Hidup untuk yang kedua kalinya Selena tak akan membiarkan kesempatannya sia-sia. ia akan membalas semua perlakuan buruk adik tirinya dan ibu tirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aulia indri yani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 09
Selena keluar dari mobil di ikut dengan Karina dibelakangnya. tangannya masih terbalut perban karena terkena pisau semalam secara sengaja.
Selena melirik Karina yang cemberut dan kesal karena disalahkan oleh ayahnya semalam. Bagaimana mood nya berkurang sangat drastis tidak seperti semula.
Selena terkekeh, ternyata memanipulasi seseorang sangatlah mudah dan menyenangkan.
Digerbang sudah ada Davin yang menunggu. entah menunggu siapa. Apakah Lina sudah memerintahkan sesuatu pada Davin semalam setelah pertemuan keluarga?
Selena merasa penasaran, ia hanya berjalan santai mendekati. Tidak seperti Karina yang berlarian ke arah Davin ingin meminta perhatian.
Karina sengaja tidak memakai lips bam untuk memberikan kesan pucat seperti orang sakit agar Davin peduli dan memperhatikannya.
Setidaknya perhatian Davin membuat Karina lebih sedikit bersemangat setelah dimarahi oleh Wirya.
"Kakak Davin! Kau menungguku? Aku.. aku sedang tidak enak badan, bisakah kau menemaniku diruang perawatan?" pinta Karina dengan suara lemah, sementara Davin hanya membeku tanpa ekspresi.
"Selena.." itulah yang pertama kali Davin ucapkan. Memanggil Selena dan berjalan ke arah wanita itu.
Karina membelalak, mematung tak percaya. Hatinya tergores dengan sangat tajam. Seolah seperti ditusuk ribuan jarum yang tak terlihat.
Karina tak terbiasa diperlakukan acuh dan dilewati oleh Davin. Ia terbiasa disayang dan diperhatikan oleh Davin.
Bukan seperti ini.
Karina menoleh kebelakang melihat bagaimana Davin memegang tangan Selena yang terluka.
"Sstt.. Jangan dipegang, sakit Davin." Selena merintih seperti kesakitan, matanya melirik Karina. Senyum tipis mengejeknya tersungging di bibirnya.
Selena puas melihat reaksi mereka berdua. Lina berhasil mengendalikan Davin dengan benar. dan Selena puas membuat Karina tampak dikucilkan dan tidak diperhatikan oleh Davin.
Ini sangat seru.
Karina terisak pelan, ia tidak suka diabaikan. Ia akan mencari cara agar Davin kembali kepadanya. Ia berbalik dan berlari meninggalkan mereka berdua dengan perasaan terluka dan ditinggal
"Aku antar ke ruang perawatan ya?" tawar Davin yang langsung ditolak Selena dengan lembut.
"Tidak perlu." sahut Selena tiba-tiba berubah menjadi datar membuat Davin terkejut sedikit.
"Bawakan saja tasku." Selena melempar tas nya ke wajah Davin lalu melangkah pergi tanpa mendengar Davin berbicara lagi.
Davin memegang tangan Selena dengan gemetar menahan amarah dan hina. Selena tak pernah bersikap kurang ajar seperti ini. Namun ia harus bersabar karena ini perintah ibunya.
Dengan langkah cepat ia segera menyusul Selena yang sudah masuk kedalam gedung sekolah.
Di lantai atas sana, Arsa melihat semuanya. Bagaimana Selena bertindak dan mengubah emosinya dengan cepat.
adegan pertama Selena sangat manja pada Davin—memamerkan luka ditangannya dihadapan Karina. Namun di adegan kedua Selena berubah menjadi seorang pesuruh yang tajam.
"Selena.. Sikapmu sangat menarik sayang, aku penasaran kepadamu." Arsa tersenyum tipis menggeleng tak percaya. "Kau menolak pertolonganku, tapi aku ingin melihat bagaimana kau bekerja."
namun Arsa berharap didalam hatinya yang terdalam Selena tidak kembali ke pelukan Davin secara romantis dan sentimental. Ia hanya berharap Selena melakukan ini karena balas dendam atau hal lainnya.
"Bodoh sekali aku mengharapkan Selena menyukaiku dan terbuka kepadaku. Dia liar, cantik dan seksi. Tak akan mudah bergantungan kepada seorang pria, aku tahu itu." monolog Arsa, ia akan menjadi penonton dalam pertunjukan Selena. Jika Selena lengah, ia akan mengambil kendali.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Selena tak hanya menyuruh Davin membawakan tas nya tadi. Tapi ia juga menyuruh Davin membawakan makanan dari kantin.
