NovelToon NovelToon
Tetangga Idaman

Tetangga Idaman

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Romansa / Bercocok tanam
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Zhy-Chan

Arif Pradipta, begitu Emak memberiku nama ketika aku terlahir ke dunia. Hidup ku baik-baik saja selama ini, sebelum akhirnya rumah kosong di samping rumah ku di beli dan di huni orang asing yang kini menjadi tetangga baruku.

kedatangan tetangga baru itu menodai pikiran perjakaku yang masih suci. Bisa-bisanya istri tetangga itu begitu mempesona dan membuatku mabuk kepayang.
Bagaimana tidak, jika kalian berusia sepertiku, mungkin hormon nafsu yang tidak bisa terbendung akan di keluarkan paksa melalui jari jemari sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

¹⁵ Selingkuh?

"Saya pamit dulu, ya. Bentar lagi, pasti Angga sudah pulang. Kamu hati-hati di rumah. Jangan keluar malam-malam. Kalau membutuhkan sesuatu, beli besok pagi saja." Mas Nata mencium puncak kepalaku sebelum masuk mobil.

Pada akhirnya, suami ku benar-benar pergi tanpa aku. Semakin ke sini, aku semakin merasa tak kau butuhkan lagi, Mas. Waktumu kau habiskan di luar rumah. Saat berada di rumah pun, kau enggan menyentuhku.

Apa nafkah batin yang kau berikan padaku seminggu yang lalu, adalah hadiah terakhirmu?.Karena setelahnya, kau selalu menghindariku. Aku menangis dalam hati.

Seberangkatnya Mas Nata, aku langsung menyalakan laptop dan membuka whatsapp web. Untuk apa lagi kalau bukan untuk menyimak obrolan suami ku di aplikasi hijau tersebut.

[Posisi?] Pesan dari Pak Alex, atasan dari suamiku.

[Ini sedang di perjalanan, sebentar lagi sampai]

[Ok sip]

Tidak ada keanehan yang ku temui di sana, semua terlihat wajar.

Sepertinya Mas Nata janjian sama bosnya untuk ke tempat fitness yang sama.

Ku gulir-gulir layar naik turun, tapi tidak ada chat dari cewek atau pun nomor cewek yang mencurigakan. Apa selama ini, aku hanya terlalu kebanyakan menaruh curiga ya? Negative thinking membuatku merasa was was.

Ku tutup kembali laptop di hadapanku, sebelum bersiap-siap tidur. Pintu kamar sengaja tidak aku kunci, jadi jika Mas Nata pulang sewaktu-waktu, dia bisa langsung masuk kamar tanpa membangunkan ku.

Aku sudah membuat keputusan dalam hati, jika dalam satu minggu ke depan aku tidak menemukan keanehan pada handphone Mas Nata, aku akan menghentikan kegilaan dengan menyadap Whatsap nya. Aku akan belajar memercayainya lagi seperti dulu dan menghapus sangkaan-sangkaan buruk padanya.

Cahaya matahari membelaiku lewat sorotnya yang berdesak-desakan masuk lewat pori-pori tirai jendela kamar. Aku menggeliat. Tangan merentang ke kanan dan ke kiri. Rasanya ada yang aneh dan kurang.

Ku raba-raba ranjang sisi kiri, kosong.

"Mas?"

Mas Nata di mana? Di kamar mandi kah? Aku beranjak ke kamar mandi, namun pria ku tidak ada di sana. Aku pun keluar kamar, mungkin Mas Nata ketiduran di sofa ruang tamu karena kecapekan.

Sesampainya di sana, hampa ku dapat. Ku buka pintu-pintu kamar tamu, dia pun tak ada di sana. Angga keluar dari kamarnya dengan mengucek-ucek mata.

 "Ada apa sih, Mbak? Pagi-pagi sudah gaduh?"

"Ngga, kamu semalam sampai rumah jam berapa?" Aku tidak mengindahkan pertanyaannya tadi, dan malah menanyakan hal yang lain.

"Pukul sembilan deh kayaknya. Emang kenapa, Mbak?

"Langsung tidur, nggak?"

"Enggak sih, aku masih nglembur ngerjain tugas kuliah. Emang kenapa sih, Mbak?"

"Lihat Mas Nata pulang, nggak?"

Lagi-lagi aku tidak mengacuhkan pertanyaan adikku.

"Iya lihat, dia pulang sebentar. Trus gak lama, pergi lagi, udah rapi pakai pakaian kantoran. Ku kira dia udah pamit ke Mbak"

"Oh." Aku kembali ke kamar, meninggalkan Angga yang mungkin sedang di liputi ribuan pertanyaan.

Ku buka handphone ku sendiri, menyalakan data dan mematikan mode terbang. Ingin mencari tahu keberadaan suamiku dengan bertanya pada teman kantornya. Beberapa pesan masuk, setelah handphone ku nyalakan.

