Perjuangan seorang Nayra Kalista yang menghadapi begitu kerasnya dunia ini, dunia yang tak adil untuk dirinya hidup. Dari kecil menjadi seorang yatim-piatu, hidup di panti asuhan, rela putus sekolah demi menjadi tulang punggung bagi saudaranya di panti asuhan. Sampai akhirnya harta satu-satunya yang dijaga selama ini direnggut oleh pria asing yang Nayra sama sekali tak kenal.
Hidupnya hancur bertubi-tubi. Apakah ia bisa menjalani hidup nya kembali setelah apa yang ia alami selama ini? Apakah Nayra bisa bahagia dengan cobaan yang begitu berat ini?
yuk mampir biar tau perjalanan hidup Nayra!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cacil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
part 20
🍁🍁🍁
Di tengah perjalanan Andrian tak tau harus ke mana mengantar Nayra pulang, karena ia tak tau di mana letak rumah Nayra. Ketika ingin bertanya kepada Nayra, ia malah melihat Nayra sudah pulas dengan tidurnya.
Andrian pun menyampingkan mobilnya karena tak tau harus melanjutkan ke mana. Sedangkan Andrian tak tega membanguni Nayra yang terlihat tertidur pulas.
Melihat Nayra kedinginan membuat Andrian berinisiatif melepas jasnya lalu menutupi tubuh Nayra agar tak lagi kedinginan.
Andrian tak henti-hentinya memandangi wajah cantik Nayra. Ia begitu tenang melihat wajah Nayra apalagi ketika sedang tertidur.
"Apa aku sudah mulai menyukainya? Arggghhh tidak mungkin! Dia hanya sebatas asisten, tapi rasanya aku tak rela bila dia hanya sekedar asisten ku saja, arggghhh..."
Andrian tak tau bagaimana hatinya saat ini. Tak dipungkiri bahwa Andrian begitu kagum melihat Nayra, tapi ia tak tau apakah ini dinamakan cinta atau tidak. Lagian Andrian selalu menepis perasaannya terhadap Nayra dengan alasan hanya sebagai asistennya saja.
Hampir satu jam Andrian menunggu Nayra tertidur, tapi rasanya begitu singkat untuk menikmati wajah Nayra dari dekat. Nayra perlahan-lahan bangun dari tidurnya dan melihat Andrian sedang menatapnya.
"Maaf Pak saya tertidur tadi."
"Tidak pa-pa!"
"Apakah kita sudah sampai?" Nayra melirik sekitar tapi ini masih berada di jalan raya.
"Saya tak tau di mana rumahmu, jadi saya parkir di sini sambil menunggu mu untuk bangun."
"Kenapa Bapak tak membangunkan saya saja? Jadi Bapak tak capek menunggu saya tidur."
"Tak pa-pa! Lagian saya tak tega membangunkan mu yang tertidur begitu nyenyaknya."
"Saya menjadi tak enak seperti ini."
"Kalau gitu di mana rumahmu?"
"Bapak lurus aja, nanti kalau ada pertigaan Bapak belok kiri saja. Di situ rumah saya."
"Baiklah!"
Andrian pun menjalankan mobilnya ke arah yang sudah di kasih tau Nayra. Kurang sepuluh menit mereka pun sampai di depan kontrakan Nayra.
"Di mana rumahmu?" tanya Andrian.
"Di situ..." tunjuk Nayra ke arah kontraknya.
"Sekali lagi saya terima kasih atas bantuan Bapak tadi, dan saya minta maaf tak bisa menawarkan Bapak masuk karena ini sudah malam."
"Iya tidak pa-pa! Dan saya juga meminta maaf ke kamu karena bila tak menyuruhmu ke pesta itu maka kejadian ini tak akan terjadi."
"Tidak pa-pa Pak! Mungkin ini musibah. Kalau gitu saya permisi dulu."
Nayra turun dari mobil Andrian lalu menuju kontraknya. Ia melihat sudah ada Baim beserta anaknya lagi sedang duduk di kursi luar kontrakan.
"Astaga! Kenapa kalian ada di sini?" tanya Nayra begitu kaget melihat mereka menunggu di luar.
"Tadi Alden merengek untuk pulang jadi aku bawa saja ke sini, tapi Alden sudah tertidur saat ini.
Sedangkan di dalam mobil terlihat sepasang mata melihat Nayra sedang berbicara dengan laki-laki lain.
"Siapa laki-laki dan anak itu? Apakah itu sepupunya Nayra?" Andrian begitu penasaran siapa laki-laki dan anak kecil yang bersama Nayra.
"Arggghhh... Kenapa aku harus memikirkan itu, lebih baik aku pergi dari sini," gumam Andrian lalu menancapkan gas mobilnya pergi dari area sana.
