Tukar Suami?

Paginya

Karel nggak bangun-bangun padahal tadi sudah aku tinggal rutinitas pagi ku seperti menunaikan kewajibanku sebagai hamba Allah,terus bantu ibu masak, nyuci dan jemur juga. Kini sudah jam sepuluh lebih aku mengintip kamarku, dia tetap saja tidur. Padahal ayam sedari tadi berisik,dia yang katanya nggak bisa tidur kalau nggak dalam keadaan senyap ini bisa tuh pules.

Apa memang seperti itu?kaya pangeran tidur yang suka tidur gitu?

Aku sampai sungkan sama ayah dan ibu, waduh tumbenan. Kan kan akibat udah nikah nih ada rasa sungkan, waaaaa...

Sekarang aku lagi berdiri didepan kulkas niatnya mau ambil buah melon,kulkas ini disampingnya ada pintu terhubung langsung ke garansi. Dan aku mendengar ayah dan ibu ngobrol, aku intip.

"Itu suami Ruby belum bangun? Udah siang gini nanti rejekinya dipatok ayam. " Terdengar suara ayah ngedumel di garansi tempat ayah berkreatifitas dengan batu nya. Ibu sedang meletakkan gorengan yang tadi ia beli dimeja untuk camilan ayah.

"Lah biarin aja namanya pengantin baru. " ibu sih seperti nya tidak mempermasalahkan.

"Halah dia itu ternyata pria malas loh bu, untung saja anak orang kaya kalau anak orang nggak punya mau makan apa Ruby nanti. " kenapa ayah jadi tukang gosip gini sih.

"Kalau orang kaya itu emang seperti itu yah, kelihatan nggak kerja tapi uang mengalir masuk ke rekeningnya terus " ibu membela anak orang kaya itu.

Aku sih cuma mengaimini saja, siapa tahu memang seperti itulah Karel selama ini.

Kemudian ada suara mobil datang, aku penasaran memang siapa yang datang pakai mobil.

"Assalamu'alaikum" ternyata suara Safira, tumben ngucap salam.

'Waalaikumsalam' jawabku dalam hati karena sudah dijawab keras sama ibu yang langsung menyambut anak dan menantu satunya itu.

Safira dan Keenan hendak masuk, aku masih berdiri diambang pintu.

"Loh By,ternyata kamu disini? " Safira seperti nya kaget melihatku.

"Iya sudah sejak kemarin. " jawabku sambil masuk bersama suaminya.

"Kirain masih dihotel, eh duduk mas" Safira mempersilahkan suaminya duduk. Dan apa tadi dia manggilnya 'Mas?' manis juga. Emang pantas Keenan dipanggil mas, nggak kaya si Karel walau lebih tua dia nggak pantes sama sekali.

"Bikinin minum dong" Keenan minta dibikinin minum sama Safira setelah duduk.

Aku sih memilih pergi dari situ.

"By, tolong bikinin Mas Keenan teh ya, aku mau ganti baju dulu gerah nih diluar panas soalnya. " Safira seenaknya saja nyuruh aku membuatkan minum untuk suaminya.

Yah baiklah cuma bikin minum ini kan.

Ketika didapur sedang menunggu air mendidih tiba-tiba ada yang datang nyahut air putih dalam botol di teguknya langsung. Pelakunya adalah Karel, dengan muka bantal.

"Apa? kamu nggak pernah lihat orang minum? " sentaknya ketika aku malah memperhatikan dia saat meneguk air putih itu dengan jakun naik turun. Sebenarnya nggak sengaja, karena jarak kami sangat dekat.

"Hem, udah kaya onta kamu kehausan ya? "

Karel meletakkan botol itu yang sudah habis.

"Kopi sekalian ya. " pintanya.

"Dih"

Belum aku protes dia sudah pergi entah kemana, paling ke ruang tamu menemui saudaranya itu.

Begitu kopi dan teh sudah siap aku bawa ke ruang tamu.

"Loh aku kan sudah bilang nggak suka kopi sayang, kenapa bikin kopi? " kata Keenan saat ku letakkan kedua minuman itu di meja.

Hemm pasti dia kira aku Safira.

"Maaf, aku Ruby."

"Ohhh maaf Ruby, habisnya kalian mirip banget." Keenan terkekeh minta maaf karena salah.

"Enggak papa kok, nanti lama kelamaan juga bisa bedain. " Aku mau meninggalkan dia. Tapi....

"Duduk sini saja Ruby, kita ngobrol. Kan kita sudah jadi keluarga dan kamu juga hampir saja jadi istriku saat itu. " kenapa juga aku harus ngobrol sama iparku.

"Maaf ya Keenan, aku ada kerjaan. " bohong cuma mau menghindari fitnah saja, ya kali aku ngobrol berdua dengannya.

"Panggil aku Mas Keenan dong kaya Safira. " aduh kenapa sih dua pria ini terobsesi banget dipanggil 'mas' dan anehnya dia menyamakan aku dengan Safira. Aku kan cuma iparnya ngapain juga manggil mas segala.

"Aku kan istri kakak kamu dan sebenarnya aku dan Safira lahirnya duluan aku, jadi sepertinya aku nggak usah manggil kamu mas ya Keenan. " jelasku, biar dia tau kalau aku kakak iparnya.

"Ohhhh, tapikan kalian kembar. Terus aku lebih tua loh dari kalian. " Sumpah mereka ternyata mirip, menganggap dirinya lebih tua dan bangga banget lahir duluan.

Karel muncul dengan rambut sedikit basah, dia ini suka banget mencelupkan rambutnya ke air kali ya.

"Kopi ku mana by? "

"Tuh" aku menunjuk kopi yang ada di meja.

Karel mengambil kopinya, dan rokok yang memang sejak semalam tergeletak di meja.

"Lusa kita mau bulan madu,mama sudah memesan tiket empat orang." kata Keenan tanpa menyapa kakaknya itu dulu.

"Aku nggak minat, pergi aja! Nggak usah ajak aku! " Karel memilih pergi membawa kopi dan rokoknya ke teras.

Kayanya mereka nggak akur apa gimana sih kok rada dingin gitu ya bawaannya.