Kinanti Amelia, remaja pintar yang terpaksa harus pindah sekolah karena mengikuti ayahnya.
Ia masuk ke sekolah terbaik dengan tingkat kenakalan remaja yang cukup tinggi.
Di sekolah barunya ia berusaha menghindari segala macam urusan dengan anak-anak nakal agar bisa lulus dan mendapatkan beasiswa. Namun takdir mempertemukan Kinanti dengan Bad Boy sekolah bernama Kalantara Aksa Yudhstira.
Berbekal rahasia Kinanti, Kalantara memaksa Kinanti untuk membantunya belajar agar tidak dipindahkan keluar negeri oleh orang tuanya.
Akankah Kala berhasil memaksa Kinan untuk membantunya?
Rahasia apa yang digunakan Kala agar Kinan mengikuti keinginanya?
ig: Naya_handa , fb: naya handa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naya_handa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kelompok yang berbeda
Kinanti kembali menjadi pusat perhatian Ketika ia masuk ke kelas dengan diikuti Kala. Tidak hanya Frea dan teman-temannya yang menatap Kinanti penuh tanya, tapi juga Demian dan Riko yang menatapnya penasaran.
Ia berusaha bersikap biasa saja, seolah tidak ada yang terjadi antara ia dengan Kala. Ia tersenyum kelu pada Demian yang menunggunya di samping bangkunya dan Riko yang duduk di depan meja Kinanti.
Pertanyaan mereka sama dan kompak, “Kamu dari mana?” tanya Riko dan Demian bersamaan.
Kinanti duduk dengan tenang sebelum menjawab pertanyaan dua orang itu. Entah apa yang harus ia katakan pada dua orang ini. Bicara jujur sajakah?
“Aku tadi ada urusan.” Ucapnya hati-hati.
“Urusan dengan siapa? Kenapa masuk bareng Kala?” Riko sangat penasaran dan lebih tidak bisa menahan dirinya di banding Demian.
“Kebetulan saja.” Sahut Kinanti lagi. Tentu saja kebetulan urusannya dengan Kala.
“Tapi dia gak ganggu kamu kan?” berganti Demian yang bertanya.
Kinanti menggeleng dengan menunjukkan ekspresinya yang seolah baik-baik saja.
Tidak lama dari itu, Kala lewat di antara Demian dan Kinanti tanpa permisi lalu duduk di belakang kursi Kinanti.
“DUK!” kakinya yang panjang dan membentur meja selalu berhasil membuat Kinanti terhenyak. Tapi ia tidak bisa protes, melainkan hanya berbalik dan duduk lurus ke depan.
Demian menoleh Kala tapi remaja itu pura-pura acuh. Mengeluarkan bukunya one for all, satu buku untuk semua pelajaran juga ballpointnya seolah ia siap untuk belajar.
Demian sedikit terkejut karena biasanya setelah sampai di bangkunya Kala akan memakai earphone lalu menelungkup dan tidur, tapi kali ini berbeda, ia bersiap untuk belajar. Hal yang sangat berbeda dari Kala.
“Kenapa?” tanya Kala, saat sadar Demian dan Riko masih memperhatikannya. Kala menekan-nekan tombol di ballpointnya hingga berbunyi “Klak klik klak klik” berulang. Suaranya benar-benar mengintimidasi.
Dua orang itu memilih untuk tidak menjawab. Melainkan duduk tenang di kursi masing-masing. Urusan tentang Kala sudah selesai yang penting Kinanti baik-baik saja.
“Morning class ….” Sapa Mr Jack yang sudah masuk ke kelas.
“Morning sir….” Timpal siswa bersamaan.
“Okey, silakan buka buku paket kalian halaman serratus enam belas. Kita akan belajar tentang reaksi kimia.” Ucap mr Jack.
Para siswa menurut. Mereka membuka buku masing-masing sementara mr jack menuliskan beberapa rumus di papan tulis.
