NovelToon NovelToon
Loka Pralaya: The Begining

Loka Pralaya: The Begining

Status: sedang berlangsung
Genre:Matabatin / Dunia Lain / Perperangan / Pusaka Ajaib
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Margiyono

Dunia ini bernama Loka Pralaya, satu dunia di antara banyak dunia lain di alam semesta ini, sebuah tempat penuh misteri. Di tempat ini, desiran anginnya adalah nafas yang memberi kehidupan bagi penghuninya. Energinya berasal dari beragam emosi dan perasaan segenap makhluk yang ada di dalamnya. Keharmonisan yang mengikat alam ini, mengabadikan keberadaanya di antara banyak dunia lain di alam semesta. Senyum ramah adalah energi yang membangun, menumbuhkan benih-benih yang di tanam di tanahnya, kebaikan kecil yang dilakukan akan memberi dampak besar bagi kelangsungan dunia ini. Pepohonannya adalah mata dan telinga bagi segala peristiwa yang berlangsung di dalamnya. Batu-batu yang berserakan di pantai, menjadi penyimpan memori abadi bagi kejadian-kejadian penting yang terjadi

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Margiyono, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Reaksi Kalabbi

Panalung Tikan melangkah ke sudut ruangan, di sana ada sebuah lemari besar, kacanya terbuat dari batuan korundum yang transparan, bentuknya kokoh dan indah. Dari batu transparan itu terlihat benda-benda yang disimpan di dalamnya, dan seperti kebanyakan benda yang ada di ruangan itu, kelihatannya itu adalah sebuah peralatan dan benda penelitian.

Panalung membuka lemari itu, ia mengambil sebuah alat alat kecil berbentuk bulat pipih, seukuran telapak tangan orang dewasa. Ia memandang alat itu sebentar sebelum kembali kepada Lima Bakumbai dan kedua anak buahnya.

“Alat ini bernama Kalabbi” kata Panalung Tikan, kemudian ia mendekati dua orang anak buahnya yang sedang melakukan aktivitas di sana.

“Perkenalkan ini anak buahku, Mapasomba dan Rajo, mereka berdualah yang telah berjasa dalam pembuatan alat ini.” Kata Panalung Tikan memperkenalkan kedua orang itu. Mapasomba dan Rajo memberikan salam hormat kepada ketiga tamunya itu. Mereka kemudian berkenalan secara singkat.

Mapasomba adalah pria berumur sekitar enam puluh tahun sedangkan Rajo terlihat lebih muda, kemungkinan berusia sekitar lima puluh tahun. Keduanya mengenakan pakaian khas ruang penelitian, mereka ramah dan antusias tatkala Panalung Tikan meminta untuk menjelaskan fungsi dan cara kerja dari alat yang bernama Kalabbi itu.

“Mapasomba,” panggil Panalung Tikan, “tolong beri tahu kami fungsi dan cara kerja Kalabbi.”

“Baik Tuan,” jawab Mapasomba. Kemudian dia mengangkat Kalabbi dengan tangan kanannya.

“Tuan Arya,” kata Mapasomba kepada Arya, karena dia tahu bahwa nantinya alat itu akan digunakan oleh Arya dan Sophia dalam menjalankan misi mereka.

Arya mendekat kepada Mapasomba, kemudian Sophia yang berada di sampingnya juga turut mendekat. Lima Bakumbai dan Panalung nampak bergerak mundur ke belakang untuk memberikan waktu bagi Mapasomba mempresentasikan hasil karya mereka, sedangkan rekan Mapasomba – Rajo, juga merapat untuk menemaninya.

Sebelum menunjukkan cara kerja alat itu, Mapasomba memberikan Kalabbi kepada Arya, Sophia yang berada di sampingnya juga tertarik untuk menyentuhnya.  Mereka berdua memperhatikan alat itu dengan teliti, membolak-balikannya dengan hati-hati dan bergantian memegangnya.

“Tuan Arya dan Sophia,” kata Mapasomba, “alat ini kami buat dari batuan topaz putih, yang kami ambil dari pegunungan Zaperin  dan dengan bantuan tuan Rajo dan Tuan Panalung, jadilah alat ini seperti yang kalian lihat saat ini.”

Pegunungan Zaperin terletak di arah selatan Padang Gandeswara, pegunungan ini memang memiliki kandungan batuan Topaz putih yang melimpah, dan hasil tambangnya diproduksi secara besar-besaran untuk keperluan pembuatan senjata dan alat-alat lain, seperti Kalabbi misalnya.

