NovelToon NovelToon
Senyum Tiramisu

Senyum Tiramisu

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Keluarga / CEO / Penyesalan Suami / Psikopat itu cintaku / Cintapertama
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: blcak areng

Satu tahun penuh kebahagiaan adalah janji yang ditepati oleh pernikahan Anita dan Aidan. Rumah tangga mereka sehangat aroma tiramisu di toko kue milik Anita; manis, lembut, dan sempurna. Terlebih lagi, Anita berhasil merebut hati Kevin, putra tunggal Aidan, menjadikannya ibu sambung yang dicintai.

​Namun, dunia mereka runtuh saat Kevin, 5 tahun, tewas seketika setelah menyeberang jalan.
​Musibah itu merenggut segalanya.

​Aidan, yang hancur karena kehilangan sisa peninggalan dari mendiang istri pertamanya, menunjuk Anita sebagai target kebencian. Suami yang dulu mencintai kini menjadi pelaku kekerasan. Pukulan fisik dan mental ia terima hampir setiap hari, tetapi luka yang paling dalam adalah ketika Anita harus berpura-pura baik-baik saja.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon blcak areng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sepsis di Depan Mata Aidan

Pukul 07.30 pagi, ketenangan di rumah itu dihancurkan oleh langkah kaki Aidan yang berat dan geram. Setelah bersiap-siap untuk berangkat kerja, kekecewaan Aidan menemukan meja makan yang kosong berubah menjadi kemarahan dingin. Pagi hari ini, rutinitasnya sebagai pria yang terlayani sempurna telah dilanggar.

​Aidan membuka pintu kamar Anita tanpa mengetuk.

​"Anita!" bentak Aidan, suaranya tajam dan menusuk. "Kenapa di dapur kosong?! Kamu pikir siapa yang akan melayaniku di rumah ini?!"

​Anita tersentak dari tidur yang tidak nyenyak—tidur yang dipenuhi demam dan keringat dingin. Ia merasakan nyeri yang membakar di seluruh tubuhnya. Kepala Anita berdenyut, seolah ada tekanan kuat dari dalam. Luka jahitan di perutnya terasa panas, seperti ada yang menarik dan merobeknya setiap kali ia mencoba bergerak.

​Ia berusaha duduk. Pergerakan sekecil apa pun memicu gelombang rasa sakit yang tajam di perutnya.

​"Kamu dengar aku, Anita?!" bentak Aidan lagi. "Bangun dan siapkan sarapanku sekarang!"

​Dengan susah payah, Anita berhasil menyandarkan punggungnya di kepala tempat tidur. Ia membuka matanya yang merah dan bengkak. Pemandangan Aidan, yang berdiri memancarkan kemarahan, terasa seperti ilusi yang kabur.

​Wajah Anita pucat pasi, kelabu, dan dibanjiri keringat dingin. Bibirnya pecah-pecah dan kebiruan. Ia adalah gambaran sempurna dari seseorang yang berjuang melawan infeksi mematikan.

​Aidan melihatnya. Pemandangan itu sejenak membuat lidahnya kelu. Wajah itu terlalu pucat untuk sekadar lelah.

Keterkejutan Aidan hanya berlangsung sekejap. Segera, kekhawatiran itu berubah menjadi perhitungan untung rugi.

​"Jangan berlebihan!" sentak Aidan, mengabaikan fakta bahwa Anita sedang demam tinggi.

"Jangan karena sedikit luka kemarin, kau bertingkah seperti lumpuh!"

​Anita harus menyampaikan alibinya. Tangannya gemetar hebat saat meraih memo pad di samping banta.

​[Aku demam. Lukaku sakit sekali. Dokter bilang aku harus istirahat total selama dua hari. Aku minta maaf. Tapi aku harus pulih agar bisa kembali ke toko.]

​Aidan mengambil memo itu, matanya menyapu kata-kata itu dengan cepat. "Istirahat dua hari? Dan kamu pikir aku akan makan apa selama dua hari itu?!"

​Aidan melangkah mendekat, berdiri di samping tempat tidur. Aromanya yang mahal terasa menjijikkan bagi Anita.

​"Jangan berlebihan!" sentak Aidan. "Aku tidak peduli dengan kecelakaan kecilmu kemarin! Kamu harus ingat, kamu punya kewajiban di sini dan kamu berutang padaku enam puluh juta. Istirahatmu harus kau bayar mahal dengan omset tokomu!"

Aidan membungkuk, nada suaranya kini mendominasi. "Istirahatlah, tapi kalau kamu sampai sakit parah lagi, dan tidak bisa bekerja di toko, aku akan mengambil alih semuanya. Dan utangmu akan kubayar dengan waktu kerja paksa yang lebih lama. Kamu mengerti?"

Saat Aidan mengucapkan ancaman terakhirnya, tubuh Anita mencapai batasnya. Rasa sakit membakar seluruh tubuhnya, dan pandangannya memutih.

​Aidan sedang menunggu anggukan kepatuhan.

​Tiba-tiba, mata Anita yang lelah dan merah itu kehilangan fokus. Kepalanya terkulai ke samping. Kawat di rahangnya tidak lagi tegang.

​Aidan melihatnya. Wajah Anita berubah menjadi abu-abu kehitaman. Kali ini, tidak ada keraguan.

​Tubuh Anita ambruk tak sadarkan diri di atas kasur, tepat di hadapan Aidan.

​Aidan membeku. Aidan segera meraih tangannya untuk memeriksanya, dan suhu panas yang membakar kulit Anita membuatnya terkejut. Kekejiannya sesaat ditelan oleh kepanikan yang jauh lebih besar dan lebih nyata.

"Sial! Dia benar-benar pingsan! Kalau dia mati, utang itu akan hilang! Semua rencanaku akan hancur! Toko itu akan jadi masalah warisan yang rumit!." batin Aidan

​Aidan tidak bisa membiarkan ini. Bukan karena ia peduli pada Anita, tetapi karena kerugian finansial akibat kematiannya terlalu besar. Ia harus menyelamatkan asetnya.

​Aidan segera meraih ponselnya. Ia tidak akan memanggil ambulans umum—itu terlalu berisiko. Ia harus memanggil dokter pribadi yang sangat rahasia.

​Dengan napas terengah-engah dan suara yang dipenuhi campuran marah dan frustrasi karena rencananya terganggu, Aidan menghubungi kontak VIP di ponselnya.

​"Cepat ke rumahku. Sekarang," perintah Aidan dengan suara rendah dan mendesak. "Istriku pingsan. Aku butuh penanganan segera. Rahasia, dan cepat. Bayaranku akan berlipat ganda."

​Aidan kembali menatap Anita. Meskipun ia membencinya, ia membutuhkan Anita untuk hidup, setidaknya sampai utang 60 juta itu lunas.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!