Pilot Tampan Itu Milikku

''Iya silahkan,'' ucap Hendra.

''Tuan sebelumnya saya meminta maaf, bukan maksud Selly teh lancang. Selly mau minta ijin bawa den Ardham ke psikolog, hanya mau memastikan mentalnya tuan. Karena setiap malam ia menangis dan mengigau,'' ucap Selly yang sudah tidak tahan lagi menyembunyikan ini semua dari majikannya, yang setiap hari bertengkar tanpa melihat putranya.

Hendra pun menginjak rem mendadak mendengar penuturan Selly, membuat Selly kepalanya mencium dasboard mobil.

''Maaf ... Maaf Sel, saya benar-benar kaget mendengar penuturan mu.''

''I ... Ya tuan gak papa.'' Selly membatin, ''kalau bukan majikan sudah ku tonyor itu kepala, dikira tidak sakit apa nyium mobil,'' gerutu nya dalam hati.

setelah mendengar semua cerita dari Selly Hendra langsung buru-buru pulang, bertindak untuk pengobatan Ardham.

Flash back off

Ardham mengirim pesan pada Vanilla, berharap sebelum berangkat ia bisa ketemu Vanilla. Hanya ia malu mau ajak Vanilla ketemuan, takut di tolak mentah-mentah oleh Vanilla.

''Van, doain aku ya! Aku mau ke Amrik lusa,'' pesan Ardham pada Vanilla.

''Kenapa jauh banget lanjut study Ar,''

''Iya Van, aku mau sekolah di penerbangan.''

''Kenapa Ar, bukannya Daddy mu banyak perusahaan.''

''Itu pilihanku Van!''

''Jadi kita bakal jauh dong Ar, (emoticon sedih).''

''Kan masih bisa komunikasi.''

''Berapa tahun sih, Ar?''

''Kurang tau juga, nanti kalau udah selesai pasti balik indo lagi.''

''Hemmzz, aku doain aja yang terbaik buat kamu''

''Makasih Van!''

''Kamu nggak pengen ketemu aku dulu Ar,?''

''Aku jemput sekarang ya.''

''Oke!''

Setelah mendapat lampu hijau dari Vanilla Ardham bergegas pergi untuk menemui nya. Tak lupa ia pamit pada Hendra dan Selly biar tidak dicari.

Ardham pun menancap gas dalam meninggalkan rumah mewahnya menuju ke kediaman Vanilla.

Mobil mewah itu membelah jalanan di sore hari, padatnya kendaraan berlalu lalang menjadi aktivitas sehari-hari di ibu kota yang tak pernah sepi.

Hanya beberapa menit saja Ardham sudah tiba di rumah Vanilla. Setelah berbicara sebentar dengan security akhirnya ia dibukakan gerbang, yang tadinya sempat di persulit dan di interogasi serta bernegosiasi. Karena belum terlalu mengenal Ardham jadi security pun perlu waspada. Walau ini sudah kedua kalinya Ardham menginjak rumah Vanilla, mungkin pak security lupa ingatannya.

Ardham pun menekan bel yang terpasang di depan pintu rumah Vanilla. Tak lama menunggu akhirnya seorang wanita baru baya pun membuka kan pintu.

''Nyari siapa den,'' tanya wanita paru baya itu.

''Vanilla Bi, adakan di rumah?'' jawab Ardham.

''Ada den, silahkan masuk dulu.''

Ardham pun mengikuti wanita itu dibelakang nya, belum sempat duduk Vanilla sudah keluar.

''Ayo langsung aja, aku udah ijin mama kok,'' ajak Vanilla.

Ardham pun hanya senyum dan jalan disamping gadis cantik itu.

''Jangan malam-malam pulangnya,'' seru Raisa tiba-tiba muncul memanggil mereka.

Keduanya pun menoleh, ''Siap mama,'' jawab Vanilla.

''Saya ijin sebentar main sama Vanilla Tante,'' ucap Ardham.

''Iya, hati-hati,'' ucap Raisa sambil senyum ke arah mereka.

Mereka pun pergi meninggalkan komplek perumahan elit itu.

Sesampainya di taman, Ardham dan Vanilla pun memilih tempat taman kota yang sangat ramai pengunjung.

''Ayo turun, jangan bengong terus,'' ucap Ardham.

''Hehehe ... Maaf,'' ucapnya sambil nyengir.

''Mau kemana?'' tanya Ardham.

''Nyari duduk aja yuk Ar, males jalan-jalan.''

''Yuk duduk sana,'" tunjuk Ardham.

Mereka berdua pun melangkah kaki ke kursi ujung taman, sambil melihat anak-anak yang bermain.

