NovelToon NovelToon
Pelukan Mantan Ketua Gangster

Pelukan Mantan Ketua Gangster

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Model / Romansa / Gangster / Kriminal dan Bidadari
Popularitas:6.8k
Nilai: 5
Nama Author: Lyaliaa

Florin, yang baru saja mengalami patah hati, secara tidak sengaja bertemu dengan Liam, mantan ketua gangster yang memiliki masa lalu kelam. Dia terjebak dalam hasrat cinta semalam yang membuat gairah itu terus berlanjut tanpa rencana. Namun saat hubungan mereka semakin dalam, masa lalu Liam yang gelap kembali menghantui, membawa ancaman dan bahaya dalam kehidupan mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lyaliaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17

Taman yang indah, dipenuhi hamparan bunga-bunga bermekaran dengan kelopak beraneka warna di sana sini. Florin berdiri di tengah-tengahnya, di kelilingi oleh bunga-bunga cantik yang berayun seirama dengan aliran angin sore yang menyejukkan.

Cahaya matahari sore memantulkan sinar keemasan yang sempurna dalam sesi pemotretan. Sinarnya menyatu alami dengan rambut panjang Florin yang terurai, menciptakan efek natural dari pemandangan alam untuk setiap bidikan.

"Tiga, Dua, satu.."

Cekrek, cekrek—... Bunyi cekrekan kamera berbunyi cepat. "Oke, bagus. Pertahankan—oke—ya.."

Ungkapan akan keprofesionalan Florin tak henti terucap dari mulut fotografer yang memotret dirinya, para kru juga terpesona pada tiap pose yang wanita itu lakukan. Dia begitu fokus, tiap ekspresi yang dia curahkan dalam posenya menciptakan gambar yang seakan hidup.

Namun, kefokusannya sesekali teralihkan pada seseorang yang berdiri di dekat tiang jalan. Dia sudah sibuk sejak sampai di lokasi pemotretan, mulai dari baju dan berdandan. Dan matanya sesekali menangkap kehadiran seseorang, seorang pria yang cukup membuatnya terganggu dari tadi, pria itu tampak sedang mengawasi dirinya. Alex berdiri bersandar ke tiang menatap kearahnya. Mata mereka bertemu dan Florin langsung mengalihkannya.

Alex berdiri dengan jaket kulit hitamnya, menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Awalnya, Florin ingin berpura-pura tidak melihat, mengabaikan sosok yang tak diinginkannya untuk ditemui. Namun, pria itu tidak pergi sekalipun, dia masih menunggu. Jelas sekali pria itu menunggunya.

Saat waktu jeda diberikan untuk rehat, Florin berjalan ke arah bangku taman, mengambil napas dalam-dalam sambil berusaha menenangkan dirinya. Dan tak butuh waktu lama bagi Alex untuk mendekatinya. Dia langsung menghampiri Florin.

"Flo," panggil Alex dengan suara serak yang membuat dadanya terasa berat.

Florin berusaha tetap tenang. "Kau masih di sini. Kupikir sudah kukatakan kalau aku tidak ingin melihatmu lagi."

"Aku tahu... tapi ada yang perlu ku katakan," jawab Alex dengan nada mendesak. "Aku mendengar kau akan menikah."

Florin menegang, dia tidak menyangka jika kabar tentang pernikahan akan sampai di telinga Alex. Tetapi dia tetap menjaga ketenangannya. "Ya, aku akan menikah. Dan itu bukan urusanmu."

Alex mendesah, dia tampak kesal. "Flo, aku ingin kita kembali,.. Aku tahu aku melakukan kesalahan, tapi aku-"

Florin mengernyit, dia memotong ucapan pria itu dengan tajam, "Kesalahan? Kau menyebut hamilnya Keila sebagai kesalahan? Dia mengandung anakmu, dan kau masih punya keberanian untuk memintaku kembali, kau gila?"

"Kau—kau tahu dia hamil?" Alex tampak cemas.

"Ya." Florin berbohong. Dia hanya menebak dan ternyata benar, dia curiga dengan gerak gerik Keila saat terakhir kali mereka bertemu di restauran. Wanita itu tampak memegang perutnya beberapa kali. Dia cukup terkejut, hatinya yang sudah hancur karena pengkhianat mereka serasa sangat menyiksa. Namun dia berusaha untuk tetap tenang.