“Kita akan belajar tentang reaksi kimia dari beberapa zat ini. Kalian baca dulu halaman pengantar tapi sebelum itu, kita bagi kelompok. Agar mudah, kita bagi berdasarankan barisan saja.”
Mr Jack mengambil penggaris kayu yang panjang.
“Baris pertama, kelompok satu, lalu baris kedua kelompok dua, bari ketiga kelompok tiga dan begitu selanjutnya. Jangan ada yang pindah tempat duduk karena saya ingin kalian berbaur. Okay, move!” seru Mr Jack seraya memukulkan penggaris kayu ke papan tulis.
“Asyiikk, aku satu baris dengan Frea, kami satu kelompok.” Riko bersorak bahagia.
Kinanti dan Demian saling menoleh, mereka juga satu kelompok. Sementara Kala, ia satu kelompok dengan anak-anak yang berada di barisan paling belakang.
“Akh sial!” dengusnya seraya membuang nafas dan menengadahkan kepalanya. Ia pikir kelompok yang dipilih akan barisan dari depan ke belakang tapi ternyata malah ke samping.
Ia kesal sendiri, sementara Kinanti bisa menghela nafas lega karena tidak satu kelompok dengan Kala.
***
Kelompok mulai terbentuk, masing-masing terdiri dari lima orang. Mereka berkumpul di kelompok masing-masing dan menunggu Mr Jack membagikan tugas untuk mereka.
“Bagikan kertasnya, masing-masing mendapatkan satu tugas, tidak perlu berebut.” Mr Jack membagikan kertas melalui Riko. Remaja itu dengan patuh membagikan kertas tugas.
“Wah, aku pernah mempelajari ini.” Ucap Kinanti saat melihat rumus reaksi kimia yang diterimanya.
“Benarkah?” Demian penasaran. Ia menggeser kursinya mendekat pada Kinanti.
“Iya, aku pernah mencatatnya. Sebentar,” Kinanti membuka-buka buku catatannya yang lama membuat ia dan Demian berdekatan dan berkontak erat.
Kala memperhatikan dari belakang dengan ekspresi tidak suka. Bagaimana mungkin mereka bisa sedekat itu, pikirnya.
“Nah, yang ini.” Ujar Kinanti, menunjukkannya pada Demian.
“Wah iya benar. Bagaimana percobaannya waktu itu, apa berhasil?” Demian terlihat antusias.
“Berhasil. Aku sudah mencatat reportnya di sini.” Kinanti menunjukkan halaman lainnya.
“Coba aku lihat.” Demian mengambil alih buku Kinanti dan membacanya dengan seksama. Ia juga menuliskan beberapa hal di buku catatannya.
“Kamu kidal?” Kinanti penasaran.
Demian hanya tersenyum mengiyakan pertanyaan Kinanti.
“Wow keren. Apa kamu juga jago menggambar?” Kinanti semakin penasaran.
“Tidak terlalu. Hanya corat coret biasa aja. Mau liat?”
“Iya aku mau liat.”
Demian mengambil buku catatannya yang lain lalu menunjukkannya pada Kinanti.
“Wah, ini sih bukan corat coret biasa. Ini keren Demian.” Seru Kinanti dengan penuh kekaguman.
“Biasa saja. Aku tidak mendalami ilmu tentang menggambar. Aku lebih suka memainkan alat musik.” Aku Demian.
Kala yang mendengar obrolan Demian dan Kinanti pun tersenyum kecil. Ia sadar benar, saudara tirinya sedang pamer, seperti yang biasa dia lakukan selama ini. Mungkin pada Yudhistira pun ia melakukan hal yang sama, itulah mengapa Yudhistira begitu membanggakan Demian.
Sementara Kala?
Akh, kenapa ia jadi kesal sendiri melihat Demian yang hobi pamer? Apa yang bisa ia pamerkan pada Kinanti?
****