"Siapa yang mengantarkan kamu pulang tadi?" tanya Baim.
"I-itu dia bosku."
"Bos atau pacar? Mana mungkin Bosmu mau mengantarkan mu ke rumah."
"Iya itu Bosku, lagian aku juga nggak punya pacar."
"Syukurlah kalau gitu."
"Kenapa kamu bersyukur?"
"Tidak pa-pa!"
Nayra memsukan Alden ke dalam kamar untuk menidurkannya. Sedangkan Baim pulang ke rumahnya. Nayra sengaja tak memberi tahu tentang kejadian tadi kepada Baim karena cukup ia menanggung semua masalahnya tanpa merepotkan orang lain.
Ketika ingin mandi dan membuka bajunya, ia melihat ada jas menempel di tubuhnya saat ini.
"Astaga! Bukannya ini jas Pak Andrian, kenapa ada di tubuhku? Jangan-jangan dia melihatku kedinginan lalu memasangkan jasnya ke tubuhku," gumam Nayra.
"Besok ketika masuk kerja aku akan memberinya. Sementara ini aku akan menyucikan jasnya karena sudah kotor," Nayra menaruh semua pakaian kotornya ke tempat khusus baju kotor, begitu juga jas Andrian ia taruh di sana.
***
Pagi-pagi Nayra sudah terlihat memberes-bereskan rumah. Karena hari ini hari Minggu jadi Nayra santai mengerjakan pekerjaan rumah tanpa harus terburu-buru. Sedangkan Alden anaknya masih tertidur pulas di kamar.
Tok... tok... tok...
Terdengar suara pintu diketuk. Dengan cepat Nayra membuka pintu kontraknya.
"Eh... Baim! Ada apa ke sini?" tanya Nayra yang baru saja membukakan pintu.
"Apa aku nggak boleh ke sini hanya sekedar bermain?" tanya Baim.
"B-bukan seperti itu, tapi aku kira kamu ada keperluan datang ke sini."
"Tidak! Aku hanya iseng saja ke sini, lagian aku ingin bertemu Alden. Di mana Alden sekarang?" mata Baim melirik ke arah dalam untuk mencari keberadaan Alden.
"Alden masih tertidur, kalau gitu ayok masuk!"
"Nggak usah, lebih baik aku duduk di sini saja, nanti takut akan timbul fitnah."
"Yasudah kamu duduk saja di situ, aku mau pergi ke dalam dulu buatkan kamu kopi."
"Nggak usah ngerepotin!"
"Hanya sekedar kopi, aku tak merasa direpotkan."
Nayra masuk ke dalam membuat Baim kopi. Ketika Nayra masuk ke dapur ia sudah melihat anaknya terbangun.
"Anak Mama udah bangun?"
"Mama lihat sendiri Alden udah bangun."
"Kamu mandi gih! Om Baim ada di luar cari Alden."
"Baik Mah."
Cepat-cepat Alden pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang baru bangun tidur. Sedangkan Nayra kembali keluar untuk membawakan Baim kopi.
"Nih kopinya."
"Makasih Nay, aku jadi tak enak menganggu mu pagi-pagi gini."
"Nggak pa-pa! Oh ya Alden sudah bangun, tapi dia mandi dulu baru menemui. Aku mau lanjut bersih-bersih dulu, nggak pa-pa kan aku tinggal sendirian di sini?"
"Iya nggak pa-pa, nanti juga kan Alden keluar bermain sama aku."
Nayra kembali masuk untuk membereskan kontrakannya yang belum ia bereskan. Nayra menyapu, mengepel, dan mengerjakan lain-lain. Setelah beres Nayra pergi mandi untuk membersihkan tubuhnya yang begitu banyak debu.
Setelah selesai dengan ritual mandinya Nayra memasak untuk sarapan mereka semua.
"Baim... Alden... Ayok masuk kita sama-sama sarapan di dalam."
Mereka bertiga pun sarapan dan menikmati sarapan buatan Nayra.
"Memang makanan buatan mu sangat enak," puji Baim.
"Iya, masakan Mama memang paling the best!"
"Ah... Makasih pujiannya," Nayra mencubit pipi anaknya karena merasa gemas.
"Nay..."
"Hm..." jawab Nayra masih menikmati sarapannya.
"Aku lihat-lihat kita sarapan seperti ini, kita seperti keluarga kecil yang bahagia."
"Maksud kamu?"
"Apakah kamu nggak mau menikah denganku?"
See you again...
LIKE DAN KOMEN YA! KALAU IKHLAS BOLEH DI VOTE JUGA ^_^
typoo yaaaa