Sengaja menyuruhnya membeli makanan yang diminati banyak orang. Davin harus menghadapi mengantri yang panjang dan berdesakan.
Selena memandangi wajah Davin yang frustasi dan kesal karena ia menyuruh tanpa henti.
Seperti anjing yang patuh.
Davin tidak bisa memarahinya dan membentaknya karena menjadi manja dan penyuruh. Ia ingat ancaman dan pesan ibunya dirumah—bahwa ia harus memperbaiki hubungannya dengan Selena.
"Davin, kakiku pegal. Pijatkan kakiku." Selena mengangkat kedua kakinya dimeja—masih terpasang kan sepatu dan kaus kaki.
Davin baru saja sampai dari kantin karena Selena menuntun membelikan pembalut. Harga dirinya tergores, malu dan hina harus membelikan pembalut wanita dengan plastik putih.
Sepanjang perjalanan banyak orang yang menertawakan dirinya karena membawa pembalut.
Selena sengaja melakukannya, agar membuat Davin merasa malu dan hina.
"Selena.. Beri aku waktu sejenak." Pinta Davin dengan nafas terengah-engah, wajahnya merah karena malu.
Selena menjawabnya dengan tatapan tajam memperingati Davin untuk tidak melawan perintahnya.
Davin mengangguk menjawabnya, ia segera duduk dikursi didepan meja Selena. Melepaskan sepatu dan kaki Selena satu persatu dan lembut, seolah jika kasar Selena akan marah lagi.
Ia tak mau Selena akan mengadu kepada ibunya. Dan berakhir ia akan dikurung dan dipukul oleh rotan didalam gudang.
Orang-orang melihat Davin dengan rasa iba dan kasihan. Davin seperti pembantu Selena jika seperti ini terus.
Salah satu dari mereka tidak bisa menahan bibir mereka, mulai mencibir dan menghina Selena.
"Pantas saja Davin nyaman dengan Karina. Karena Karina tidak memperlakukan Davin seperti pembantu!"
"Sikapmu kasar sekali Selena, beruntunglah kau dimanja dan diperhatikan oleh Davin!"
Selena hanya memandangi mereka, tatapannya tenang lalu tersenyum. Tersenyum pada Davin.
"Davin pacarku, milikku. Mengapa kalian yang Repot mengurusi hubungan kami?" sahut Selena dengan tenang, menaruh klaimnya pada Davin secara terang-terangan.
"Seharusnya kalian dukung aku sebagai pacar sah Davin secara keluarga dan hubungan. Bukan Karina, kalian menormalisasikan perselingkuhan?" tanya Selena dengan ekspresi pura-pura kaget.
kaki Selena bergerak, ibu jari kakinya menyentuh dagu Davin. Wajahnya meringis jijik seolah kakinya baru saja menginjak kotoran.
Sementara Davin memejamkan matanya. Kedua tangannya terkepal erat disisi kaki Selena, ia merasa hina dan direndahkan oleh Selena.
Harga dirinya tergores sangat parah. Para penonton menatap dengan tak percaya.
Selena membuktikan dirinya bahwa ia bisa menjadi dominan di atas Davin. Davin mudah dikendalikan, ia sangat menyukai Davin tunduk kepadanya.
Ia terkekeh. "Lihat? Davin diam saja. Itu sudah sampai titik terdalam mencintai seseorang. Dia mencintaiku sampai mencium jari-jari kakiku, itu membuktikan Davin lebih membutuhkanku dibandingkan Karina."
Semua hening, tampak ragu untuk berbicara lagi. Mereka mengharapkan Davin berteriak, menampar dan memberikan batasan pada Selena. Namun Davin tampak pasrah ditempat seolah ia rela melakukan apapun yang dilakukan Selena.
Selena menarik kakinya, mendorong sebotol soda kesukaan Davin menggunakan kakinya di atas meja.
Bibirnya membentuk seringai tipis dengan kepala miring. "Ini minuman kesukaanmu sayang, terimakasih sudah membelikan makanan dan memijat kakiku. Kau pacarku yang sangat sempurna." bisik Selena manis.
Terlalu manis hingga seperti racun bagi Davin.
Davin mengambil sekaleng soda itu, bibirnya kelu dan terasa pahit saat meneguknya. Seolah ia meminum racun dari pada soda itu sendiri.
'good puppy.' batin Selena dengan puas sembari menurunkan kedua kakinya dari atas meja sembari menatap Davin dengan puas.
Ini masih jauh, Selena akan memberikan banyak hadiah yang tak terduga untuk Davin dan Karina.