NovelToon NovelToon
Suami Pilihan Bapak

Suami Pilihan Bapak

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:45.3k
Nilai: 5
Nama Author: KidOO

Mela mempunyai prinsip untuk tidak pacaran sebelum menikah, membuatnya tak kunjung menikah saat usianya sudah cukup. Sampai suatu ketika, ia dijodohkan dengan orang yang sama sekali tidak ia kenali. Selain usianya terpaut cukup jauh, karakter calon suaminya juga sangat jauh dari kriteria Mela. Namun, demi membahagiakan bapaknya, Mela tetap menerima pria tersebut sebagai suaminya, berharap ia bisa merubah kebiasaan buruk dari suaminya.

Meskipun ternyata, kenyataannya tidak semudah dengan apa yang dia pikirkan. Bahkan mulai dari persiapan pernikahan pun, Mela sudah harus banyak bersabar menghadapi segala macam tingkah konyol calon suaminya. Terlebih saat sudah menjadi pasangan suami istri, semakin terlihat jelas, kebiasaan buruk dari suaminya yang ternyata sangat sulit untuk di rubah. Seperti kata mutiara, semua orang bisa tua pada saatnya, tapi tidak semua orang bisa bersikap dewasa. Kata-kata itu pantas disematkan pada suami Mela, meskipun sudah be

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KidOO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Setelah sarapan dan mengerjakan pekerjaan rumah, aku dan suamiku melihat sawah yang menjadi bagian dari suamiku seperti rencana kami tadi malam. Tidak terlalu luas, tapi lumayan kalau memang bisa memanfaatkan. Aku memandang sekeliling.

"Mas, ternyata sawah bagianmu sudah ada tanamannya?" Aku melihat tanaman cabai rawit merah yang sudah mulai berbuah banyak. Sebentar lagi bisa dipanen.

"Ya, kan aku udah bilang, sawahku digarap sama tetangga yang punya keahlian bertani, tapi nggak punya sawah. Jadi besok kalau panen, kita dapet separuh dari hasil panennya." Mas Aak turun dari motor vespanya.

"Oh, gitu. Tapi kalau kita olah sendiri, nanti hasilnya bisa seratus persen untuk diri kita sendiri, Mas." Aku memprovokasi suamiku, supaya sejalan dengan pemikiranku.

"Tapi kasian sama yang biasa menggarap sawah ini, Dek. Dia mau kerja apa kalau kita ambil alih tanah ini buat kita olah sendiri? Trus juga bertani itu nggak semudah yang kamu bayangkan. Perawatannya macam-macam. Belum lagi nanti kalau ada hama, ada hujan badai dan lain sebagainya, terus gagal panen gimana? Kan malah rugi. Udah keluar modal, keluar tenaga juga, tapi nggak dapat hasil apa-apa, kan menyakitkan?" Mas Aak menyedekapkan tangannya, dia seperti sudah sangat berpengalaman dalam hal ini.

"Belum lagi kalau tiba-tiba pas panen, harga barang jadi turun drastis. Beneran deh, sakit hatinya berkali lipat! Apalagi aku emang nggak belajar bertani dari dulu, jadi sangat minim pengetahuan," sambung mas Aak.

"Kita belajar aja dari bapakku, dia kan udah bertahun-tahun bertani sayuran. Jadi pasti bisa lah ngajarin gimana caranya. Kalau soal tetangga yang menggarap sawahmu ini, kan dia bisa menggarap sawah lain yang juga punya bapak dan ibu?" Aku masih tetap kekeuh ingin bertani sendiri, tida peduli dengan resiko yang disebutkan suamiku tadi.

"Yaudah, nanti aku bilang sama bapak ibu. Tapi ya nggak bisa sekarang juga mulai bertaninya. Setidaknya ya setelah panen ini." Mas Aak akhirnya luluh juga dengan keinginanku. Ku akui, aku memang keras kepala.

"Oke, Mas." Aku tersenyum sumringah. Setidaknya nanti suamiku tidak hanya di rumah terus, rebahan atau main game seharian.

Tiba-tiba saja ponsel Mas Aak berdering. Dia segera mengambil ponsel dari dalam sakunya dan menerima paggilannya. Aku mendengarkan dengan seksama, siapa yang menelpon dan apa kepentingannya dengan suamiku. Tapi sayangnya Mas Aak hanya menjawab singkat saja, antara ya dan tidak. Tak lama kemudian, panggilan berakhir, Mas Aak menyakui ponselnya lagi.

"Dek, pulang sekarang yuk! Aku suruh berangkat kerja. Ada kerjaan di bengkel." Mas Aak menjelaskan dengan singkat, padat dan jelas.

"Alhamdulillah. Oke, Mas." Aku tersenyum, akhirnya suamiku mendapat kerjaan lagi, setelah sekian lama menganggur, bahkan dari sebelum kami menikah.

Mas Aak mengantarku pulang terlebih dahulu, setelah aku turun dari motor, mas Aak berpamitan dan langsung menuju bengkel las tempatnya bekerja.

"Dari mana, Mel? Tadi Ibu cariin kok nggak ada." Ibu mertuaku berjalan pelan keluar dari rumah.

