Kisah bermula dari pelarian Nathan William Carson, seorang pelaku tabrak lari yang memutuskan untuk bersembunyi dari kasus yang melibatkan dirinya.
Kabur ke sebuah kota kecil tempat kelahiran sang ibu, Nathan justru dipertemukan dengan gadis desa nan polos, pembantu sang nenek tercinta.
Berawal dari kesombongan seorang majikan terhadap pembantunya. Ketidaksukaan terhadap kinerja sang pekerja rumah tangga yang dinilai terlalu menjilat. Hingga berbagai konflik lainnya, menjadi bumbu bumbu sebelum terbentuknya cinta di antara keduanya.
Namun siapa sangka, sebuah drama menguras air mata muncul ketika rasa saling tertarik mulai tumbuh di antara mereka.
Apa yang akan terjadi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aldiantt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16
Hari berganti...
"Nis, Oma berangkat dulu, ya! Kamu hati hati jaga rumah. Jangan lupa bangunkan Nathan setelah ini!" Ucap pria itu.
"Iya, Oma!" Jawab Rengganis.
"Nanti siang kalau kamu mau ke makam Bagas, kamu ijin dulu aja sama Nathan! Takutnya nanti dia butuh apa apa kamu ndak ada!"
"Iya, Oma," jawab gadis itu lagi.
Wanita itu lantas menyerahkan tas milik sang Oma. Wanita paruh baya itu kemudian masuk ke dalam mobilnya dan pergi meninggalkan tempat itu bersama Didi sebagai supirnya. Ya, beberapa hari ini Oma memang cukup sibuk mengurus perkebunan. Membuatnya pun jadi jarang berada di rumah.
Rengganis bergegas kembali masuk ke dalam rumah itu. Ia kemudian berjalan menuju kamar pribadi Nathan guna membangunkan pemuda yang mungkin masih tidur itu.
Jujur saja, setelah kejadian di dalam kamar mandi kemarin, Rengganis sedikit takut jika berhadapan dengan Nathan. Nathan rupanya bukan hanya pemuda badung, namun juga pria mesum yang menjijikkan.
Rengganis sampai di depan pintu kamar itu. Tangannya terulur mengetuk daun pintu tersebut guna membangunkan sang tuan muda yang masih berada di dalam sana.
Tok...tok...tok....
Pintu diketuk.
"Tuan! Waktunya sarapan!" Ucap gadis itu. Namun tak ada sambutan.
Tok...tok...tok....
Pintu diketuk lagi.
"Tuan..."
Masih tak ada sahutan.
"Tuan..." Ucap Rengganis lagi.
"Masuk!" Suara itu samar samar terdengar dari dalam kamar Nathan. Rengganis diam sejenak. Ia kemudian membuka pintu itu dengan hati hati.
Dilihatnya di sana, kamar itu tak begitu berantakan. Tak ada plastik plastik kosong di sana. Hanya beberapa lembar pakaian dan sepatu serta barang barang lain yang nampak berserakan tidak pada tempatnya. Sedangkan Nathan, pemuda itu masih meringkuk memeluk guling di bawah selimut yang menutupi pinggang hingga kakinya. Sedangkan tubuh bagian atasnya nampak tak berbusana.
"Sarapannya sudah siap, Tuan," ucap wanita itu.
"Hmm..." Jawab Nathan dengan mata terpejam.
Pria itu kemudian membuka matanya yang masih ngantuk. Ia melongok menatap Rengganis yang masih berdiri di depan pintu.
"Gue mau mandi!" Ucap Nathan dengan suara parau nya.
Rengganis diam lagi. Ia nampak menghela nafas sejenak kemudian mengangguk.
"Biar saya siapkan airnya, Tuan!"
"Hmmm...." Jawabnya lagi tanpa membuka matanya.
Rengganis berjalan melewati ranjang menuju kamar mandi. Diisinya bathtub itu dengan air hangat hingga penuh. Sembari menunggu air penuh, seperti biasa ia menyibukkan diri dengan membersihkan ruangan itu. Mulai dari menata sabun dan peralatan mandi lainnya, membersihkan wastafel, cermin, lantai, hingga memunguti pakaian pakaian kotor di sana dan meletakkannya di dalam keranjang.
Air sudah penuh. Rengganis mematikan keran itu kemudian keluar dari ruangan tersebut dengan membawa keranjang baju kotor. Dilihatnya di sana Nathan sudah bangun. Ia yang masih berada di atas ranjang itu nampak tiduran miring memeluk guling sembari memainkan ponselnya.
"Airnya sudah siap, Tuan," ucap Rengganis.
"Hmm...." Jawab Nathan.
Rengganis tidak peduli. Ia kemudian meletakkan keranjang baju di tangannya itu di lantai, lalu mulai memunguti pakaian pakaian Nathan yang berserakan di sana. Celana di lantai, jaket di ujung sofa, kaos di atas lampu meja, kaos kaki di depan tv, semp*k di kolong meja, sebelah sepatu terguling di samping ranjang, sedangkan yang satunya entah berada di mana. Kamar itu bahkan jauh lebih berantakan dari kapal pecah. Nathan si pemilik kamar bahkan terlihat acuh. Ia hanya sesekali melirik ke arah Rengganis tanpa sudi merubah posisi tidurnya.
Rengganis selesai dengan kamar berantakan itu. Ia kemudian menoleh ke arah Nathan yang bahkan masih asyik di atas ranjangnya.
"Ada lagi pakaian yang kotor, Tuan?" Tanya Rengganis.
Nathan menghentikan aktivitasnya sejenak. Ia melirik ke arah Rengganis. Sebuah senyuman nakal tiba tiba terbentuk dari bibirnya.
"Ada. Nih, masih gue pakai," ucap Nathan sembari melirik ke arah tubuh bagian bawahnya yang tertutup selimut. "Kotor, sih. Ada lendirnya dikit. Mau gue copot? Atau mau bantu copotin?" Tanya nya lagi dengan mimik muka mes*m nya.
Rengganis nyengir geli. Sungguh, pemuda ini makin hari makin menjijikkan. Ia tak suka dengan ucapan yang keluar dari mulut pria itu.
Rengganis menarik nafas panjang. Lebih baik ia segera pergi dari tempat ini daripada meladeni ucapan ngawur tuan mudanya itu.
"Permisi, Tuan!" Ucap Rengganis tanpa basa basi.
"Eh, mau kemana?! Ini nggak jadi?!" Tanya Nathan menggoda. Namun Rengganis sama sekali tak menggubris. Nathan hanya terkekeh melihat ekspresi kesal pembantu itu. Ia kemudian bangkit dari posisi tidurnya. Diletakkannya ponsel itu di atas meja.
Namun tiba tiba ia terdiam. Sebuah gelang berwarna gold dengan inisial R A tergeletak manis di samping asbak di sana.
Inikan milik pembantu itu? Apa dia tidak merasa kehilangan benda miliknya? Kenapa ia tidak mencarinya? Batin Nathan.
Semangat thour upnya💪💪
Ayoo semangattt upnya thour 💪💪
Semangat thour 💪💪