"Aku hamil, Rey." Kalimat itu akhirnya lolos dari bibir Kirana, meski dia mengatakan penuh keraguan.
Reyhan bukannya senang, justru dia melontarkan kalimat yang sangat menyakitkan. " Hamil! Bayi siapa yang kau kandung? Kalaupun itu anakku, jangan berharap aku akan membiarkan dia lahir kedunia ini."
Tanggapan negatif dari Reyhan membuat Kirana ingin mempertahankan bayinya seorang diri, meski dirinya tengah divonis kanker stadium akhir.
Ya, Reyhan menikahi Kirana karena paksaan dari keluarga wanita, pernikahan mereka yang berumur tujuh tahun tidak mampu menghadirkan CINTA . Reyhan memiliki kekasih yang setiap saat hadir mengacaukan hubungan mereka. Namun, saat Kirana benar-benar pergi, Reyhan merasakan sesuatu yang berharga telah hilang dari hidupnya.
Akankah mereka kembali bersatu dalam sebuah ikatan pernikahan?
Ataukah mereka berpisah dan menyisakan penyesalan?
Ayuk! ikuti kisahnya sampai tamat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Isti arisandi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
"Jadi kamu waktu itu benar-benar hamil?" Reyhan bertanya sambil memasang wajah bersalah.
Kirana menggelengkan kepala, miris dengan nasibnya, ternyata Reyhan selama ini tidak percaya dengan kehamilannya. "Aku tahu kamu tidak akan percaya pada setiap yang aku katakan, karena kamu hanya menganggap dia yang paling berharga di hidupmu, dan hanya ucapannya yang kau dengarkan, bukan aku."
Kirana mengarahkan jarinya ke wajah Reyhan dia menunjuk wajah lelaki itu dengan sorot mata benci. "Bayangkan bagaimana rasanya jadi aku waktu itu? Saat aku mengatakan yang sebenarnya justru ayah dari bayiku tidak percaya."
Reyhan teringat saat Kirana menemuinya dia datang ke rumah sakit dalam keadaan basah kuyup karena waktu itu hujan lebat.
Reyhan merasa dia telah menjadi orang yang paling kejam saat itu. Reyhan memejamkan matanya sesaat.
"Saat itu aku sedang panik," lirihnya.
"Kamu selalu seperti itu, Reyhan bagaskara. Kamu terpengaruh omongan dia." Clara yang secara tidak langsung ditunjuk sebagai biang kerok, wajahnya merah padam.
"Pantaskah aku harus kehilangan bayiku demi selingkuhan kamu ini? Pantaskah aku mendonorkan darah dan kehilangan anak pertamaku demi wanita ini!" Tangan Kirana beralih menunjuk Clara. Wanita itu ingin membalas penghinaan di depan banyak orang, tapi seakan mulutnya terkunci tak ada kata yang pantas untuk menjadi pembela bagi dirinya, karena ucapan Kirana semuanya benar.
"Rey jawab?" Kirana menatap mata Reyhan dengan sorot penuh kebencian. Reyhan tidak bisa menghentikan amarah wanita yang kehilangan bayinya itu.
"Pantaskah dia menerima kebaikanku?" Kirana memukul dada Reyhan berulang kali.
"Jawab Rey! Jawab!" Amarah Kirana semakin membara.
Reyhan diam membisu, tak ada alasan yang bisa membenarkan sikapnya waktu itu. Mata dan hati Reyhan sudah tertutup rapat, seolah hanya ucapan Clara yang paling benar.
Para tamu yang sedang menikmati buah melon hanya bisa menjadi penonton. Dia tidak ingin ikut campur, tapi mereka bisa menyimpulkan yang paling sedih nasibnya dalam cinta segitiga itu adalah Kirana.
"Kirana, aku bersalah maafkan aku …."
"Terlambat! Aku sangat membencimu Rey."
Kirana yang terguncang tidak tahan lagi berada di depan kedua orang yang terus membuat dirinya lemah. Kirana berlari meninggalkan pesta dengan menahan tangisnya.
Para tamu menatap Reyhan dan Clara dengan raut wajah tidak suka, bahkan ada yang terang-terangan mencibir kalau Reyhan adalah lelaki bodoh, telah menyia-nyiakan istri dan calon anaknya, dan Clara adalah wanita tak tahu malu yang menggoda suami orang.
Aezar tadi pamit sebentar pada Kirana, ada telepon yang tak bisa ditunda. Setelah kembali dia melihat Kirana sudah pergi, Aezar segera mengejarnya.
"Kamu tahu kemana Kirana pergi?" Tanya Aezar pada seorang asisten.
"Wanita yang bersama anda tadi pergi ke arah sana, Tuan." Pelayan itu menunjuk ke salah satu pintu keluar.
Aezar segera mengejar Kirana ke taman, Aezar mengedarkan pandangannya ke segala arah, akan tetapi Kirana seakan lenyap ditelan sunyi.
Kirana! Kirana!
Aezar terus memanggil-manggil Kirana berharap wanita itu mendengar suaranya.
Sedangkan Reyhan dan Clara seperti tidak punya muka lagi. Seluruh gerak-geriknya kini menjadi pusat perhatian. Kupingnya panas mendengar sindiran pedas dari beberapa tamu.
"Semua ini karena kamu yang mulai." Reyhan emosi, dia memarahi Clara.
Clara tidak terima Reyhan menyalahkan dirinya. "Dia terlalu membesarkan masalah, hingga semua orang tahu. Padahal aku hanya berbicara sedikit saja."
