Kisah absurd pasutri, yang baru saja menikah. Bukan pernikahan berencana, melainkan pernikahan dadakan bagi Aleaa, sekretaris dari Angga Kusumo, yang harus menikah dengan bos nya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon auzuzah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20 : abang sangat manis!
Bau obat yang menyengat sungguh membuatku merasa tak nyaman, rasanya mataku berat sekali untuk terbuka, apalagi saat mencoba proses untuk membuka mata, sinar cahaya sangatlah kuat menerpaku.
“Eungh.” lengkuhku merasa tak nyaman, perlahan aku mencoba untuk berusaha mengerjap, dan benar saja bahwa sinar lampu yang terang benderang memang menyapa terbukanya mataku saat ini.
Aku mengedarkan pandanganku menatap sekitar. Aku sedikit terkejut merasakan tanganku yang ternyata terpasang selang infus. Bukan kah semalam aku masih di gudang lusuh itu? Lalu kenapa aku bisa berada disini.
Ingin mencoba mengingat sesuatu, tapi tak ada jawaban apapun. Jadilah aku pasrah dengan keterdiamanku ditengah-tengah rasa penasaranku yang begitu tinggi. Suara terbukanya pintu membuatku refleks menoleh ke asal sumber suara.
Wajahku bersemu merah, bibirku memekik senang mendapati pria yang kutunggu kedatangan nya sejak kemarin, sedang berdiri di ambang pintu. Kulihat matanya membesar terkejut, aku juga senang mendapati abang yang berlari kearah ku.
“Abang!” seruku senang. Dia tersenyum lebar, aku pun membalas senyumannya. Masih dalam posisi berbaringku, abang memeluk tubuhku dengan tubuhnya yang menunduk.
“Abang!” aku memanggilnya lagi, ia tampak mengurai pelukan kami, lalu kurasakan kedua pipiku direngkuh oleh kedua telapak tangannya yang besar.
“Akhirnya kau sadar, Sayang! ” ujarnya sambil mengecup keningku, aku menggigit bibirku menahan senyuman, wajahku yang tadi menunduk malu, kini mendongak menatapnya dengan bahagia.
Dia kembali memelukku, kali ini lebih erat dan lebih hangat, tanganku juga melingkar dipinggangku. Saat daguku sudah jatuh diatas pundaknya, wajahku menoleh ingin mencoba untuk mencium pipinya. Namun,
“Abang sangat merindukanmu, Leaa.. ” bisiknya lirih, tapi itu bukan yang menjadi fokusku. Cap merah yang berada di lehernya, membuat dahiku mengkerut bingung. Aku bukan lagi remaja yang tidak mengetahui hal-hal semacam ini.
Wajahku seketika kembali murung, aku mengingat kembali dengan begitu jelas bahwa abang telah mempermainkan ku. Dia memang tidak mencintaiku, abang dan wanita itu akan kembali menikah, dan setelah ini, aku pasti akan ditendang keluar dari rumah keluarga Kusumo. Aku harus menyiapkan mental, aku tidak boleh lemah.
Ku dorong abang yang berusaha mencium leherku, wajahnya seketika memerah, aku dapat melihat rahangnya yang mengeras, “Pergi. aku butuh istirahat. ” ucapku enggan menatapnya, kudengar helaaan nafas keluar dari bibirnya.
“Kita akan istirahat di rumah Aleaa, abang akan memanggil dokter terlebih dahulu. ” ucapnya lembut, aku tertegun seketika, aku masih selalu tersipu jika ia berbicara lembut padaku. Namun apalah artinya itu.
“Kenapa harus saat ini ia melembutkan ucapannya, kenapa harus setelah aku diculik ia baru mengecup keningku, kenapa saat aku sudah mengetahui kenyataan pahit ia baru bersikap manis kepadaku. Apakah ini adalah siasat abang untuk membuatku semakin terjerat pada pesonanya? Hingga saat ia akan melepaskan ku, aku akan menurut begitu saja?” tanyaku merasa sesak di dalam batin.
“Aleaa? Kita harus pergi sekarang. Semua orang sudah merindukanmu, Sayang. ” ucap abang lembut, aku mengalihkan pandanganku kesamping, enggan menatap matanya yang seolah penuh permohonan.
Sadarkah dia? Bahwa sudah dua kali bibirnya memanggil diriku dengan sebutan sayang, yang seharusnya dipakai hanya untuk pasangan yang saling mengasihi dan menyayangi, bukan seperti aku ini, aku mencintai suamiku, sedangkan suamiku berniat untuk menikah lagi.
...★★★...
Wajahku mendongak menatap rahang abang yang sangat tegas, ingin sekali aku mengusapnya, namun aku sadar diri, aku bukanlah apa-apa. Tangan abang melingkar dilutut dan punggungku, ia menggendongku disepanjang lorong rumah sakit, hingga menuju parkiran.
Dan saat ini, aku baru saja sampai dikediaman keluarga Kusumo, abang menggendongku lagi dari saat aku ingin turun dari mobil hingga masuk ke dalam rumah. Aku melihat suasananya sangat sepi, hanya ada penjaga saja disini.
“Aleaa, waktu masih siang, masih ada jam untuk tidur siangmu, abang akan menemanimu.” ucapnya seketika membuat hatiku berdesir, aku tergugu didalam rasa kecintaanku padanya.
Aku ingin bertanya tentang jejak kemerahan itu. Tapi kenapa rasa sesak masih mendominasi hatiku saat ini? Aku sudah terlanjur mencintainya.
kan blm jelas suaminya beneran mau nikah lagi apa gak... tapi kaya woles aja gitu....