Emosi di antara mereka berdua memuncak. Wajah Alex berubah suram. "Keila... itu tidak seharusnya menjadi seperti ini."

Florin memandangnya dengan penuh amarah. "Pergi dari sini,. Aku tidak ingin ada hubungan lagi denganmu."

Mereka terus beradu argumen, suara mereka semakin lama semakin tinggi membuat mereka menjadi pusat perhatian. Dan Alex masih tak ingin mengalah, hingga akhirnya Florin memutuskan untuk pergi.

Florin berbalik dan melangkah cepat, dia ingin menenangkan dirinya. Dia berjalan untuk menuju toilet. Namun, saat ia berbelok menuju jalan setapak kecil di antara bunga-bunga, seseorang tiba-tiba menariknya. Tangan besar menutupi mulutnya, mencegahnya untuk berteriak.

Dia memberontak, berusaha sekuat tenaga melawan, tetapi rasa pusing mulai menyerang nya saat dia mendapatkan satu hentakan di lehernya. Pandangannya menjadi kabur, dan sebelum kesadarannya hilang sepenuhnya, ia merasakan kalau tubuhnya diangkat.

Di tempat parkir, Alex baru saja ingin masuk ke dalam mobil berniat untuk pergi. Namun dia menutup pintunya kembali begitu matanya menangkap seseorang yang dibawa oleh beberapa pria menuju van hitam. Matanya langsung membesar menyadari itu adalah wanita yang dia temui beberapa saat lalu. "Florin!" teriaknya, dan tanpa pikir panjang, dia berlari ke arah mereka.

Buk.

Perkelahian terjadi. Alex melawan empat orang yang menghalanginya mendekati Florin yang sudah masuk ke dalam mobil. Pukulan yang di layangkan Alex penuh dengan amarah dan tekad yang kuat untuk menyelamatkan Florin, dia hampir mengalahkan mereka. Namun, satu dari pria itu tanpa dia sadari mendekat dari belakang dan menusuknya dengan pisau.

Alex terhuyung, darah mengalir dari luka di punggungnya, tetapi ia masih mencoba untuk kembali bertarung. Dan sayangnya, dia kalah jumlah. Ditambah lagi dia terluka. Pria-pria itu berhasil membawa Florin pergi, mobil van hitam melaju kencang pergi meninggalkan tempat parkir.

Dari kejauhan, dari arah dalam taman, Dean melihat Alex yang tampak terbaring dan kesakitan, dia langsung berlari menghampirinya. Dia panik melihat darah yang mulai mengalir di tanah. "Apa yang terjadi? Dimana Florin?" tanyanya cemas.

Alex, dengan susah payah menahan rasa sakit, menunjuk ke arah van yang sudah keluar dari area parkir. "Mereka membawanya pergi..."

Dean segera menghubungi ambulans agar Alex bisa segera di tangani sebelum kemudian dia menelepon Liam.

"Florin di culik, kami di taman Flores'D. Aku tak tahu detailnya, tapi kau pasti tau apa yang sedang terjadi. Kumohon cepat selamatkan dia," Dean berusaha mengingat apa yang bisa menjadi petunjuk, tapi dia hanya melihat mobilnya. "Mobil van hitam, aku juga akan menghubungi polisi," lanjut Dean.

"Tidak," bentak Liam tegas, "Aku akan menyelamatkan nya sendiri, jangan libatkan polisi."

"Tapi bagaimana kalau—"

Tut. Tut. Panggilannya terputus.

**

Langit sudah gelap diluar, tampak dari celah kotak di dinding. Florin membuka matanya perlahan, kepalanya terasa berat dan penglihatannya masih samar. Dia berada di tempat asing, ruangan itu gelap dan suram. Sedikit demi sedikit pandangannya mulai lebih jelas, ia menyadari dirinya terikat di sebuah meja panjang di dekat dinding.

Tangannya tertahan kuat di kanan dan kirinya, kakinya juga terikat erat. Dia melihat sekeliling nya, tempat itu dipenuhi berbagai senjata tajam yang menempel di dinding. Dadanya mulai berdebar kencang dan tak karuan.