"Berhenti terus menyalahkan Kirana dan lihat dirimu sendiri, tidak sadarkah jika kamu yang mulai semua ini." Reyhan sangat malu dan ini pertama kalinya dia marah pada Clara disaat kondisinya terlihat lemah.
Reyhan menarik Clara keluar dari pesta. Rasanya dia tidak punya muka lagi untuk tetap bertahan ditempat ini lagi.
Clara tidak bisa menolak keinginan Reyhan, dia hanya pasrah tubuhnya ditarik kasar oleh lelaki yang dicintainya.
Reyhan benar-benar marah, wajah pucat Clara yang sedang pura-pura hamil tak mampu meluluhkan hatinya.
Reyhan meminta Clara masuk ke mobil dan lelaki itu segera mengunci dan meninggalkannya seorang diri.
Clara diam melihat Reyhan pergi. Dia hanya mengamati punggung lelaki itu menjauh dalam kegelapan.
Clara ingin mengejar Reyhan akan tetapi lelaki itu telah menguncinya. Dia memilih diam di dalam mobil dan bersabar. Clara takut jika dia terus berulah, Reyhan akan meninggalkan dirinya demi Kirana.
Clara tahu Kirana masih mencintai Reyhan, dan akhir-akhir ini Reyhan juga mulai sering melamun tanpa sebab. Reyhan sedih dengan perpisahan yang seharusnya tidak terjadi dengan begitu cepat.
Sejak Kirana keluar dan lari entah kemana, Reyhan ingin sekali melihat kondisinya. Saat pergi Kirana begitu terguncang. Reyhan takut akan terjadi apa-apa pada wanita yang selalu dia lukai hatinya itu.
Aezar menemukan Kirana di taman samping yang sepi, dia terlihat sedang menangis tergugu.
"Ana," panggil Aezar lirih. Wanita itu menoleh ke arah sumber suara.
"Eza, kenapa kamu kesini, keluarga kamu pasti akan mencarimu." Kirana menghapus airmatanya.
"Tentu aku khawatir dengan keadaanmu, Ana." Lelaki itu berjalan mendekat.
"Za, maaf ya, aku bikin kamu malu di pesta." Kirana malu telah membuat keributan dengan Clara di depan Aezar. Dan hari ini terulang di acara pesta keluarganya.
Kirana tersenyum getir. "Sepertinya aku adalah wanita yang paling bodoh di dunia ini."
"Iya, kamu bodoh." Aezar mengacak rambut Kirana.
"Iss, jangan di berantakin, acaranya belum selesai ." Kirana merapikan rambutnya.
"Kesal lihat kamu nangis melulu," canda Aezar.
"Nggak apa-apa biar sesak yang ada di dada segera hilang," jawab Kirana berusaha tersenyum.
Setelah merasa lebih tenang Mereka berdua duduk di bangku panjang, Aezar sibuk menatap Kirana sedangkan yang diperhatikan sibuk menatap kearah bintang yang berkelip.
Aezar bertanya lebih dulu untuk mengusir keheningan. "Kamu belum bisa melupakan Reyhan?"
Kirana tertawa, "Bagaimana bisa semudah itu Za, melupakan lelaki yang aku cintai selama bertahun-tahun.
"Iya sih, pasti nggak mudah melupakan begitu saja." Aezar ikut menatap bintang. "Pasti ada kenangan terindah yang membuat kamu sulit melupakan dia," ujarnya Aezar lagi.
"Dulu aku dan Reyhan masih sangat muda, aku pernah menyelamatkan dia dari bahaya yang hampir merenggut nyawanya."
"Wah hebat dong."Aezar salut dengan keberanian Kirana yang berhasil menyelamatkan seorang laki-laki. Aezar memasang wajah serius.
Kirana bercerita panjang lebar tentang peristiwa beberapa tahun berlalu itu, jika bekas luka di punggungnya adalah saksi nyata, yang tak akan pernah bisa hilang seumur hidup. Kirana juga bercerita kalau sejak dulu mereka juga telah berteman dengan baik.
Aezar menyibak rambut Kirana setelah mendapat izin dari sang empu, untuk melihat bekas lukanya. Kebetulan gaun yang Kirana pakai hari ini terbuka di bagian punggung. "Kirana dulu luka ini pasti parah banget."
Kirana hanya tersenyum dalam kepahitan. "Aku tidak ingin mengingatnya, sekarang aku baik-baik saja. Kenyataan pahit yang aku rasakan saat ini adalah cintaku yang tulus hanya bertepuk sebelah tangan. Memaksakan cinta pada orang yang tidak mencintai kita memang menyakitkan, sekarang aku harus menerima konsekuensinya."
Reyhan yang sejak tadi mencari Kirana, dia menghentikan langkahnya saat tahu wanita itu sedang bersama Aezar. Lelaki itu bahkan mendengar semua curhatan Kirana pada lelaki yang kini ada di dekatnya.
Wajah Reyhan mendadak bingung mendengar semuanya. Reyhan masih ingat bagaimana dia dulu mendapat pukulan keras dan seorang wanita datang menyelamatkan dirinya. Tapi Wanita itu bukan Kirana, melainkan Clara.
(Bisa di favoritkan terlebih dahulu dengan tekan love. Cerita ini akan lanjut setelah lulus seleksi oleh editor. Do'akan lolos ya)
akhirnya muncul lagi 🤭🤭🤭🤭
semangat ya kak 💪💪💪