Jodoh Untuk Ustad Yunus
...Sekuel novel "Ketulusan Cinta JONATHAN"...
...****************...
"Ini minumannya, Pak," ucap seorang pelayan restoran yang baru saja datang menghampiri, lalu menyajikan es jeruk pesanan Ustad Yunus di atas meja.
"Terima kasih, Mbak." Ustad Yunus tersenyum.
"Sama-sama," jawab pelayan itu, kemudian berlalu pergi dari sana.
Saat ini, Ustad Yunus berada disebuah restoran yang bernama Restoran Nissa. Dia ada niat bertemu dengan Ayah Cakra, yang merupakan Ayah dari Naya—calonnya.
Tempat dan jam, Ayah Cakra lah yang menentukannya. Tapi karena merasa tak enak, Ustad Yunus memutuskan datang lebih awal dari setengah dijam pertemuannya.
'Ya Allah ... semoga semuanya lancar. Aku ingin segera menikahi Naya, juga dengan mendapatkan restu dari orang tuanya,' batin Ustad Yunus.
Ta'aruf yang dilakukan antara Ustad Yunus dan Naya sudah berjalan satu bulan. Namun meski begitu, selain Ustad Yunus—Naya juga merasa keduanya sudah cocok.
Maka tak heran, meskipun selisih umur di antara keduanya adalah 16 tahun—tapi Naya setuju untuk menikah dengannya.
Rencana diawal, Ustad Yunus akan datang melamar Naya sekitar dua bulan lagi saat tahun baru. Tapi sebelum datang, dia menyarankan Naya untuk meminta izin terlebih dahulu kepada orang tuanya.
Gadis berusia 21 itu sudah sempat mengatakan, jika kedua orang tuanya tidak setuju. Tapi Bundanya sendiri menyarankan untuk Naya bertanya kepada calonnya, maukah dia menunggu sampai lulus kuliah atau tidak.
Dan sekarang, ajakan ketemuan dengan Ayahnya Naya dikarenakan Ustad Yunus ingin tahu lebih jelas tentang alasannya tak setuju. Dan barangkali saja Ayah Cakra berubah pikiran setelah bicara dengannya. Jadi untuk sekarang, Ustad Yunus akan berjuang dulu.
"Eekkhemm!"
Tiba-tiba, sebuah deheman dari seseorang yang baru saja datang sontak membuyarkan isi pikiran Ustad Yunus yang sudah berkelana memikirkan hubungannya. Segera dia pun berdiri, kemudian tersenyum menatap pria berstelan jas hitam di depannya.
"Kau Yunus?" tanya pria itu tanpa basa basi.
"Iya." Ustad Yunus mengangguk cepat dengan senyuman dibibirnya, lalu mengulurkan tangannya. "Om ini Ayahnya Naya? Om Cakra?"
"Iya. Tapi jangan panggil aku Om." Ayah Cakra langsung menarik kursi di depan Ustad Yunus, kemudian duduk tanpa membalas jabatan tangan itu. Akhirnya Ustad Yunus pun memilih kembali duduk di kursinya.
"Maaf, jadi saya harus panggil siapa?"
"Bapak saja."
"Baiklah." Ustad Yunus mengangguk. "Eemmm ... Bapak ingin memesan minuman dulu apa gimana?" tawarnya saat pelayan restoran datang menghampiri mereka.
"Enggak," tolak Ayah Cakra sambil mengibaskan tangan ke arah pelayan. "Lagian aku juga sibuk hari ini, jadi kita langsung saja pada niatmu mengajakku bertemu. Kamu ada perlu apa sebenarnya?"
Ustad Yunus menghembuskan napasnya terlebih dahulu, mencoba menetralkan debaran jantungnya yang mendadak terasa begitu cepat. Lantas dia berkata, "Begini, Pak. Saya dan anak Bapak yang bernama Naya sudah sebulan melakukan ta'aruf. Niat saya diawal karena memang ingin serius, mencari mendamping hidup."
"Tadinya ... saya dan keluarga saya berencana akan datang melamar Naya sehabis tahun baru. Tapi saya menyarankan Naya untuk meminta izin dulu kepada orang tuanya, termasuk Bapak yang sebagai Ayahnya. Tapi ... saya dengar dari Naya, Bapak dan Bundanya Naya nggak setuju."
"Lalu?" Sebelah alis mata Ayah Cakra terangkat. Responnya terlihat biasa saja dan menjawab pun dengan singkat. Padahal Ustad Yunus sudah cukup banyak menjelaskan.
"Kalau memang alasan Bapak nggak merestui karena Naya masih kuliah, dan Bundanya Naya sendiri meminta saya untuk menunggu ... saya siap untuk menunggu Naya, Pak," ucap Ustad Yunus dengan sungguh-sungguh. Dia sudah memikirkan hal ini secara matang-matang. "Saya akan menunggu Naya sampai dia jadi sarjana. Tapi saya minta ... Bapak dan Bundanya Naya mengizinkan supaya saya mengikat Naya."