Florin mencoba untuk membebaskan diri, tapi tak bisa. Dia mendengar langkah kaki, rasa cemasnya semakin meningkat saat suara nya terdengar semakin dekat. Di ambang pintu, seorang pria masuk dan hanya siluetnya hanya terlihat samar di bawah pencahayaan yang redup. Dan kemudian seakan menghilang begitu pintunya menutup.

Namun, saat pria itu semakin dekat, Florin bisa melihat wajahnya dengan jelas. Dia orang asing, bukan wajah yang dikenalnya. Pria itu tinggi, dengan tatapan mata yang gelap dan dingin.

Pria itu mencengkeram dagu Florin dengan kasar, menekan keras hingga membuatnya meringis kesakitan. "Kau pasti Florin," katanya dengan nada dingin.

"Kau siapa?!" tanya Florin dengan sisa suara yang dia punya, dadanya terasa begitu sesak. Bayangan tentang apa yang akan terjadi membuatnya frustasi.

"Kau tak perlu tahu aku siapa, aku akan membuat Liam membayar semua nya."

"Apa maksudmu?" Florin masih berusaha membebaskan dirinya.

Pria asing itu mengambil salah satu pisau yang tergantung dan mulai memainkannya di tangannya. Dengan suara rendah namun tegas, ia mulai bercerita tentang kekejaman Liam di masa lalu.

"Salahkan dia tentang apa yang akan terjadi padamu, tapi aku tak akan melakukan apapun sebelum dia datang. Aku akan membuatnya menyaksikan seperti apa yang sudah dia lakukan pada kakakku. Kau tahu—kau sungguh sial bertemu dengannya. Pria biadab sepertinya, yang membedah orang hidup-hidup. Dia tak pantas hidup di dunia ini. Dia bukan manusia."

"Apa yang kau bicarakan? Dia tidak mungkin sekejam itu, meskipun dia dulu seorang gangster dia tak mungkin melakukan hal sekeji itu." Florin membela Liam.

"Hahaha. Gangster? Sepertinya kau tak tahu apapun tentangnya. Dia ketuanya, dia psikopat gila yang akan melakukan apa saja untuk kesenangannya. Aku melihatnya sendiri, dengan kedua mataku sebagai saksi. Dia membedah kakakku hidup-hidup dan mengambil organnya."

Trangg...

Pisaunya menancap kuat di samping telinga Florin, pria itu diselimuti amarah dendam yang sangat dalam. Florin tak mempercayainya, dia yakin Liam bukanlah pria yang seperti itu. Tapi bagaimana pun dia mencoba untuk membelanya, raut wajah pria yang berdiri di sampingnya sekarang tak bisa dibiarkan begitu saja. Dia jelas serius dengan ucapannya.

"Aku akan membalas dendam atas apa yang sudah dia lakukan pada kakakku," ancam pria itu.

Brak.

Pintu besi yang sudah berkarat di belakang pria itu terbuka dengan keras, dan Liam muncul dengan senjata di tangannya, diikuti oleh beberapa pria yang siap bertarung dibelakangnya. Namun beberapa orang yang bukan anak buahnya masuk dan mengelilingi mereka. Mata Liam tajam menatap sekelilingnya, musuh yang datang lebih banyak dari orangnya.

"Liam..." suara Florin gemetar, campuran antara lega dan takut.

"Oh, bintang utama kita sudah datang," ucap pria itu berbalik ke arah Liam, namun tangannya malah memegang kepala Florin dan menekannya ke bawah menghadapkan wajah wanita itu pada Liam, dengan pisau di lehernya. "Turunkan senjata kalian," ancamnya.

Liam menatap Florin yang tampak gemetar, mata wanita itu seakan berbicara padanya untuk menyelamatkan dirinya. Liam memutuskan untuk mengalah sementara, menurunkan senjatanya diikuti oleh anak buahnya. Pria itu tersenyum puas, dia merasa menang.

Dia melepaskan Florin dan berjalan menjauh, namun tanpa dia sadari saat dirinya berada di tengah-tengah dalam sekejap, tiga granat asap dilemparkan ke dalam ruangan. Asap tebal memenuhi ruangan itu, dan pertarungan dimulai.

