Key, gadis kota yang terpaksa pindah ke kampung halaman yang sudah lama ditinggalkan ayahnya. Hal itu disebabkan karena kebangkrutan, yang sedang menimpa bisnis keluarga.
Misteri demi misteri mulai bermunculan di sana. Termasuk kemampuannya yang mulai terasah ketika bertemu makhluk tak kasat mata. Bahkan rasa penasaran selalu membuatnya ingin membantu mereka. Terutama misteri tentang wanita berkebaya putih, yang ternyata berhubungan dengan masa lalu ayahnya.
Akankah dia bisa bertahan di desa tertinggal, yang jauh dari kehidupan dia sebelumnya? Dan apakah dia sanggup memecahkan misterinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kiya cahya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tas Coklat
"Di.. Dia itu, korbannya," tunjuk lelaki itu sambil menunjuk dengan jari yang bergetar.
"Ya karena dia korban, ayo kita tolong biar bisa diobati," ucapku sambil menarik tangan wanita itu. Tapi, ternyata aku tak bisa menyentuhnya.
"Ka.. Kamu tahu maksudku sekarang?" tanya laki-laki di sampingku.
"Jadi, dia hantu maksudmu?" jawabku sambil mundur menjauh darinya.
"Iya, dia memang bukan manusia. Apa kamu sering melihat makhluk seperti mereka?"
"Aku baru bisa melihatnya, setelah ada di desa ini. Sebelumnya aku tidak pernah bersentuhan sama sekali dengan mereka. Oiya, kamu sebenarnya siapa?"
"Kenalkan, namaku Ical. Sepertinya di sini hanya kita yang melihatnya," ucapnya sambil memunjuk ke perempuan tadi, masih dengan tangan sedikit bergetar.
"Boleh aku memotong obrolan kalian, tolong aku. Sampaikan kepada keluargaku, bahwa aku sudah berusaha menemui mereka untuk meminta maaf," sela wanita di hadapanku yang tiba-tiba memudar dan tak terlihat lagi.
"Lalu, bagaimana kita tau? Dimana dan siapa keluarganya?" ucapku kebingungan.
"Coba kita lihat isi tasnya, itu mungkin barangnya."
Terlihat di sekitar semak, ada tas coklat tak bertuan di sana.
"Mungkin kita bisa menemukan seauatu dari sini." kata Ical.
"Apa kita tidak sebaiknya memberitahu warga lain? Supaya jenasah bisa dikirim ke alamat tujuannya"
"Coba buka dulu, apa isi tasnya ada alamat yang tertera?"
"Aku gak beranilah, kamu aja."
Ical pun memberanikan diri membuka tas, masih dengan tangan gemetarnya. Kami menemukan secarik kertas alamat di situ.
"Nah, itu mungkin alamat tujuannya?" tanyaku.
"Tapi ini letaknya masih jauh. Setelah melewati desa ini, akan ada hutan lagi yang panjang dan barulah sampai ke desa tujuan." jelas Ical, yang mungkin memang lebih tau, dibanding aku yang hanya penduduk baru.
"Okey, fix. Kita serahkan ke warga atau kepala desa atau siapalah yang berwenang di sini," pintaku.
Kami berdua berlari bersama, mencari kemana para warga membawa jenasah tadi.
"Maaf, Bu. Apa ibu tau, kemana jenasah tadi dibawa? Kami menemukan tas selempang, sepertinya ini miliknya," tanyaku ketika menemui seseorang yang tadi sempat ku lihat ikut bergerombol.
"Oow, sudah dibawa ambulan ke puskesmas. Karena tidak ada identitas," jawab si ibu.
"Trimakasih, bu. Permisi," ucapku.
Kami berjalan lumayan jauh, menuju puskesmas. Mungkin sekitar setengah jam perjalanan. Dan saat kami tiba, ambulan baru saja keluar dari tempat itu.
"Maaf, sus. Boleh kami tanya? Apa tadi ada ambulan yang membawa jenasah kecelakaan dari Desa?" tanyaku.
"Wah, adek-adek telat. Itu baru saja dibawa ke rumah sakit di kota untuk segera dibersihkan dan dimakamkan yang layak. Karena tidak ada identitas korban, hanya ada tas ransel besar saja yang berisi bajunya."
"Kira-kira, rumah sakit apa ya sus?" lanjutku bertanya.
"Rumah sakit 'Jaya Medika'," jawab suster, dengan tulisan Nuri di nametagnya.
"Sekali lagi, terimakasih suster Nuri," jawabku sekaligus menjabat tangannya untuk berpamitan.
Perjalanan masih harus dilanjutkan untuk pergi ke kota. Menunaikan kewajiban kami, memberikan tas yang mungkin bisa menenangkan jiwa pemiliknya.
Memang berat, tapi ini merupakan pengalaman berharga buatku. Harus rela berjalan melewati hutan, sawah, dan sungai di sepanjang perjalanan.
Kami tiba di pinggir jalan raya dalam waktu setengah jam, melalui jalan pintas warga. Menunggu hampir 15menit, sampai ada bus yang menepikannya untuk kami.