NovelToon NovelToon
Takdir Anak Yang Tidak Dianggap

Takdir Anak Yang Tidak Dianggap

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Mengubah Takdir / Bullying dan Balas Dendam / Menjadi Pengusaha
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Miftahur Rahmi

Seorang perempuan bernama Zainab Rahayu Fadillah memutuskan menikah dengan seorang pria bernama Hasan Bahri. Dia menerima pinangan itu, dikarenakan keluarga sang suami adalah keluarga dari turunan turunan seorang tuan guru di sebuah kota.
Zainab dan keluarga, jika mereka adalah dari keturunan baik, maka sikapnya juga akan baik. Namun kenyataannya bertolak belakang. Dunia telah menghukum Zainab dalam sebuah pernikahan yang penuh neraka.
Tidak seperti yang mereka pikirkan, justru suami selalu membuat huru hara. Mereka hampir setiap hari bertengkar. Zainab selalu dipandang rendah oleh keluarga suami. Suami tidak mau bekerja, kerjanya makan tidur dirumah. Namun penderitaan itu belum selesai, adik ipar dan juga ponakannya juga sering numpang makan di rumah mereka, tanpa mau membantu dari segi uang dan tenaga. Zainab harus berjuang sendiri mencari uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miftahur Rahmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pernikahan yang membawa derita

Zainab Rahayu Fadillah seorang gadis berusia 30 tahun, akhirnya melepas masa lajangnya. Setelah sekian lama mendambakan tambatan hati. Akhirnya, diusia yang matang ini dia bisa menikah dan menjalani kehidupan baru bersama suaminya.

Zainab menikah dengan pilihan orang tuanya. Dia tidak begitu menyukai calon suaminya. Namun mengingat umur yang sudah tidak muda lagi, dia memutuskan untuk menikah.

Lagi pula calon suaminya itu ada darah turunan dari seorang tuan guru dari sebuah kota di Sumatra Utara.

“Jika darahnya berasal dari garis keturunan baik-baik, tentu saja perilakunya juga baik.” tutur keluarganya menyakinkannya.

Waktu itu ia hanya menganguk pelan menerima lamaran itu. Didesanya ia selalu disindir kenapa belum menikah.

“Jangan asyik mengendong anak orang, sesekali ngendong anak sendiri...” sindir seorang pria saat dia mengendong ponakannya pergi kekedai membeli jajan.

Tanpa berpikir panjang, Zainab menerima pinangan itu.

Mereka berpikir, jika memiliki aliran darah turunan baik, maka nanti perilaku calon suaminya juga baik dan paham agama.

Namun, pernikahan ini malah membawanya ke nerakanya dunia. Suami dan keluarganya, yang seharusnya menjadi tempat bernaung, malah menjadi sumber penderitaannya tiada henti.

Setelah seminggu menikah.

Zainab dan Hasan, bersiap-siap hendak pindah kerumah baru mereka. Ibu nya Zainab sibuk menyusun alat-alat yang mau dibawa.

Sedangkan ayah Zainab duduk didepan pintu sambil termenung. Entah apa yang dipikiran pria tua berumur 50 tahun itu.

Mungkin saja sedang memikirkan apa yang mau diberikan kepada sang anak bekal untuk pindahan. Apalagi posisi mereka lagi sulit. Entahlah, hanya dia dan tuhan yang tahu.

“Jika tidak ada yang mau bantu kami hendak pindah, jangan harap bisa datang kerumah kami...” ucap Hasan membuat kedua orang tua Zainab terkejut mendengarnya.

Apalagi Zainab. Dia tidak menyangka, sang suami bisa berbicara seperti itu.

Sang ayah, mengambil alat-alat yang hendak dibawa pindah. Ibu Zainab tidak ikut mengantarkan Zainab pindahan.

Bahkan seumur hidupnya tidak pernah tahu bagaimana bentuk dan letak rumah sang anak.

Pindah ke rumah baru, seharusnya menjadi moment yang dinanti-nanti dan moment bahagia bagis sepasang pengantin. Namun malah membuka titik awal penderitaan yang tidak berkesudahan.

Rumah itu lebih mirip penjara, ketimbang dibilang rumah.

Hasan sang suami, yang diharapkan akan menjadi sosok imam yang baik serta bertanggung jawab, hanya bisa menghabiskan hari-harinya ditempat tidur.