[Yang, maaf saya pergi mendadak]

[Mau pamit ke kamu langsung, tapi kamunya tidur pulas banget. Saya nggak tega untuk membangunkan]

[Ada meeting dengan klien di luar kota. Jadi saya tidak akan pulang beberapa hari ke depan]

[Sayang baik-baik di rumah ya... Jaga diri, jaga kesehatan!]

Beberapa pesan dari nomor yang sama-my husband. Lagi-lagi kau meninggalkanku, Mas, dan lagi-lagi memakai alasan bertemu klien di hari minggu seperti ini? Heh. Aku tersenyum masam.

Apakah kau pikir aku sebodoh itu, hingga mempercayaimu begitu saja? Setelah membaca pesan dari Mas Nata, gegas aku membuka laptop. Mencari tahu percakapan yang ada di dalam whatsapp Mas Nata.

[Beb, saya tunggu di hotel biasanya ya. Tidak perlu bawa baju ganti, nanti beli di sini.]

Sebuah pesan yang di kirim oleh nomor yang di beri nama-SG.

[Hmm]

Pesan panjang itu, di balas singkat oleh Mas Nata.

Tubuhku merosot ke lantai, bak petir di siang bolong, dada sesak hingga sulit bernapas. Untuk sekedar menangis saja, rasanya begitu berat. Lama bergeming, hingga akhirnya cairan bening ini luruh satu-satu. Apakah dugaan ku selama ini betul-betul terjadi?

Entah sudah berapa lama aku menangis. Aku sudah tidak bisa memendam semua ini sendirian. Aku pun keluar mencari Angga, meminta bantuan nya untuk mengantarku mencari Mas Nata.

"Ngga... Angga...." Suaraku nyaris tidak terdengar.

Ku cari di setiap sudut, tapi Angga tidak ku temukan. Melihat bulatan jam yang menempel di dinding. Ah, sepertinya Angga sudah berangkat kuliah.

Di telepon pun juga tidak bisa. Angga ke mana-mana suka membawa handphone, tapi jika di hubungi jarang sekali mau mengangkat. Handphone nya di sibukkan oleh mobile legends.

Satu-satunya yang masih bisa di harapkan adalah nomor yang berfoto profil cowok berkaos merah dengan jam melingkar di tangan yang gambar wajah nya hanya kelihatan separuh-Arif Pradipta.

Di bawah foto profil tersebut sudah muncul tulisan berdering, tapi sampai bunyi tuut berhenti, telepon ku belum juga di angkat oleh Arif.

"Halo assalamualaikum." Akhirnya suara Arif terdengar, setelah beberapa kali aku menekan icon gagang telepon.

Beberapa detik berlalu, tapi belum mampu menyuarakan apa alasanku meneleponnya. Rasa dadaku masih sesak sekali.

"Mbak? Mbak Rif baik-baik aja, 'kan?" Suara Arif sedikit ada penekanan.

Aku ingin sekali mengadukan apa yang dilakukan Mas Nata padaku. Namun, yang keluar justru isak tangis.

"Mbak, kenapa? Apa yang membuat, Mbak menangis?"

Sepertinya Arif semakin panik mendengar isakku. Aku menutup sambungan telepon begitu saja. Mungkin lebih baik jika aku berbicara langsung padanya. Semoga dia masih ada di rumah.

Gegas, aku bertolak ke rumah Arif. Padahal rumahku dan rumah Arif hanya berjarak lima langkah, tapi rasanya seperi sangat jauh. Kabut hitam menutupi hatiku. Semburat matahari pagi membuatku silau.

Aku tetap berjalan, meski rasa pusing menguasai kepala. Mungkin ini efek kelamaan menangis. Aku bisa melihat bayangan seseorang di teras warung kelontong Bulek Siti. Aku mendekatinya.

Rasa pusing itu semakin lama semakin tak tertahankan. Reflek tangan berpegang pada tiang penyangga di teras warung kelontong, hingga akhirnya limbung dan pandangan ku menggelap.

Mataku masih terpejam, tapi lama-lama indra dengar ku bisa menangkap suara.

"Udah di kasih minyak angin, Mak?" Itu adalah suara pemuda yang ku kenal-Arif.

"Sudah tadi."

"Wedang panas?"

"Belum sempat, emak terlalu khawatir, jadi bingung apa yang harus di lakukan."

1
dnr
jangan" rifani hamil anaknya si arif lagi pas mkan mlam itu
⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾
bagus sekali ❤️❤️❤️
kalea rizuky
lanjut
kalea rizuky
nata belok
⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾
astaga...alex n Nata ternyata terong malam terong
Tutian Gandi
kan...bener kah dugaan q..kalo mereka itu belok kanan dan belok kiri ..🤔🤔
dnr
kyknya nata sma pa alex ada serong dah
Tutian Gandi
kok q curiga sama bos nya ya...jgn2 si nata ada belok nya kali y....
Ardiawan
mantap
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!