Blurb
Arjuna Syailendra dan Anggita Jelita, menerima perjodohan demi kepentingan masing-masing. Bersama bukan karena cinta, tetapi hanya sebatas azas manfaat.
Akankah rasa berdebar tak terencana tumbuh di hati mereka? Sementara Arjuna hanya menganggap Anggita sebagai pelampiasan dari cinta tak berbalas di masa lalu.
Ikuti kisah mereka yang akan menguras emosi. Selamat membaca🤗.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senjahari_ID24, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10b
BAB 10b
Juna menutup panggilan begitu selesai bertukar kata singkat dengan Ayu. Rupanya kakak iparnya itu datang ke kediamannya, hanya saja ART baru yang diminta membukakan pintu oleh Buk Tiyas tidak mengenali Ayu sebagai kakak sang nyonya.
"Bik, Bik Tiyas," panggil Juna sembari mencari-cari keberadaan wanita paruh baya yang sudah setahun ini bekerja di rumahnya.
"Iya, Pak Juna." Bik Tiyas yang sedang memasak menu makan siang dan masih memakai apron segera menghadap saat mendengar namanya dipanggil setelah mematikan kompor.
"Siapa yang ditugaskan membuka pintu?" tanya Juna langsung.
"Pembantu baru, Pak. Yang baru satu bulan ini bekerja, pengganti asisten saya sebelumnya yang berhenti karena sedang hamil," jelasnya sopan. "Ada apa ya, Pak?"
"Ah, begitu rupanya. Kakaknya Anggi ada di depan. Tolong bukakan pintu. Biarkan dia bertamu."
"Baik, Pak," sahut Bik Tiyas, kemudian bersegera melaksanakan perintah majikannya.
"Baru jadi pembantu saja belagu! Kan sudah kubilang aku ini kakak ipar tuanmu! Dasar tidak sopan!"
Ayu menghardik marah saat Buk Tiyas datang meminta asisten barunya untuk membuka kunci pagar. Telunjuk Ayu teracung menunjuk-nunjuk wajah si ART baru yang tadi bersikeras tidak membukakan pintu. Bukan tanpa alasan, si ART baru yang bernama Lina itu bekerja sesuai peraturan rumah yang diterapkan tuannya, melarang membuka pintu sembarangan kepada yang bertamu.
"Maaf, Mbak. Sa-saya cuma mematuhi peraturan pekerjaan." Lina meminta maaf sembari menunduk dalam, dirinya hanya menjalankan tugas. Beberapa saat yang lalu, Lina menolak membuka pintu juga menggunakan bahasa sopan, bukan memaki-maki.
"Maaf, maaf! Kelakuan tidak sopanmu tidak cukup hanya dengan maaf! Akan kuadukan pada Arjuna. Dipecat baru tahu rasa!" gertaknya sombong. Merasa diri lebih baik dan berderajat lebih tinggi dari Lina yang notabene hanya seorang pembantu. Memanjakan sifat congkak dalam dirinya yang sebetulnya datang dari bujuk rayu setan.
"Maaf, Mbak Ayu. Lina ini pekerja baru di sini. Dia hanya mematuhi aturan pekerjaan yang dibuat Pak Juna. Silakan masuk." Bik Tiyas segera menyela dan mempersilakan Ayu untuk masuk, sementara Lina semakin menunduk dalam dengan tubuh gemetaran.
"Awas kamu!" ancam Ayu kepada Lina dengan mata melotot seolah hendak meloncat keluar sebelum berderap masuk.
"Apa kabar, Juna?" sapa Ayu. Memasang raut manis begitu melihat Juna sudah ada di ruang tamu. Nada bicaranya yang tadi berapi-api, seketika berubah mendayu.
"Kabarku baik. Silakan duduk," jawab Juna formal. Membangun jarak tak kasat mata. Walaupun Ayu adalah kakaknya Anggi, dia sama sekali tidak tertarik untuk mengakrabkan diri. Hanya bertegur sapa seperlunya sebagai adab antara keluarga.
"Juna. Pembantu barumu mengusirku tadi. Masa iya mengira aku peminta-minta sumbangan terselubung modus. Dia mengatakan tidak menerima tamu sembarangan, Padahal sudah kubilang aku ini kakaknya Anggi," adunya manja memelas bersama harapan kesombongan memenuhi dada dan kembali menyambung kalimat.
"Seharusnya kamu menggantinya dengan yang lebih kompeten. Bukan seperti dia yang bahkan tidak mengenaliku sebagai Kakak Anggi juga tidak paham barang-barang bermerek. Tidak mungkin peminta-minta sumbangan memakai baju mahal sepertiku 'kan?"
"Dia begitu karena perintahku," sambar Juna cepat. "Aku yang membuat peraturan itu di rumah ini. Tindakannya sudah tepat. Dan wajar saja tidak mengenali Mbak Ayu karena yang tadi ditugaskan membuka pintu adalah pembantu baru." Juna menjawab telak, memporak-porandakan harapan Ayu menjadi serpihan.
Ayu menciut dan salah tingkah, sikap arogannya saat menghardik Lina tadi entah kabur ke mana.
"Ada apa Mbak sampai datang kemari? Apakah ada hal penting tentang Ibu?" tanya Juna to the point, tak berminat membuang waktu lebih lama lagi.
Dari gesture Ayu sejak pertama bertemu Juna sudah bisa membaca, pribadi Ayu jauh berbeda dengan Anggi. Tipe-tipe orang serakah yang menggunakan segala cara tanpa peduli benar atau salah.
Awalnya Ayu berharap bisa berbincang-bincang lebih lama dengan Juna agar bisa melancarkan jurus rayuannya. Merupakan kesempatan langka berbincang berdua saja dengan Juna. Dia amat tak suka sang adik menikah lebih dulu terlebih lagi dengan orang yang berlebih dalam berbagai aspek. Bukannya bersyukur akan kondisi morat marit keluarganya yang terbantu berkat Anggi, dia malah sibuk memupuk rasa iri yang dibiarkan menggerogoti hati.
"Aku ke sini untuk mengantarkan tas Anggi yang tertinggal di rumah sakit." Ayu menaruh paper bag berisi tas Anggi ke atas meja. "Tapi, ngomong-ngomong di mana Anggi?" tanya Ayu sembari celingukan mengedarkan pandangan.
TBC
Halo para pembacaku tersayang. Jangan lupa selalu dukung novel 'Istri Arjuna' dengan vote kupon, hadiah dan juga likenya ya. Mari kita dukung cerita kesayangan kita ini agar semakin bersinar💜. Jangan lupa juga follow instagramku @Senjahari2412 untuk mengetahui info-info tentang seputar cerita yang kutulis.
Periode giveaway berlaku sampai novel ini tamat. Yang nangkring di tiga besar dukungan, akan mendapatkan kenang-kenangan dari author begitu novel Istri Arjuna tamat 🥰. Happy reading & thank you.
JUNA NYEBELIN TINGKAT TINGGI 😡