Sedangkan sang istri, mati-matian bekerja mengurusi rumah dan mencari uang sampingan. Seperti mengambil upah membelah pinang, mengambil upah menanam padi dan lain sebagainya.

Hasan selalu punya alasan untuk tidak bekerja, seolah-olah mencari uang adalah kewajiban sang istri.

“Kerja keras tidak membuat orang kaya, aku juga sering lihat orang sering tidur kaya juga ia. Jadi orang sering tidur, itu tidak sebab seseorang menjadi miskin, tapi itu hanya takdir yang sudah membuat kita miskin...” ujarnya pada suatu hari.

Sebenarnya bisa saja, kata-katanya dijawab. Tapi, akan menimbulkan perkelahian ujung-ujungnya.

Ia bukan hanya seorang pemarah, tapi juga biang penyulut bara dan perkelahian dalam rumah tangganya sendiri, membuat kehidupan sang istri dan anak-anaknya diwarnai pertengkaran setiap harinya.

Hampir tiap harinya suka membicarakan aib orang lain, sedangkan aibnya sendiri, ia diam.

“Lihat si Karim itu, dia mencuri padi yang telah dipanen. Apa tidak malu dia? Kelihatan aja seperti orang baik, padahal hatinya busuk juga...” ujar Hasan dengan nada tinggi.

Zainab sedang mencuci disamping rumah hanya diam dan menghela napas. Ia tahu, jika dia menanggapi nya ceritanya akan panjang, bahkan bisa berubah menjadi pertengkaran, apalagi jika tidak ditanggapi.

Hidup Zainab menjadi serba salah, ditanggapi malah berujung pertengkaran, diam juga akan memancing pertengkaran. Jadi, gimana Zainab haru bersikap?

Kenapa ia dipertemukan manusia benalu kek suaminya.

“Apa kamu tidak mendengarkan aku? Soal si Karim itu?” tanya Hasan duduk mendekati Zainab mencuci.

“Iya, saya dengar kok.” jawabanya pelan.

“Tapi, kok diam aja? Jangan-jangan kamu bela dia ya?” tanya Hasan lagi.

“Nggak...” Zainab mengelengkan kepalanya.

“Tapi kok kamu diam saja tadi? Kok kamu nggak menanggapi perkataanku?” tanyanya dengan nada tinggi.

“Aku nggak mau ikut-ikutan, itu kan urusan mereka dan para Rt disini... Itu bukan urusan kita bang...”

“Oh, sekarang kamu ngajarin aku ya? Kamu pikir kamu lebih tahu dari aku? Aku tahu semuanya, bahkan sebelum terjadi pun aku sudah tahu... Orang tidak tahu malu kek dia itu jangan dibela...” ia berdiri.

Matanya melotot, suaranya naik satu oktaf. Setiap apa yang keluar dari mulut sang istri, akan menjadi bumerang baginya.

Tidak peduli, seberapa bijak kata-kata yang keluar dari mulutnya, Hasan akan memelintir kata-kata itu hingga menjadi alasan untuk memaki sang istri.

“Perempuan sepertimu layak untuk disumpah. Udah wajah jelek, sok-sok an membela orang lain... Dulu jika kau tidak menikah denganku, siapa yang mau menikahi dengamu? Kamu tidak akan laku...” hinanya dengan wajah sinis.

Zainab menghela napas lelah. “Siapa ya yang sana kemari dibawa-bawa kemana ibunya pergi, untuk dijodohkan sama anak-anak temannya? Aku atau kau?” balas Zainab membuat Hasan semakin kesal.

“Dasar manusia tidak tahu sopan santun. Aku ini suami, apa pantas kau bicara seperti itu. Dasar istri durhaka...”

“Durhaka mana? Kau atau aku? Lebih baik berkaca sebelum berbicara...” jawab Zainab dengan emosi.

Didalam rumah anak-anak Zainab hanya diam, mereka sudah biasa mendengar dan melihat kedua orang tuanya bertengkar. Anak-anak itu mulai ketakutan, dan mulai pelan-pelan menangis.

Hasan Bahri apa peduli jika melihat anak-anaknya menangis? Tidak...

Jika dia peduli, maka ia akan diam dan tidak memulai pertengkaran. Tapi pertengkaran itu malah hampir setiap hari terjadi.

