NovelToon NovelToon
Pria Gila Itu Milikku

Pria Gila Itu Milikku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Bullying dan Balas Dendam / Putri asli/palsu
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: nona yeppo

Aku Shella, seorang gadis yang masih duduk dibangku sekolah Menengah Atas.

Berawal dari penolakan ibu dan saudariku yang usianya terpaut sepuluh tahun lebih tua dariku, membuatku berubah menjadi gadis yang tidak memiliki hati dan pendendam.

Aku juga bertekad ingin merampas apa yang dimiliki oleh saudariku.

Aku bahkan tidak mengeluarkan air mataku saat ibuku dinyatakan meninggal dunia.
Hingga terungkapnya sebuah rahasia yang begitu mengguncang kewarasan ku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nona yeppo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kecelakaan

Kepalaku sedikit pusing melihat drama singkat yang terjadi dirumah mewah itu. Mengapa semua orang bersikap seolah-olah aku adalah orang terdekat mereka?

Masalahku sudah sangat banyak, dan aku harus ikut memikirkan masalah mereka? Oh tidak, aku tidak peduli.

Namun walaupun aku berkata tidak peduli, rasa penasaran dibenakku semakin tak terbendung. Apalagi melihat seorang wanita paruh baya di halaman belakang sedang duduk disebuah kursi roda.

Siapa lagi kah itu,? Pertanyaan-pertanyaan itu bermunculan di kepalaku saat perjalanan pulang kerumah.

Lantas ku temui Ayah, untuk memperjelas semua rasa penasaran ku. Alangkah lebih baik jika aku mengenal baik lingkungan ini bukan,? Aku yakin ini adalah rumah terakhir kami. Sangat yakin.

Ayah, soal rumah mewah itu. Yang mana pemiliknya?. Tanyaku.

Ayah menghentikan aktivitas nya yang sedang membuat adonan demi untuk menjawab pertanyaan ku. Namun wajah cuek Ayah seketika mematahkan rasa penasaran ku.

Aku harus tahu untuk menyesuaikan diri dilingkungan ini, benar kan Ayah? tanya ku lagi dengan nada menuntut.

Hm, kau lihat ada wanita paruh baya sedang duduk di kursi roda? tanya Ayah.

Lihat, jawabku.

Dia bibi Anggie, nyonya besar di rumah itu. Ia memiliki seorang putra. Jika kau melihatnya sapa lah dengan sopan. jawab Ayah panjang lebar.

Mataku membola, pria menyedihkan itu,? Sungguh rumit percintaannya, pikirku.

Setelah rasa penasaran ku terbayar sudah, aku lalu kembali kekamar ku. Kamar baru, rumah baru dan suasana yang baru.

Aku berharap semoga ditempat yang baru ini, semua akan baik-baik saja. Segala permasalahan yang kami temui dimasa lalu semoga tidak lagi muncul.

Oh ya, ada satu hal yang membuat kami selalu hidup berpindah-pindah. Kecelakaan yang menyebabkan meninggalnya ibuku, hingga saat ini masih jadi misteri bagi keluargaku.

Sampai saat ini tidak ada polisi yang bisa mengungkap dalang dari kecelakaan tersebut. Entah mereka tidak ingin terlibat dalam kasus besar yang mungkin menyeret berbagai pihak, atau memang tidak benar-benar menyelidiknya. Aku tidak mengerti.

Ayah juga selalu menutupinya dariku, padahal sangat jelas di ingatanku jika ibu sempat memegang sebuah ponsel, namun pihak kepolisian menyatakan tidak ada barang bukti berupa ponsel.

Kenyataan bahwa aku juga tidak pernah diwawancarai setelah kecelakaan itu semakin memperkuat rasa curigaku.

Namun sekarang semua telah berlalu, aku hanya menilai jika inilah karma yang diterima ibuku karena telah mengabaikan ku selama ini dan melakukan perselingkuhan dibelakang Ayahku.

Rasa sakit hati yang begitu mendominasi membuatku tidak merasa kehilangan sama sekali, dan masih banyak rahasia yang sengaja tidak aku ungkapkan pada Ayah.

Aku hanya memendamnya sendirian, karena tidak ingin Ayah merasa sedih dan terpukul. Karena menurutku, hidup hanya berdua saja dengan sederhana sudah sangat cukup.

Walau kadang aku merasakan kesepian yang tiada berujung jika Ayah sedang bertugas dan tidak pulang selama berhari-hari.

Kini aku menyempatkan diriku berbaring sejenak, rasanya badanku sedikit berat mungkin karena sibuk sejak tadi pagi.

***

Waktu berlalu, aku terbangun dan menyadari jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

Aargh,

Aku merentang kan kedua tanganku, ku miringkan kepalaku kekiri dan dan kekanan. Sungguh kenyamanan yang telah lama aku dambakan.

Aku segera turun kebawah, karena kulihat kamar Ayah masih kosong. Mungkin Ayah masih sibuk dibawah, maklum karena Ayah masih sendirian dan belum memiliki pekerja.

Benar saja, kulihat telah banyak mangkok dan piring menumpuk di wastafel. Ini masih hari pertama Ayah membuka kedai nya, namun sudah banyak piring yang harus dibersihkan.