"Dari sawah, Bu. Mau lihat lokasi, rencana kami mau bertani. Biar bisa punya tabungan, selain dari kerjaan mas Aak, juga dari honor mengajar." Aku mendekati ibu mertuaku, kemudian menyalaminya. Kami berdua tadi pagi memang tidak pamit saat akan pergi ke sawah.

"Oh, gitu ya. Ya bagus kalau memang mau mengolah lahan sendiri, itung-itung buat kerjaan Aak, daripada dia cuma diam di rumah, nggak ngapa-ngapain."

"Iya, Bu. Tapi kami nggak enak sama yang menggarap sawah sekarang, kalau kami ambil alih, dia menggarap lahan siapa?"

"Ya nggak masalah, kan dia juga menggarap lahan kami yang lain. Kalau berkurang satu petak jatah Aak saja, nggak masalah. Dia pasti mau mengerti." Ibu memberikan jawaban yang menenangkan.

"Oh, syukurlah kalau begitu, Bu. Aku nggak tega kalau dibilang merebut rejeki orang. Tapi ya mau bagaimana lagi? Kami juga pengen belajar bisa mengurus diri kami sendiri, Bu. Semala masih muda, masih sehat, masih kuat." Aku kembali memberikan alasan yang menurutku masuk akal. Bukan karena aku mata duitan. Tapi nyatanya hidup memang butuh uang, kan? Untuk kehidupan sehari-hari juga butuh uang. Belum lagi kalau ada teman atau saudara yang hajatan dan lain sebagainya. Pasti butuh uang untuk menyumbang, kan? Honorku dari sekolah nggak mungkin cukup untuk memenuhi itu semua.

"Iya, nggak papa, Mel. Itu pemikiran yang bagus. Coba aja, dari dulu Aak mau belajar bertani, dia pasti bisa mengolah sawah sendiri, sama seperti kaka-kakaknya. Tapi emang Aak itu dasarnya males dan manja. Jadi dia nggak mau kerja yang berat sedikit. Katanya takut kurus dan lain sebagainya. Padahal kalau mau mengolah sawah, harusnya badan jadi lebih sehat, kan? Karena seperti berolah raga. Bahkan bukan cuma hitungan menit," jelas ibu mertuaku lagi.

Aku jadi paham, ternyata memang pemikiran mas Aak sudah konyol dari dulu. Bahkan sama bapak dan ibunya saja tetap bersikap seperti itu. Tidak ada rasa segan pada keduanya.

"Kalau saya sih biasa ke sawah, Bu. Bapak dan ibu saya kan bertani, juga memelihara sapi. Jadi mau nggak mau, dari kecil sudah ke sawah. Ikut bantu-bantuin. Kalau nggak bisa bantu di sawah, ya paling cuma bawain rumput dari sawah ke kandang sapi." Aku menceritakan pengalamanku yang sebenarnya masih sangat sedikit itu.

"Ya bagus itu, Mel. Jadi kamu bisa ngajarin Aak sedikit demi sedikit. Ibu beruntung, punya menantu seperti kamu. Karena kamu, Aak jadi mau berubah, menjadi lebih baik lagi." Ibu tersenyum, terlihat tulus memberikan pujian padaku.

"Semoga saja seterusnya bisa menjadi lenih baik dan lebih baik lagi, Bu. Karena mas Aak sepertinya masih hilang timbul kesadarannya." Aku membalas senyum ibu mertuaku. Untunglah beliau tidak tau kejadian semalam. Kalau beliau tau, aku sudah nggak punya muka lagi. Nangis-nangis minta pengertian dan bantuan dari suamiku yang super itu. Memang tidak enaknya tinggal bersama mertua itu ya seperti ini, kalau lagi ada masalah rumah tangga jadi nggak bebas berekspresi. Ketar ketir kalau mertua tau, dan biasanya mertua memang suka mencari tau.

"Aamiin. Oh, ya. Aak mau kemana? Kok kayaknya buru-buru banget tadi?"

Tuh kan, ibu mertua pasti mau tau.

"Itu, Bu. Katanya ada kerjaan, tadi dipanggil sama bosnya," mau tidak mau aku harus menjawab, sesuai dengan yang sebenarnya. Toh ini bukan hal yang buruk.

"Alhamdulillah, ngerjain apa dia." 

"Nggak tau kalau itu, Bu. Saya belum tanya lebih lanjut." Aku tersenyum kecil, sudah kuduga, ibu mertua akan bertanya dari ujung sampai pangkalnya.

"Ya, mudah-mudahan nggak cuma sehari dua hari, tapi bisa berkelanjutan."

"Aamiin."

Aku juga berharap sama seperti ibu mertuaku. Kalaupun nggak membantu kerjaan rumahku, setidaknya bekerja, menghasilkan uang. Tidak hanya rebahan dan main HP seharian.

1
Mawar Biru
sabar ya mel,mungkin dulunya si Aak terlalu di manja.
Reni Anjarwani
wah bpk keliru memilihkan jodoh buat mela
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞Arlingga✿꙳❂͜͡✯࿐
ayeee,,,, hadir bg,,, ikut nongkrong,,, 😁😁😁
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞Arlingga✿꙳❂͜͡✯࿐: 😂😂😂😂😂
Iin Suci Romita: wkwkwkwk..kan ..kan ... Abis komntr kaburr .kebiasaan deh
total 4 replies
Author yang kece dong
aduh, kayak mau ngelamar kerja kak kidoo 😁,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!