Arya dan Sophia mengangguk dan tersenyum mendengar penjelasan Mapasomba, kemudian ia melanjutkan,

“awalnya, kami bertiga – Mapasoma, Panalung Tikan dan Rajo, berencana membuat alat ini sekecil mungkin, agar mudah dibawa,” kata Mapasomba sembari menunjuk Kalabbi yang kini dipegang oleh Sophia.

“Namun karena energi yang kami berikan kepadanya cukup besar, ha itu membuatnya hancur, kemudian kami putuskan untuk mengganti ukurannya agak lebih besar agar kuat, namun kami juga berusaha mempertahankan ukurannya agar jangan sampai terlalu besar.

” Kata Mapasomba, “dan jadilah ukurannya seperti yang kita lihat seperti sekarang ini.”

Mapasomba melirik ke arah Rajo yang berada di sampingnya, ia memberikan isyarat agar ia meneruskan presentasinya. Rajo mengangguk setuju.

“Benar,” kata Rajo,

“dan melalui berbagai percobaan, akhirnya kami mampu menyempurnakannya,”

Rajo kemudian melangkah ke arah jendela, ia memandang langit malam yang remang-remang diterangi cahaya lentera Meditrana.

“Cara kerja alat ini sangat mudah,” ia melangkah ke arah Sophia yang masih memegang batu itu.

“Nona Sophia,“ kataya, “mari saya tunjukkan cara kerjanya.”

Sophia dan Arya lalu mengikuti Mapasomba yang mengajaknya mendekat ke arah jendela. Ia meminta sophia agar mengikuti instruksinya.

“Nona Sophia, tolong angkat batu itu,” kata Rajo.

Sophia menuruti perkataan Rajo, ia mengangkat batu itu ke atas dengan satu tangannya hingga berada di atas kepalanya. Ia mendongak memperhatikan batu itu, demikian juga dengan Arya yang berdiri di sampingnya. Sementara Lima Bakumbai dan Panalung Tikan yang tadinya berdiri agak jauh dari mereka, akhirnya ikut mendekat untuk melihat reaksi yang akan ditunjukkan oleh Kalabbi.

Setelah Kalabbi itu terangkat, dengan perlahan ia bergetar kecil, getarannya dapat dirasakan oleh Sophia. Melihat hal itu, Rajo menatap Sophia untuk memastikan perubahan yang terjadi.

“Apa Nona bisa merasakannya?” tanya Rajo.

“Iya, .. iya, saya bisa merasakannya Tuan,” jawab Sophia,

“batu ini mulai begetar,”

Rajo terus mengawasi pergerakan batu itu, “tolong tetap pertahankan posisinya seperti itu Nona,” katanya.

Sophia mengikuti apa yang diperintahkan oleh Rajo, posisi tangannya masih terangkat ke atas, kepalanya mendongak untuk melihat lebih jauh perubahan yang akan ditunjukkan oleh batu itu.

Getaran batu itu masih kecil dan semakin halus, sehingga membuat Sophia nampak mengernyitkan dahinya, ia berusaha untuk merasakan getarannya.

“Apa Nona masih merasakan getarannya?” tanya Rajo.

“Iya, tuan, tapi semakin keci,” jawab Sophia, “apa mungkin getarannya ini akan hilang?” tanyanya.

Rajo yang mendengar pertanyaan Sophia itu hanya terdiam, matanya terus mengawasi pergerakan batu Kalabbi itu.

“Tunggu sebentar lagi Nona, saya yakin ia akan menunjukkan sesuatu.” Kata Rajo

Sophia menuruti kata Rajo, ia tetap mempertahankan posisi batu itu. Kalabbi masih saja menunjukkan reaksi yang sama, ia hanya bergerak halus. Hal ini berlangsung sekitar sepuluh menit.

Sophia menoleh ke arah Arya, mereka saling berpandangan tak mengerti, namun Rajo dan Mapasomba hanya terdiam, sikap mereka lebih tenang. Sedangkan Lima Bakumbai menunjukkan sikap gusar, nampaknya ia tidak sabar menunggu lebih lama.

“Tuan Panalung,” bisik Lima Bakumbai,...”apakah alat ini sudah teruji?” tanya Lima Bakumbai sambil  melirik ke arah batu yang masih terangkat di pegang oleh Sophia. Ia nampak meragukan hasilnya.

