Zona Kpop, aktor korea, yang gak suka silahkan skip, daripada meninggalkan jejak hate!
"Aku akan membuat mu lepas dari cengkraman ibu tiri mu, dengan satu syarat."
"Apa syarat nya?"
"Kau harus menjadi partner ranjang ku,"
Azzendra Grew Nicholas, pria muda berusia 29 tahun seorang CEO yang menjebak seorang gadis untuk menjadi partner ranjang nya.
Wenthrisca Liu atau akrab di sapa Ica, terpaksa menerima penawaran gila Zen demi bisa bebas dari jeratan ibu tiri nya.
Bagaiamana kisah mereka selanjutnya? simak disini.
Karya real hanya ada di Noveltoon/Mangatoon, selebih nya Fake/plagiat, happy reading❤️
Edit cover by KINOSANN
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Selesai memasak, Ica menuang masakan resep nya sendiri ke dalam wadah. Tak lupa membawa sebotol kopi hitam dan peralatan makan nya.
"Bi..."
"Iya Non?" Jawab Bi Arin.
"Ica pergi dulu ya nganter makan siang buat Daddy.."
"Hati-hati ya Non, sudah ada supir di depan."
"Iya Bi, Ica pergi dulu." Ica melambaikan tangan nya pada Bi Arin, membuat wanita paruh baya menyunggingkan senyum nya.
Gadis tuan muda nya benar-benar baik dan ramah. Tak salah pria itu memilih Ica sebagai gadis nya, selain baik dia juga terlihat sederhana.
Tapi Bi Arin teringat sesuatu, tapi terlambat karena Ica sudah pergi bersama supir.
"Aduhh, kalau tuan Zen tau bekas tamparan di pipi Nona Ica gimana ya?" Gumam Bi Arin dengan wajah panik nya.
"Kenapa aku yang panik? Bukan aku yang melakukan nya, paling nanti di sidang. Semoga saja Tuan Zen berbaik hati dan tak menunjukan kemarahan nya."
Tapi rasanya mustahil kan? Melihat betapa perhatian dan manja nya Zen pada Ica, tak mungkin kalau pria itu tak marah, saat tau salah satu maid nya berani menampar gadis nya.
....
Ica tengah dalam perjalanan saat ini, seperti biasa hanya ada keheningan. Tak ada yang mau memulai pembicaraan terlebih dulu, hingga mobil sampai di pelataran kantor.
"Sudah sampai Nona.."
"Terimakasih pak.."
"Sama-sama Nona, saya permisi dulu.." Pamit sang supir setelah Ica keluar dari mobil.
Ica berjalan pelan memasuki kawasan perusahaan, receptionist menyambut nya dengan senyuman manis, tentu nya dia tau siapa gadis manis yang datang adalah gadis milik tuan muda.
"Selamat siang kak, apa Tuan Zen ada?"
"Ada Nona, silahkan masuk.." Jawab sang receptionist.
"Baik, terimakasih kak." Ica pun pergi dengan menenteng rantang 4 susun berisi makan siang untuk Zen.
Tak sengaja, dia lagi-lagi satu lift dengan Asisten Daddy nya, Bimo.
"Selamat siang Nona," Sapa Bimo, sontak saja membuat wajah Ica bersemu. Dia ingat saat kelakuan Daddy nya membuat nya malu setengah mati saat Asisten nya memergoki nya.
"Siang juga pak.." Jawab Ica canggung.
Setelah itu, tak ada lagi yang bicara hingga lift terbuka.
"Saya duluan ya pak," Bimo mengangguk mempersilahkan. Ica pun berjalan cepat menghindari pria itu, rasanya begitu malu untuk bertatapan dengan Asisten Daddy nya sendiri.
Ceklek..
Ica membuka pintu, seperti biasa Zen terlalu fokus pada pekerjaan nya hingga tak menyadari kedatangan nya.
"Siang Dad.."
"Siang Baby, sudah datang rupanya. Kesini sayang.." Zen menepuk paha nya agar gadis nya duduk di pangkuan nya.
Ica menurut dan duduk di pangkuan Daddy nya, bahkan tangan nya menggelayut manja di leher kokoh Zen.
"Bagaimana ponsel nya, kamu suka?" Tanya Zen.
"Suka banget Dad, makasih ya.."
"Berterimakasih dengan cara yang baik, Baby." Ucap Zen, membuat Ica mengernyitkan dahi nya tak mengerti.
Tapi dia tau maksud Zen saat pria itu menunjuk bibir nya.
"T-tapi Dad.."
"Aku sudah mengunci pintu nya, By." Tak ada pilihan lain selain melakukan nya, toh hanya ciuman bibir.
Ica mendekatkan wajah nya, dia menempelkan bibir mungil nya ke bibir sexy Zen.
Dengan cepat, Zen menahan tengkuk gadis nya agar tak melepaskan ciuman nya.
