Revisi PUEBI
Diminta oleh orang tuanya untuk menyelesaikan persoalan hutang keluarga serta harus mengganti rugi dari kerusakan mobil yang Aruna tabrak.
Manakah takdir yang dipilih untuk menyelesaikan persoalannya. Menjadi istri muda Broto sebagai pelunasan hutang atau menjalani One Night Stand dengan Ben agar urusan ganti rugi mobil selesai. Juga cinta Alan pada Aruna yang terhalang status sosial.
Manakah pilihan yang diambil Aruna ? Dengan siapakah Aruna akan menjalani hidup bahagia penuh cinta. Ben atau Alan ? Ikuti terus kisah Aruna
Cerita ini hanya kehaluan author untuk hiburan para pembaca. Silahkan ambil pesan yang baik dan tinggalkan yang buruk.
ig : dtyas_dtyas
fb : dtyas auliah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pria Berwajah Ganteng
Ben membaca laporan perusahaan miliknya yang berada di Jakarta, yang mana sudah empat tahun ini dia percayakan pada Bian untuk dijalankan. Dirinya masih terlibat walau dari jauh, sebagai CEO dan Bian sebagai direkturnya, serta ada direktur keuangan dan direktur personalia yang mengatur semua manager sehingga perusahaan dapat berjalan dengan baik.
Namun, setelah diperhatikan dengan seksama ternyata berdasarkan laporan laba perusahaan turun 5% dari periode sebelumnya. Walapun tidak merasa rugi namun sebagai pengusaha ini bukanlah pencapaian yang baik.
"Ben, kayaknya sudah lama enggak lihat Clara ya ?" tanya Gery saat masuk ruangan dan melihat wajah datar Ben sedang menatap berkas dan layar monitor bergantian.
"Kenapa, kangen loe sama Clara?"
"Justru situ yang kangen kali, makanya kusut begitu. Sudah lama enggak dikeluarin ya," sahut Gery sambil terbahak.
"Ck, Clara kata keluarganya pergi ke Jakarta tinggal dengan tantenya, kalau mau susul aja sana," ucapnya pada Gery
"Kalau bukan karena Clara terus muka loe kenapa itu ?"
Ben bersandar pada kursi kerjanya, kepalanya mengadah ke atas menatap langit langit ruang kerjanya.
"Perusahaan di Jakarta Labanya turun 5%."
"Wow, pantesan muka enggak enak dilihat. Kehilangan cuan sih."
"Kayaknya sudah waktunya aku balik ke Jakarta, kondisi di sini sudah stabil."
"Tapi ingat Ben, sewaktu waktu kamu dibutuhkan di sini maka datanglah. Aku enggak mau bertanggung jawab secara keseluruhan," pinta Gery
"Oke."
***
Tidak terasa sudah lebih dari sebulan Una bekerja, bahkan Bara selaku manager keuangan sangat mengandalkan Una dan Abil. Selain mereka berdua masih ada beberapa staf yang mengurusi payroll, pajak dan junior acccounting untuk mengurus pencatatan transaksi harian.
Meskipun termasuk karyawan baru Una menjadi senior accounting bersama Abil.
"Aruna", panggil Bara.
"Siap bos", jawabnya lalu menoleh ke Bara.
"Besok rapat keuangan, kamu pelajari ya walaupun kamu baru disini. Besok yang menemani saya adalah kamu dan Abil."
"Oke"
"Tenang bos, kita temenin kok," ucap Abil.
"Jangan lupa terkait pajak, Rahmi kamu juga prepare hadir rapat," ucap Bara lagi
"Si siap pak" sahut Rahmi gugup.
Aruna duduk pada salah satu sofa yang terdapat di lobby, sudah lewat satu jam dari waktu kerja berakhir. Namun Ia masih disini menunggu hujan reda. Musim hujan seperti ini agak menyulitkan bagi orang yang biasa menggunakan roda dua termasuk Una.
Tadi pagi pun hujan turun walau tidak deras, akhirnya Una memutuskan menggunakan taksi online. Tapi untuk pulang dengan kondisi hujan dan jam sibuk begini, menggunakan taksi adalah pilihan kurang bijak untuk kantongnya.
Disinilah Una masih menunggu sambil memainkan ponselnya. Membuka instagr** dan berkirim pesan pada Alan.
"Aruna, belum pulang ?" tanya Dimas saat ingin menuju basement namun sekilas melihat Aruna di Lobby.
"Belum pak."
Dimas melirik jam tangannya, "Kpenapa ?" tanyanya sambil duduk pada sofa disebrang Una.
"Hujan pak, pasti macet pula."
"Pulang naik apa?"
"Taksi pak, tadi pagi hujan juga jadi saya tidak bawa motor."
"Ayo, pulang dengan saya."
"Owh, enggak apa-apa pak, saya tunggu sebentar lagi, bapak duluan saja."
"Tidak usah membantah, ayo," ajak Dimas sambil berdiri.
"Iya pak."
'Malas banget deh, palingan besok jadi bahan gosip. Mana para lambe tur*h masih beredar lagi' batin Una sambil melihat sekeliling. Terlihat masih ada karyawan yang masih stay karena alasan yang sama yaitu hujan.
***
Hasil rapat divisi keuangan bersama pimpinan mendapatkan catatan khusus untuk divisi keuangan itu sendiri. Artinya menjadi tugas Aruna dan tim untuk mengkroscek ulang laporan termasuk catatan dan pembayaran pajak.
"Hahh," ucap Una menghempaskan dirinya pada kursi kerja dikubikelnya setelah mengikuti rapat. Terlihat Abil menghampirinya.
"Na, kemarin pulang bareng siapa?"
"Kemarin?" Una bertanya balik sambil berpura-pura berfikir, ia tahu kemana arah pertanyaan ini.
"Iya, kemarin masa besok."
"Kenapa gitu ?"
"Enggak pulang bareng pak Dimas kan ? Romannya sih iya ya."
"Sudah berusaha menolak ya, tapi dianya maksa, kok tahu Bil?"
"Dengar aja tadi kasak kusuk di lift. Untuk diketahui aja ya Na, disini ada para fans untuk PBG."
"PBG ?"
"Pria Berwajah Ganteng, seperti Pak Bian, Pak Vino, Pak Bara, termasuk gue. Pokoknya yang ganteng-ganteng deh," ujar Abil sambil tertawa.
"Terus masalahnya apa?"
"Masalahnya para fans aliran kerasnya Pak Dimas mungkin enggak suka lihat loe dekat sama beliau."
"Siapa juga yang dekat sama Pak Dimas. Tapi Bil, mereka kan udah berkeluarga ya?"
"Ada juga yang single, kayak gue, pak Dimas juga single. Duren kalo kata Lila mah."
"Sudah ah, kantin yuk. Gibah mulu."
Perjodohan Arini
Suami absurd
Suami rupa madu mulut racun