Baca Aku bukan/hanya bayangan biar faham alurnya...
.
.
Melarikan diri demi melupakan masa lalu, tersakiti dan terhianati, oleh kekasih dan sahabatnya sendiri..
"Aku benci penghianat, dan aku benci kalian..aku membencimu!"
Kanaya Prameswari Sadewo.
Kesalahannya adalah membuat semuanya abu-abu tanpa penjelasan, membiarkan cintanya pergi tanpa tau yang sebenarnya.
"Aku akan mendapatkanmu kembali..dan mengantikan bencimu kembali menjadi cinta dan ya, kita tak pernah putus maka kamu masih kekasihku!"
Bagaskara Nandowijaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Belum saatnya
Bagas memarkirkan mobilnya di halaman mansion nya, tak ada pembicaraan yang terucap selama perjalanan bahkan Kanaya memalingkan wajahnya dari Bagas.
Bagas turun dari mobil dan mengitari mobilnya untuk membuka pintu sebelahnya, menarik Kanaya sedikit kasar, Bagas masih emosi dengan tingkah Kanaya.
Tanpa banyak kata Kanaya mengikuti Bagas ia sudah lelah terus saja berdebat tanpa ada akhir.
Bagas membawa Kanaya masuk kesebuah kamar, begitu pintu tertutup Bagas menyudutkan Kanaya di tembok "Apa yang kamu lakukan?" Kanaya tak menjawab bahkan ia tak melihat kearah Bagas yang menatapnya tajam, Bagas mencengkram rahang Kanaya hingga kini menoleh kearahnya "Kamu membuatku marah Naya"
Kanaya masih bungkam namun matanya menatap sengit Bagas "Kamu tau dari dulu aku tidak suka kamu disentuh lelaki lain,bahkan hanya pegangan tangan,tapi kamu berani sekali bertingkah agresif pada Roni tadi" Bagas menatap Kanaya dengan tatapan marah.
Kanaya berontak dan menepis tangan Bagas namun tangan Bagas menekannya kuat, amarah Bagas masih menguasai hingga dengan brutal ia mulai menyerang bibir Kanaya melu matnya kasar, tanpa ada balasan dari Kanaya Bagas terus berusaha menerobos masuk kedalam rongga Kanaya,perlahan ciuman Bagas mulai melembut dan penuh perasaan, tangan Bagas beralih ke tengkuk dan menekannya semakin dalam,sekuat tenaga Kanaya merapatkan bibirnya, tangannya bahkan mengepal erat menahan diri agar tak terpengaruh dengan buaian Bagas.
Sekali lagi Kanaya merasa di rendahkan, tidak kah Bagas tau bahwa Kanaya benci paksaan, juga Bagas adalah suami orang. sekuat tenaga Kanaya mendorong Bagas dan berhasil secepat kilat Kanaya melayangkan tamparan pada Bagas..
Plaakk,, Kanaya menampar dengan kuat hingga merasa sakit ditangannya sendiri, Bagas terpaku melihat Kanaya bergetar dan menangis, hati Bagas terasa sakit melihatnya,Kanaya menangis karena nya, Kanaya menghapus Kasar jejak Bagas di bibirnya, Bagas mundur beberapa langkah lalu pergi meninggalkan Kanaya dan membanting pintu.
Kanaya tersentak, sesaat kemudian ia berlari kearah pintu namun pintu terkunci, Kanaya menggedor dan menendang pintu "Buka brengsek, buka pintunya!!" teriak Kanaya tapi Bagas hiraukan ia tetap berjalan menjauh dari kamarnya.
Kanaya meluruh kelantai dan duduk bersandar pada pintu,sambil terus memaki Bagas "Dasar bajingan gila, brengsek, sialan"
Bagas memasuki ruang kerjanya dan melempar semua benda yang ada di mejanya,"Akkkhhh brengsek" lalu duduk bersandar di kursi sambil memejam ia mencoba menghilangkan emosinya, beberapa kali menghela nafas agar bisa mengendalikan diri ia begitu marah saat melihat Kanaya dengan Roni, meski ia tau itu hanya siasat Kanaya untuk membuatnya marah tapi tetap saja ia terbakar cemburu.
Kanaya mengedarkan pandangan nya di kamar yang luas,sewaktu ia pingsan ia tak di bawa kemari, mungkin ini rumah Bagas yang lain masa bodoh, ia mulai bosan sekarang berjalan mondar mandir ia yakin Bagas tidak akan membuka pintu dengan mudah, Kanaya memutar otak bagaimana ia bisa keluar dari kamar ini,Kanaya melihat kearah balkon, kalau terjun...? Kanaya menggeleng meski ia sedikit bar bar tapi ia tak berani ini terlalu tinggi.
Kanaya melihat kearah gerbang sebuah mobil memasuki gerbang itu mobil yang tadi di kendarai Roni, dan benar saja Roni keluar sambil menggendong Queen yang tertidur, Kanaya bahkan lupa dengan Queen yang ia tinggalkan tadi.
Pintu terbuka saat Kanaya masuk kembali kedalam, seorang pelayan membawa makanan "Nona saya membawakan makanan tuan bilang anda belum makan siang"
Namun fokus Kanaya malah pada pintu yang terbuka lebar,sontak saja ia berlari kearah pintu, setelah ia mencapai pintu ia akan pergi dari rumah ini, sedikit lagi.. tapi.. brak..Kanaya membentur dada seseorang hingga dia terjatuh "Aduh.." Kanaya mengelus bokongnya yang menyentuh lantai.