"Mengikat?" Kening Ayah Cakra mengerenyit.
"Iya. Maksudnya, saya ingin kami bertunangan. Supaya kami ada ikatan selain sekedar ta'aruf. Tapi Bapak dan Bundanya Naya tenang saja ... selama saya menunggu Naya sampai lulus jadi sarjana, saya nggak akan terus menggangu waktunya. Saya akan membiarkan Naya untuk tetap fokus pada kuliahnya," jelasnya panjang lebar.
Ayah Cakra lantas memerhatikan Ustad Yunus, yang lebih tepatnya pada penampilannya. Pria itu memakai kemeja polos lengan pendek berwarna cream, juga dengan celana jeans panjang berwarna hitam. Tak ada yang salah dengan penampilannya, sederhana namun menawan karena wajahnya juga tampan. Tapi dia jadi merasa penasaran pada hal lain.
"Boleh aku tau apa pekerjaanmu, dan berapa gajimu?"
"Saya jadi marbot, Pak. Disalah satu masjid di Jakarta. Tapi kalau tentang gajinya ... itu—"
"Hanya marbot masjid?!" Ayah Cakra menatap tak percaya. Wajahnya seketika tegang, entah karena apa. Bisa jadi mungkin karena kaget dengan pekerjaan Ustad Yunus.
"Selain marbot, saya juga punya bisnis jual beli motor bekas, Pak," tambahnya kemudian.
"Hhhhhaa ...." Ayah Cakra menghembuskan napasnya, lalu geleng-geleng kepala. Dan tak lama dia pun terkekeh.
"Kenapa, Pak? Apa ada yang lucu?" tanya Ustad Yunus bingung.
"Kamu hanya bekerja sebagai marbot masjid, dengan sampingan jual beli motor bekas. Paling uang perbulan yang kamu dapatkan itu nggak seberapa, kan?"
"Berapa pun saya syukuri, Pak. Dan saya juga akan berusaha membahagiakan Naya setelah kami menikah."
"Mendengar pekerjaanmu saja aku sudah nggak yakin ... apakah uang segitu bisa membahagiakan Naya atau nggak. Malah sepertinya ... untuk makan saja kurang." Ayah Cakra tersenyum miring. Sudah tergambar jelas, jika pria itu sepertinya sangat tidak tertarik pada Ustad Yunus. Ditambah dia juga seakan meremehkan pekerjaannya.
"Lebih baik, kamu akhiri saja ta'arufanmu dengan Naya. Karena meskipun Naya sudah lulus kuliah ... aku nggak akan memberikannya restu," tambahnya lalu berdiri.
Ustad Yunus pun ikut berdiri, lalu memegang tangan pria itu saat dia hendak melangkah. "Jadi Bapak tetap nggak merestui hubungan saya dan Naya? Meskipun saya menunggunya?"
"Apakah masih belum jelas?!" Ayah Cakra sudah meninggikan nada suaranya, lalu menepis kasar tangan Ustad Yunus dari tangannya. "Tau diri itu penting, Yunus. Dan harusnya ... kalau kamu ingin mengajak ta'arufan dengan seorang perempuan, minimal kamu itu harus tau latar belakang keluarganya dulu. Naya itu anak seorang pembisnis, bukan anak tukang becak. Jadi ... kamu sama sekali nggak cocok dengan anakku! Kamu itu miskin! Ingat itu!" tegasnya sambil menunjuk-nunjuk dengan mata melotot.
Nyeesss!
Dada Ustad Yunus seketika ngilu, mendengar penghinaan yang terlontar begitu mudah oleh pria yang kini menjadi mantan calon mertuanya. Tapi dia sama sekali tidak menampik, sebab memang apa yang dia katakan benar.
"Maafkan saya, Pak." Hanya kalimat itu yang bisa diucapkan, karena bingung juga harus bagaimana sekarang.
"Heiiii ... apa-apaan, kau! Berani sekali menunjuk-nunjuk wajah tampan si Boy sambil melotot!"
Terdengar suara bariton dan derap langkah yang begitu cepat, datang menghampiri. Lantas secara tiba-tiba, tubuh Ayah Cakra pun didorong olehnya.
...Haiiii 🤗🤗... selamat datang dan selamat membaca cerita Author yang ke—7 di NT. Jangan lupa masukkan ke daftar favorit. Tinggalkan like dan komennya perbab, vote dan hadiahnya juga......
...Sarangheo 💞...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Carlina Carlina
mampiiirrrr thoorrr👍👍👍👍👍😘😘😘😘😘🤗🤗
2024-01-04
1
Pisces97
mampir Thor setelah novel om ganteng tamat 🥰
2024-01-02
1
Mr Tampan
mampir Thor semangat!!😘😘
2023-10-22
0