“Tengang Jenderal,” jawab Panalung, “kita tunggu sebentar lagi.”

Sepuluh menit telah lewat, semua mata masih tertuju kepada batu itu yang belum menunjukkan pergerakan yang signifikan, hingga akhirnya perlahan-lahan warna putih Kalabbi berubah sedikit demi sedikir, beberapa warna nampak mulai muncul, hingga akhirnya warna biru menjadi dominan dan tetap seperti itu.

Setelah ditunggu beberapa saat, Kalabbi masih saja berwarna biru, ia tidak berubah.

Rajo kemudian meminta Sophia untuk menurunkan batu itu kembali.

“Cukup Nona,” kata Rajo.

Sophia menurunkan batu itu, dan ia ingin memberikannya kepada Rajo, namun Rajo memintanya tetap memegang batu itu. Kemudian setelah batu itu diturunkan, warnanya berubah seperti semula yaitu putih.

Lima Bakumbai yang penasaran dan tidak sabar segera mendekati Rajo.

“Bagaimana ini, Tuan Rajo?” tannyanya.

“Apakah batu itu masih berfungsi dengan baik, atau ....” Lima Bakumbai tidak melanjutkan ucapannya, ia terdiam saat melihat wajah Rajo masih terlihat tenang dan malah tersenyum kepadanya.

“Tenang Tuan Jenderal, saya akan menjelaskannya.” Jawab Rajo.

“Batu Kalabbi ini memang kami ciptakan secara khusus untuk mendeteksi keberadaan energi yang bersumber dari Tana’ Bulan.” Kata Rajo mengawali perjelasannya.

“Seperti tadi yang kita saksikan, awalnya ia bergetar agak keras, itu menunjukkan bahwa ia sedang mencari keberadaan energi itu,”

Rajo terdiam sejenak, ia membiarkan Arya, Sophia dan Lima Bakumbai untuk tetap fokus mendengarkan penjelasannya.

“Kemudian Sophia juga mulai merasakan bahwa getaran itu semakin halus, seakan mau hilang,” kata Rajo sambil menoleh ke arah Sophia.

“Benar Tuan, tadinya saya juga berpikir getaran itu akan hilang,” jawab Sophia saat pandangannya bertemu dengan Rajo.

“Hal itu pertanda bahwa Kalabbi sudah menemukan sesuatu.” Kata Rajo dengan nada pelan yang ditujukan kepada Sophia, kemudian ia melanjutkan.

“Nah, saat batu ini sudah dapat memastikan ada atau tidaknya energi Tana’ Bulan, maka reaksi selannjutnya adalah perubahan warna.”

Lima Bakumbai menyilangkan kedua tangan di dadanya, ia menggerakkan badannya ke kiri dan ke kanan, nampak sekali bahwa dirinya bukanlah tipe penyabar. Sedangkan Arya dan Sophia masih dengan tenang menunggu penjelasan yang akan diberikan oleh Rajo.

“Perubahan warna yang tadi kita lihat, .... “ Rajo terdiam sejenak,

“yaitu saat batu ini  mengeluarkan warna yang berubah-ubah, itu artinya ia belum selesai memindai energi itu, dan saat ia menjadi dominan biru,” katanya sambil menarik napasnya dalam-dalam. Tapi Rajo masih tenang dan tersenyum ke arah Lima Bakumbai.

“Itu artinya Kalabbi tidak menemukan adanya energi Tana’ Bulan di sekitar area ini.”

1
liynne~
semangat, and done ya/Chuckle/
Dewi Ular🐍💆🏻‍♀️
Prita? Nama yang indah/Drool/
Margiyono: he.he.. trmksh kak.. padahal aslinya itu polypropilen.. loka pralaya itu asli ada di dunia nyata.. cuma seting karakter dan tokohnya saja.. alurnya sama dg yg di dunia nyata
total 1 replies
Andressa Maximillian
plis
Andressa Maximillian
menurutku ceritanya bagus, dunia yang dibangun penuh misteri dan kejutan
Margiyono: terimakasih
total 1 replies
Andressa Maximillian
wah.. seru nih. ditunggu kelanjutannya
Margiyono
siap, terimaksih...
Margiyono
oke
Andressa Maximillian
lanjut
Andressa Maximillian: semangat
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!