Ta'aruf yang dilakukan Ustad Yunus dengan Naya terhalang oleh restu orang tua.
Disaat itu, Papi Yohan seperti mendapatkan angin segar dan membuatnya makin gencar mendekatkan anaknya yang bernama Yumna untuk bersanding bersama Ustad Yunus. Sampai-sampai dia nekat melakukan ide diluar nalar.
Apakah ide tersebut? Dan apakah benar, anaknya Yumna adalah jodoh untuk Ustad Yunus? Atau malah Naya, yang ternyata adalah jodohnya?
Yuk simak selengkapnya hanya di novel ini~
jangan lupa juga untuk follow IG Author @rossy_dildara karena banyak visual novel dan informasi lainnya di sana☺️🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rossy Dildara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Dosa tau
"Eh, Papi, Mami ... assalamualaikum. Kok kalian ada di sini?" Ustad Yunus tiba-tiba datang menghampiri mereka dengan membawa sebuah buket bunga, lalu menciumi punggung tangan kedua mertuanya silih berganti.
"Lho, kok ... kamu udah bangun, Boy?" Mami Soora dan Papi Yohan bertanya bersama. Mereka terlihat sama-sama kaget sampai tidak menjawab salam apalagi pertanyaan dari menantunya.
"Ini 'kan sudah jam 10, Pi ... Mi. Mana mungkin saya masih tidur?" Ustad Yunus terlihat heran, lalu memperlihatkan jam tangannya ke arah kedua mertuanya.
"Ya kirain kamu masih tidur, karena kecapekan semalam habis tempur." Papi Yohan mengusap tengkuknya, lalu cekikikan.
"Bunganya bagus banget ini, Boy. Kamu beli di mana?" Mami Soora meraba buket bunga mawar merah yang Ustad Yunus pegang. Sangat cantik dan wangi sekali.
"Di depan, Mi," jawab Ustad Yunus, lalu merogoh kantong celananya untuk mengambil kunci hotel. "Kalian mau masuk apa gimana?"
"Tunggu dulu, Boy." Papi Yohan langsung mencegah menantunya, saat pria itu hendak mendorong pintu yang sudah berhasil dibuka kuncinya.
"Kenapa, Pi?" Ustad Yunus menoleh dengan raut heran.
"Kamu sama Yumna udah berhasil belah duren 'kan, Boy? Yumna nggak menolakmu, kan?" tanyanya penasaran.
"Kalau Yumna menolak, kamu kasih tau kami saja. Biar kami bisa langsung nasehati dia." Mami Soora menimpali.
"Semalam nggak jadi, Mi, Pi."
Sejujurnya Ustad Yunus risih, ditanya hal yang berbau-bau intim. Apalagi itu adalah tentang rumah tangganya. Tapi dia tak mungkin untuk tidak menjawabnya jika sedang ditanya, sebab dirinya sendiri masih berpikir positif kalau apa yang dilakukan kedua mertuanya itu atas dasar kepedulian.
"Kok nggak jadi? Kenapa?" Papi Yohan dan Mami Soora lagi-lagi berucap bersama, saling terkejut juga.
"Pasti Yumna yang menolaknya, kan?" tebak Mami Soora.
"Keterlaluan memang si Yumna ini, harusnya dia ...." Papi Yohan sudah mendorong pintu hingga benda itu terbuka dengan tersentak.
Yumna yang berada di atas kasur yang semula tertidur kini sudah terbangun.
Dia bangun dengan kaget karena sudah berada di atas kasur, sebab dia sendiri ketiduran semalam karena kekenyangan. Dan sekarang ditambah, rasa kagetnya itu karena kehadiran orang tuanya yang terlihat sama-sama murka.
"Papi! Mami! Kenapa kalian ada di sini?!" Yumna langsung menarik tubuhnya untuk duduk. 'Apa jangan-jangan Mas Boy ngadu, kalau kami nggak jadi belah duren? Tapi 'kan aku udah ngasih alasan sama dia. Masa sih dia nggak percaya sama aku?' batinnya dengan jantung yang berdebar kencang.
"Apakah benar, kamu menolak untuk diajak—"
"Pi, tunggu sebentar! Jangan salah paham dulu!" sela Ustad Yunus cepat, sebelum Papi Yohan memarahi Yumna.
"Katanya tadi kalian semalam gagal belah duren, Boy?" tanya Mami Soora.
"Iya, Mi. Memang gagal. Tapi bukan karena Dek Yumna yang menolak. Melainkan dia saat ini sedang datang bulan," jelas Ustad Yunus, sambil menatap Yumna. Wajah gadis itu sudah terlihat ketakutan menatap orang tuanya bergantian.
"Datang bulan?"
"Iya, datang bulan." Ustad Yunus mengangguk. "Papi dan Mami nggak perlu membesar-besarkan masalah ini, Apalagi sampai memarahi Dek Yumna. Lebih baik kita ngopi bareng saja, di depan hotel ada cafe dan kopinya enak banget." Dia langsung mengalihkan fokus mereka, supaya menyudahi hal yang sedang terjadi.
"Tapi kamu enggak bohong 'kan, Yum?" Rupanya Papi Yohan tidak semudah itu bisa percaya. Mangkanya dia ingin memastikannya. "Dosa tau, Yum, menolak ajakan suami dengan alasan datang bulan."
"Ngapain aku berbohong sih, Pi," elak Yumna, lalu menatap suaminya dengan raut sedih. Seolah meminta tolong. "Papi 'kan udah denger sendiri dari Mas Boy tadi, masa Papi nggak percaya sama dia?"
"Kalau sama Boy, Papi percaya. Tapi kalau kamu ya enggak."
'Cih! Jadi di sini siapa yang anak Papi sih?' gerutu Yumna dalam hati.
"Apa Mami harus memeriksanya, Pi?" tanya Mami Soora menawarkan diri dan sontak membuat mata Yumna terbelalak.
...Bener, Mi, periksa aja celananya 🤣...
hanya sebuah kalung saja 😂😂
mana ada sih anak rela harta orang tua dikasih sama mas boy 🤭
berarti terkotok kotok ... 🤭😂😂