Ardham teringat dulu ada sosok gadis kecil yang sering ke taman yang selalu nya ngajak bermain Ardham, walau Ardham enggan tapi atas bujuk rayunya akhirnya Ardham pun mengikuti gadis kecil itu. Tapi entah kemana dia, sudah lama ia tidak pernah datang ke taman lagi, ''mungkin pindah'' gumam Ardham.

''Iya kenapa Ar,?''

''Eh, anu tidak apa-apa Van,'' ucap Ardham kikuk, karena omongannya di dengar Vanilla.

''Duduk deh Ar, aku mau tanya sama kamu.''

Ardham yang penasaran akan pertanyaan Vanilla ia pun duduk disamping Vanilla.

''Tanya apa Van, serius sekali.''

Setelah Ardham duduk, Vanilla pun mengatur nafas untuk memulai cerita.

''Apa yang kamu rasain dulu Ar, setelah tau mami mu selingkuh.''

''Kamu ngerasain ya sekarang, memang itu tidak mudah, tapi kalau kamu ikhlas everything is oke,'' terang Ardham sambil menatap gadis disampingnya.

''Berat Ar, papa gue pergi. Hidupku sepi tanpa beliau, aku sudah coba berdamai dengan semuanya tapi aku semakin sakit. Sakit Ar, menerima kenyataan bahwa laki-laki yang amat gue sayangi tidak ada lagi di sampingku. Hari-harinya yang selalu mewarnai hidupku, kupikir tidak akan menyakiti aku,'' tuturnya dengan mata berkaca-kaca.

Apa yang dikatakan Vanilla memang benar semua, sakit hati seorang anak adalah semua hal tentang masalah orang tuanya. Entah perpisahan, pertengkaran, pilih kasih dengan anak satu dan anak yang lain, intinya orang tua yang toxic juga lah yang menjadi masalah utama didalam keluarga.

Sedangkan sebagai seorang anak yang tidak bisa melawan pada orang tua walau mereka kadang sudah keterlaluan terhadap kemampuan anaknya. Menuntut yang anak tidak bisa, meninggalkan anak demi orang lain, pertengkaran yang didengarkan didepan anak-anak, mengatur anak soal hidupnya dan masih banyak lagi.

Wahai orang tua, mungkin jika tidak takut dosa semua anak akan melawan. Mereka diam bukan berati setuju dengan segala yang terjadi, tapi ia sudah tidak mampu melawan.

''Kita sebagai anak tidak bisa melawan Van, baik buruk nya orang tua tugas kita hanya berbakti. Selebih dengan sikapnya yang tidak kita inginkan, bukan berati kita harus membencinya,'' ucapnya sambil melirik kearah Vanilla.

''Entah apa yang ada dipikiran orang-orang dewasa, mereka tidak melihat kita sebagai anak yang juga bisa merasakan sakit kalau disakiti. Tapi mereka memikirkan dirinya sendiri, walau tidak semua orang tua seperti itu. Tapi salah satu orang tua kita begitu,'' imbuh Ardham lagi.

''Tapi aku benci papa Ar,'' ucapnya datar.

''Cinta dan benci beda tipis Van, kalau kamu rindu temui lah jangan gengsi. Aku yakin, papa mu juga sangat merindukanmu. Ia ingin sekali ketemu kamu, hanya ia mungkin takut kamu menolaknya.''

Tidak ada jawaban apapun dari gadis disamping Ardham, hanya terlihat bahu tergoncang menandakan bahwa gadis itu telah menangis.

Ardham hanya membiarkan Vanilla mengeluarkan semua emosi dan sakit hati nya. Ardham dulu sudah pernah ada diposisi itu, dimana hanya butuh menangis sampai puas tanpa di ganggu.

Ardham mengelus bahu Vanilla sesekali untuk memberikan kekuatan.

Broken home buka hanya tentang perceraian, melainkan semua masalah di dalam keluarga termasuk memukul dan memarahi anak berlebihan. Anak yang kondisi broken home akan hilang rasa kepercayaan dirinya, dan akan mengalami susah berkonsentrasi.

Vanilla dulu ia bisa dengan mudah masuk kelas akselerasi, tapi sekarang ia tidak lolos dan tidak bisa lagi masuk. Vanilla tergolong gadis smart di sekolah internasional school yang memiliki banyak pesaing. Namun memang di akui kalau IQ Vanilla memang cukup tinggi.

Gadis manis yang bercita-cita ingin menjadi dokter forensik muda itu kini sedikit hilang harapan. Ia yang ingin mendapatkan gelar dokter muda dengan pendidikan cepat pun sudah gagal duluan. Ya walaupun tidak gagal jadi dokter, tapi gagal dengan rencana awalnya.