Dengan sedikit berat hati, aku mulai mengerjakan bagianku. Selama tiga tahun ini Ayah selalu menggeluti bisnis sampingannya ini. Dan aku direkrut menjadi pegawai paruh waktunya.

Saat sedang asyik mencuci piring-piring, dari kejauhan kulihat bibi pekerja dirumah mewah itu sedang membujuk-bujuk seseorang supaya segera pulang kerumah.

Aku sedikit tertawa, ini sedikit menghibur. Pekerjaanku, jadi tidak membosankan.

Tuan, pulanglah, ibu akan marah jika melihat tuan seperti ini.

Aku mempercepat pekerjaanku hingga selesai. Dan kudapati pria itu semakin menjadi. Kulihat Ayah tidak ditempat, namun bukan itu yang ingin kucari.

Melainkan pria mabuk yang masih sibuk dengan dunianya sendiri itu. Siapa lagi kalau bukan pria pemarah yang kutemui dipinggir jalan itu.

Aku bahkan tidak penasaran siapa namanya, rasa tidak suka ku semakin mendominasi hanya dengan melihat tingkahnya yang menyebalkan itu.

Aku kembali teringat pada bibi Anggie yang mungkin tidak bisa tidur karena memikirkan anak nya yang merepotkan ini.

Pergilah, aku tidak akan pulang. Katakan pada ibu.

Jawaban pria itu tentu saja tidak bisa kumengerti. Lalu tanpa ragu, ku hampiri ia yang masih nyaman dengan kegilaannya.

Paman,!!!

Dengan kuat ku gebrak meja dihadapannya, membuat bibi yang sedari tadi membujuknya begitu terkejut.

Namun pria matang ini tidak kunjung bergeming. Aku jadi kebingungan dibuatnya. Terpaksa harus putar otak.

Bibi, tinggalkan saja dia. Katakan pada nyonya jika paman tidur disini. Aku yakin bibi Anggie pasti mengerti. Usul ku.

Setelah keputusan ini dilakukan, bibi pekerja itu pun pergi. Tertinggal pria gila yang membuat kepalaku sedikit pusing.

Aku teringat kejadian tadi sore, lihatlah betapa lemahnya ia hanya karena cinta. Pikirku.

Sama sperti saudariku yang dimabuk asmara, segalanya ia berikan pada kekasihnya hanya karena jatuh cinta. Sungguh pembodohan menurutku.

Aku segera pergi hendak mencari Ayah, yang ternyata sedang berada di kamar kecil.

Biarkan saja dia, pamanmu itu sedang dilanda patah hati. Kata Ayah.

Aku mengedikkan bahuku, membayangkan setiap hari melihat pemandangan seperti itu membuatku merasa jengkel.

Aku segera naik, melanjutkan tidurku karena besok harus pergi kesekolah.

***

Pagi-pagi sekali, aku telah bangun dan bersiap-siap. Kulihat Ayah juga telah selesai dengan urusan dapurnya.

Ayah akan mengantarku kesekolah karena ini adalah hari pertama ajaran baru. Aku dapat melihat semangat baru yang diperlihatkan oleh Ayahku.

Sembari menyantap sarapan ku, aku melihat tempat semalam pria itu tertidur. Tidak ada lagi sosok pria itu.

Dia sudah sadar? tanya ku pada Ayah,

Sudah, pagi-pagi sekali dia pulang. jawab Ayah.

Itu lah sebabnya aku selalu mengatakan jangan jual minuman keras, ucapku pada Ayah.

Ayah hanya tersenyum, sambil memandang padaku.

Minuman itu yang menemani Ayah selama tiga tahun ini.

Jawaban itu membuatku menghembuskan nafasku kuat.

Semua orang memiliki kesulitannya masing-masing, termasuk Ayah yang masih sangat terpukul dan baru saja beranjak bangkit dari rasa sakitnya.

Melihat cerahnya matahari yang muncul sempurna, kukira pagi ini akan seindah matahari pagi.

Sebuah dering ponsel Ayahku mengalihkan perhatian kami. Aku harap-harap cemas, semoga itu bukan pekerjaan yang mengharuskan Ayah berpergian lagi.

Halo,,,

Baik. Saya segera kesana.

Aku masih diam menunggu Ayah. Sesungguhnya aku tidak berharap banyak jika Ayah akan selalu berada disisiku.

Kakakmu Maurice mendapati kecelakaan kecil.

Kulihat Ayah memperhatikan arlojinya, aku masih menunggu dengan tenang.

Lokasinya berlawanan, ayo, kita langsung berangkat saja.

Ayahku bergerak mengambil tasku, namun aku segera mencegahnya.

Biar aku sendiri saja Ayah, lagian aku sudah terbiasa. ucapku sambil meraih tas dari tangan Ayah.

Aku berlalu pergi tanpa menoleh kebelakang lagi.

Ini bukan kali pertama.

.

.

.

1
Tanti Purba
lanjut donk
kayla: Hallo jangan lupa mampir di karya terbaru aku yah " My Baby Girl" mohon dukungannya
yeppo: oke kak, ditunggu aja ya ☺
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!