Pukulan demi pukulan dan senjata yang jatuh mengisi kehampaan ruangan gelap itu, sesekali juga terdengar suara tembakan. Pria tadi langsung berbalik dan berniat kembali pada Florin, namun seseorang menahannya. Liam memukulnya dengan sangat keras, membuat pisau di tangannya terlepas.

Mereka terlibat perkelahian sengit, sebelum akhirnya Liam menang. Wajah pria itu sudah berlumuran darah namun Liam masih tak henti memukulnya, seakan dirasuki dan tak bisa di kendalikan. Dia menjadi sangat brutal, dia mengambil pisau yang terjatuh dan ingin menusukkannya pada pria itu, Florin terdengar memanggilnya beberapa kali.

"Liam...," suara rintih wanita itu berusaha menjangkau Liam. Namun tak di indahkan sama sekali. Liam seakan tak mendengar dan peduli dengan sekitarnya. Dia menusuk pria itu, dia menusuknya beberapa kali hingga mencipratkan darah ke wajah dan pakaiannya. Dia tersenyum senang, dia tampak puas dengan apa yang dia lakukan.

Florin mencoba untuk mendapatkan keberadaan Liam, asapnya mulai menipis, dia melihat samar Liam yang tak jauh darinya. Tapi dia tak tahu pasti apa yang terjadi disana, dia masih berusaha untuk memanggilnya, berharap pria itu bisa mendengarnya dan segera menghampiri nya.

Liam tersadar, tangannya penuh dengan darah yang terasa hangat. Dia langsung menjatuhkan pisau di tangannya dan berdiri. "Apa yang sudah kulakukan.. Aku—aku sudah berjanji tak akan melakukannya lagi." Liam gemetar melihat darah di telapak tangannya, baru kali ini dia merasa begitu setelah membunuh seseorang. Dia tak pernah gemetar sebelumnya, tak pernah.

Di tengah kebingungan nya, dia mendekati Florin.

"Kau baik-baik saja?" ucapnya mengelus pipi Florin, tanpa menyadari darah yang menempel di wajah wanita itu.

Florin mengangguk. Liam membuka ikatan di tangan dan kaki Florin setelah memastikan tidak ada luka pada wanita itu. Dengan cepat Florin langsung memeluknya, "Aku takut," ucapnya. Pelukan pria itu selalu bisa membuatnya merasa tenang.

"Ada aku, aku tak akan membiarkan siapapun melukaimu." Liam menggendongnya, dia berjalan dalam kabut asap yang sudah mulai memudar. Membawanya pergi, keluar dari sana meninggalkan orangnya yang sudah berhasil melumpuhkan semuanya meskipun kalah jumlah.

Diluar, Jarrel menunggu nya di samping sebuah mobil. Dia membukakan pintu agar Liam bisa memasukkan Florin ke dalamnya.

"Bawa dia ke rumah besar," ucap Liam setelah menutup pintu.

"Kau yakin? Dia akan mendapat lebih banyak masalah jika berada disana." Jarrel menolak dengan alasan yang meyakinkan. 'Rumah besar' bukanlah tempat untuk berlindung. Disana adalah sarang orang-orang jahat yang tak pernah ditemui dalam masyarakat kota.

"Dia akan aman berada di tempatku, kau tahu itu lebih dari siapapun."

Jarrel mengangguk, pria itu benar. Kamarnya adalah tempat terlarang yang tidak ada siapapun berani mendekatinya. Termasuk dirinya, dia tak pernah masuk ke kamar Liam selama ini. "Kau mau kemana?"

"Membasmi tikus," lanjutnya. Liam berbalik dan melangkah kembali masuk ke dalam bangunan terbengkalai itu.

Jarrel melirik Florin yang sudah terbaring lemas di bangku penumpang. Sepertinya wanita itu sedang tidak baik-baik saja, dia bergegas pergi dari sana. Mobilnya melaju dengan kecepatan sedang begitu masuk ke jalanan kota.

...----------------...

1
Luka Ingin Mencintai
mampir kak...🙏, folow aku balik ya kak.../Smile/
Agus Tina
kayaknya bagus ... cuus
ros
Luar biasa
LxyHa
kasian nya si flo🥹
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!