Fatur Hasan Bahri, hanya diam memeluk adiknya Melinda yang terisak. Perdebatan sengit itu berhenti, karena ada beberapa warga yang datang dan mulai melerai.

Selain mengambil upah membelah pinang, Zainab juga mengambil daun nipah, untuk dijadikan atap untuk rumah di pendesaan. Uang dari itulah untuk memberi beras dan keperluan rumah.

Saat mengambil daun nipah, Fatur dan Melinda ikut dengan kedua orang tuanya. Keduanya ikut, mengambil daun nipah dan menyusunnya. Sesekali mereka berdua bermain.

Namun tidak lama kemudian, Hasan mulai menunjukkan belangnya, dia memulai pertengkaran demi tidak mau membantu sang istri bekerja, hanya karena kesalahan sepele.

Hari itu Zainab memotong pelepah nipah, dan menyusunnya daunnya dengan sendiri, sesekali dibantu oleh dua anaknya. Sedangkan Hasan sibuk mengomel dan memaki sang istri.

Sampai mereka hendak pulang pun Hasan tidak mau membantu. Sesampainya dirumah, daun nipah yang dimasukkan kedalam goni itu dimasukkan kedalam bawah rumah. Zainab dan dua anak-anaknya siap-siap untuk mandi.

Setelah mandi, Zainab mulai memasak nasi dan lauk di tunggu secara bergantian. Saat makan, Melinda dan Fatur berebutan lauk.

“Kasi Fat...” tegur sang ibu.

“Kan udah Fatur kasi ummi, Melinda malah mau lagi... Kalau Fatur kasi, nanti buat Fatur mana?” ujar Fatur dengan cemberut.

Tanpa ba bi bu, Hasan Bahri membenturkan kedua kepala bocah itu dengan cukup keras, membuat dua anak itu menangis cukup keras.

Zainab memandang suami nya dengan tatapan nanar.

“Apa perlu membenturkan kepala mereka hah? Aku yang ngasi mereka makan, bukan kau... Jadi, kau tidak ada hak untuk memukulnya...” teriak Zainab emosi.

“Berisik, sedang makan pun bertengkar...” jawab Hasan emosi.

“Namanya juga anak-anak, sesekali nggak apa-apa lah dimaklumi. Justru, kau orang yang sudah tua tidak bisa berpikir, mana yang harus dilakukan mana tidak... Mana otakmu?” teriak Zainab mengelus kepala anaknya.

“Makanya ajarin tuh anak kau itu, jangan ribut saat makan. Jadi ibu, kok nggak becus jaga anak...” bentaknya tidak kalah kerasnya membuat dua anak itu semakin menangis.

“Apa kau becus dalam mengurusi anak haha? Yang kau makan itu, masih dari hasil jerih payahku...”

“Dasar manusia tidak tahu diri... Aku ini suamimu, apa tidak bisa berbicara pelan hah? Dasar istri durhaka...”

“Apa aku harus diam, saat kau melakukan itu pada anak-anakku hah? Apa kau waras?”

1
Miu Nih.
aku hadir kakak untuk mendukungmu...
salam kenal ya, jgn lupa mampir di 'aku akan mencintaimu suamiku' 🤗🤗

aku akan datang kalo udh UP lagi 😉
MifadiruMzn: ok kak
total 1 replies
Abu Yub
Aku mampir lagi thor/Pray//Ok//Good/
Abu Yub
Ngak usah ngomong
Abu Yub
sumber suara
Abu Yub
Lanjut/Ok/
Abu Yub
jangan nakal
Abu Yub
seharian
Abu Yub
Aku datang lagi thor
Abu Yub
Fatur
Abu Yub
selesai makan
Abu Yub
zainab
Abu Yub
Aku datang lagi thor/Ok/
Abu Yub: ok dedek/Ok/
MifadiruMzn: ok kakak, nanti aku mampir ya
total 2 replies
Abu Yub
pada tahun
Abu Yub
saat pagi
MifadiruMzn: pagi kakak
total 1 replies
MifadiruMzn
Jangan lupa vote, like dan komen ya teman-teman/Rose//Heart/
Abu Yub
wanita paruh baya yang masih gadis
Neonaaaaa
lanjut terus Thor🔥🔥🔥
jangan lupa untuk mampir juga yaaa makasihhh
MifadiruMzn: oke kak, nanti saya mampir ya
total 1 replies
Anonymous
Lanjut Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!