"Kamu boleh pulang jika sudah makan" Bagas tau Kanaya belum makan tadi dia hanya sibuk membuat drama dengan Roni.
"Tidak mau"
"Kamu bisa sakit Naya!"
"Apa pedulimu..!"
"Aku peduli sayang" Bagas berkata lembut, tak ayal kata kata Bagas membuat Kanaya sedikit tersipu, Kanaya memukul otaknya gila,,, dia suami orang.
"Aku bilang minggir.." Tiba tiba Roni berjalan kearah mereka membawa Queen yang menangis.
"Aku tidak akan pergi sebelum kamu makan!" Bagas memejam saat telinganya mulai terganggu oleh tangisan Queen "Roni.. kenapa anak itu tak bisa diam!" bentak Bagas, sontak saja Queen makin mengencang tangisnya.
"Maaf tuan aku sudah kewalahan..sepertinya kita harus.."
"Diam lah bawa dia pergi!"
Kanaya mengerutkan keningnya saat melihat Bagas seolah tak peduli pada anaknya sendiri.
"Kubilang bawa dia pergi Roni... sekarang!"
"Tapi tuan.."
"DIAM..!!" teriak Kanaya "Kalian ini kenapa? dan kau, dia itu anak mu kenapa seperti itu!!" Kanaya mendorong Bagas agar tak menghalangi jalannya "Oh... sayang kemari.." Kanaya menggendong Queen, lalu mengusap punggung nya lembut "Cup.. cup..cup.. sudah jangan menangis okey.." Kanaya menatap Roni dan Bagas tajam "Minggir..!!" Roni menunduk lalu menyingkir dari jalan Kanaya.
Queen sudah berhenti menangis namun masih sesegukan "Oh.. sayang sudah jangan menangis lagi disini ada Mommy.. kamu mau apa" Kanaya merasa ada yang aneh kenapa ia merasa tubuhnya mengahangat "tunggu sebentar.." Kanaya menyentuh dahi Queen "Panas.. kamu sakit?"Kanaya berbalik kearah Bagas dan Roni, itu yang tadi ingin Roni katakan bahwa nona Queen demam, tapi Bagas tak mendengar
"Atiiit" Queen menyandarkan kepalanya di bahu Kanaya.
"Ya ampun, hei.. cepat ambilkan kompres" kata Kanaya entah pada siapa yang pasti Bagas dan Roni masih bergeming ditempatnya "Ish.." Kanaya memukul bahu Bagas hingga Bagas meringis "Anakmu sakit bodoh, cepat panggil dokter" Bagas mengerjap beberapa kali lalu mengangguk. "Dan kau cepat ambil kompres" katanya pada Roni, dan Roni pun segara pergi.
.
.
Kanaya sedang menunggu bubur untuk Queen di dapur, meski bukan dia yang membuat tapi koki di mansion Bagas, ia hanya menunggu saja sampai bubur selesai.
Dokter sudah memeriksa keadaan Queen tadi dan bocah itu sekarang sedang tertidur karna kelelahan menangis "Sudah selesai?"
"Sudah nona"
"Baiklah terimakasih" Koki itu pun menganguk lalu Kanaya membawa bubur tersebut ke kamar Queen.
Langkah Kanaya terhenti saat akan masuk kedalam kamar ia mendengar suara dari dalam "Sudahlah, dia sudah diperiksa dokter tak usah khawatir"
"Tak biasanya dia seperti ini" terdengar isakan tangis dari dalam, Kanaya tertegun mendengar suara Anina.
"Maaf aku tak bisa menjaganya,kata dokter jika dalam tiga hari demamnya belum turun kita harus bawa kerumah sakit"
"Sudah kubilang jaga Queen dengan baik, harusnya kamu fokus dulu pada Queen sekarang, tapi kamu malah sibuk dengan Aya, tidak bisakah kamu menepati janji kamu sebelum kita.."
Kanaya merasa hatinya sedikit tersentil, hanya sedikit, bukan kah dia tak bersalah bukan dia yang sengaja menyita waktu Bagas tapi Bagas yang terus mengganggu nya.. tapi kenapa rasanya sakit, Kanaya menghela nafasnya lalu mengetuk pintu saat merasa sudah menormalkan rautnya.
"Maaf aku membawakan bubur" Bagas dan Anina berada di sisi ranjang Queen, duduk berhadapan dan terlihat Bagas sedang menenangkan Anina yang menangis.
Tangan Bagas yang sedang menepuk bahu Anina terhenti saat melihat Kanaya, dan Bagas langsung berdiri dari duduknya, dan Anina menoleh ke arah Kanaya.
Kanaya berdehem "Aku simpan disini, tadi dokter bilang saat Queen bangun harus makan dulu sebelum minum obat.. baiklah aku permisi" setelah menaruh bubur Queen diatas meja,Kanaya pergi meninggalkan Bagas yang berdiri mematung sedang Anina menatap kepergian Kanaya dengan perasaan bersalah.
"Pergilah kejar dia" Kata Anina.
"Kamu benar harusnya aku fokus pada Queen dulu menjadi Ayahnya, sebelum kita bercerai itu kesepakatannya" Bagas kembali duduk, harusnya dia kembali mendekati Kanaya saat ia sudah tak terikat dengan Anina.
"Menginaplah disini sampai Queen benar benar sembuh"
Lagi lagi Bagas harus menelan kesempatannya untuk menjelaskan yang sebenarnya pada Kanaya.
Belum saatnya.
_____________
Like..
komen..
vote..
🌹🌹☕☕