnya dan menindihnya.

Bruugh!

Tiba-tiba saja tubuh telanjang Bobby ambruk di atas perut Dania. Dania tersenyum lalu menggulingkan tubuh telanjang itu kesamping tubuhnya.

"Rasain kamu mas!" ucapnya pelan.

"Kalau bibik tidak menceritakan semuanya, mungkin aku akan larut dalam buaianmu malam ini, jujur saja aku sangat merindukanmu, tapi itu sebelum aku tahu semuanya dari bibik. Dan tentu saja aku percaya pada bibik semua yang bibik ceritakan sangat masuk akal dengan kejadian-kejadian yang terjadi antara kamu dan kak Sinta," monolognya dengan suara pelan.

Dania mengambil ponselnya, lalu mencari aplikasi yang bisa membuka film dewasa.

Di bukanya aplikasi itu, lalu di bukanya film dewasa yang menampilkan seorang lelaki dan perempuan sedang berhubungan intim. Di kuatkannya suaranya dan di letakkanya di dekat pintu.

Akibat ulah Dania, Sinta yang ada di balik pintu merasa begitu panas dan sakit mendengar suara desahan yang saling bersahut-sahutan.

"Tega kamu Bobby, bajingan kamu!!" umpatnya.

Karena merasa kesal dan sakit hati, Sinta pun pergi meninggalkan kamar Dania. Dengan hati yang hancur berkeping-keping ia melangkah gontai menuruni tangga.

Ketika akan sampai ke kamarnya, ia menghentak-hentakkan kakinya karena marah.

Buggghh....

Auuuuuhhhhh....

Sinta terpeleset. Tubuhnya terpelanting, kali ini ia jatuh tengkurap. Bibirnya terantuk lanti begitu juga dagunya. Bibirnya sedikit berdarah dan dagunya lecet.

"Aduh, sakit sekali, sialan!! kenapa air ini membuatku jatuh dua kali," Sinta mengaduh kesakitan.

Dengan susah payah ia berdiri dan berjalan tertatih-tatih masuk ke dalam kamarnya.

Sesampainya di kamar, ia menatap bayangan dirinya di cermin. Di dalam cermin ia melihat pantulan dirinya yang begitu berantakan.

Dia kembali teringat adegan-adegan panas yang di lakukan Dania dan Bobby di depan matanya tadi.

"Tega kamu Bobby!! jahat kamu!! tega-teganya kamu menghianati aku, sementara aku masih memperjuangkanmu hingga detik ini, dasar laki-laki bajingan!!!" Sinta melampiaskan kemarahannya dengan menyerakkan barang-barang yang ada di meja hias miliknya itu ke lantai.

"Ahhhss hix hix hix jahat kamu Bobby," tangis Sinta tidak bisa di tahan lagi. Ia menangis sejadi-jadinya malam itu.

Bersambung.....