Zen melumaat bibir gadis nya dengan mesra, Ica juga membalas ciuman itu, mata nya terpejam menikmati permainan bibir Daddy nya.
Tapi, tangan nakal Zen tak dapat di kondisikan. Dia merayap mencari buah yang biasa nya dia pegang.
"Ehmm Dad..." Lenguh Ica, dia berusaha menahan tangan Zen yang mulai meraba-rabaa buah dada nya.
"Kenapa sayang?" Bisik Zen di telinga Ica.
"Jangan di berantakin ya, nanti aja di rumah."
"Sedikit saja By, aku tak tahan ingin memainkan nya." Jawab Zen serak, seperti menahan sesuatu.
"Dad.." Zen tak bisa di cegah, dia menyingkap dress yang Ica pakai. Dia menyerang bukit kembar itu dengan buas nya, bahkan menggigiti kecil puncak dada gadis nya.
"Ahhh Dad.." Ica menjambak kecil rambut Zen, tapi pria itu tak peduli dan tetap melanjutkan kegiatan favorit nya.
"Lain kali, pakai kaos saja ya. Ribet kalau pake dress, harus di singkap dari bawah." Pinta Zen, menghentikan sejenak kegiatan nya.
"Sudah ya, dada aku sakit.." Keluh Ica, dia merasakan perih di puncak dada nya.
Zen menurut, dia memasukan kembali buah kenyal itu ke dalam cup nya.
"Makan dulu ya Dad, aku yang masak lho.." Tawar Ica.
"Iya sayang," Ica menarik tangan Zen ke sofa.
Zen menatap tangan mungil Ica yang nampak sibuk menyajikan makanan untuk nya, dia tersenyum simpul. Ica benar-benar memperlakukan nya seperti suami, meski dia belum bisa memberikan hal yang menjadi awal terjalin nya hubungan ini.
Ica menyuapi Zen dengan telaten hingga makanan di piring nya habis.
"By.."
"Ya Dad, kenapa?"
"Pipi mu merah, kenapa?" Tanya Zen, dia baru sadar kalau pipi gadis nya nampak memerah.
Ica membulatkan mata nya, dia lupa menutupi nya dengan make up. Tadi dia hanya memakai bedak tipis, tapi lupa menutupi bekas tamparan itu.
"By, kenapa?" Ica memalingkan wajah nya dan menutupi pipi nya dengan rambut.
Tapi jiwa penasaran Zen meronta, dia dengan mudah membalik wajah Ica hingga mau menghadap nya.
Zen membuka rambut yang menutupi bekas kemerahan di pipi kanan gadis nya,
"Siapa yang melakukan ini, By?" Tanya Zen.
"Ahh ini hanya alergi Dad.."
"Kamu pikir Daddy bodoh? Ini bekas tamparan." Ica diam, tebakan Zen benar-benar tepat sasaran.
"Katakan, siapa yang melakukan nya By?" Zen memegang dua bahu sang gadis, tapi Ica masih bungkam. Dia tak mau di cap sebagai gadis pengadu, hanya karena kejadian yang tak mengenakan tadi di mansion.
"Kau tak mau bicara hmm? Baiklah, aku bisa menanyakan nya pada Bi Arin." Zen mengeluarkan ponsel nya dan menelpon kepala pelayan di mansion.
"Dad.." Panggil Ica, membuat Zen mengurungkan niat nya untuk menghubungi Bi Arin.
"Bicara By, jangan ada yang kamu sembunyikan dari ku. Aku yang bertanggung jawab atas dirimu sekarang." Ucap Zen lembut.
"Maid yang kemarin malam keluar dari ruang kerja Daddy.." Zen melebarkan mata nya, tak menyangka gadis itu begitu berani melakukan kekerasan semacam ini.
"Maaf Dad, tapi mungkin Ica berhak tau. Sebenarnya, apa hubungan Daddy dan maid itu? Dia terlihat begitu marah saat melihat Daddy mencium ku tadi pagi." Tanya Ica pelan, takut kalau pertanyaan nya memancing kemarahan Zen.
"Dia hanya Maid, Daddy tak punya hubungan apapun dengan maid itu, atau wanita lain. Daddy hanya berhubungan dengan mu, By."
"Kemarin malam dia datang ke ruang kerja Daddy, membawa secangkir kopi. Tapi Daddy tak menerima nya dan mengusir nya." Jelas Zen, dia tak mau gadis nya salah paham.
"Apa Daddy mencintaiku?" Tanya Ica. Zen diam, dia belum tau bagaimana perasaan nya pada gadis yang duduk di samping nya ini, apa ini memang cinta atau sekedar perasaan nyaman?
"Kenapa bertanya begitu Ca, jangan terlalu berharap. Hubungan ini terjalin karena suatu kesepakatan, jangan terlalu membawa hati dalam hubungan ini Ca.." batin Ica, saat melihat kebungkaman Zen.
....
🌷🌷🌷
Dikit lagii🤭
Emg mo di gagahi waktu M?