Ketika kesalah pahaman membawanya dalam rumitnya ikatan pernikahan.
Elena Maursty, yang berniat menolong seorang wanita tak dikenalnya pada akhirnya berakhir sebagai seorang pembunuh dimata seorang laki-laki.
Edwart Emardo, seorang suami yang kehilangan istrinya bersikap gila dengan memaksakan sebuah pernikahan dengan Elena Maursty. Penikahan yang hanya bertujuan untuk membalas dendam atas kematian sang istri tercintanya.
Menutup mata juga hatinya, akankah Edwart menemukan jalannya.. ?? Jalan kebenaran akan siapa pembuhuh istrinya ??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rina Listiyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TC 20
Selamat datang di dunia Edwart juga Elena,
Dan semoga kalian menikmati ceritanya dan jangan lupa kalo ada apa-apa isi di kolom komentarnya 😄😄
kalau mau kirim kado sama vote juga bisa banget..😉
[ JANGAN LUPA MASUKAN CERITA INI KEDALAM FAVORIT KALIAN, AGAR TIDAK KETINGGALAN UPDATENYA ] 😇
---------------------------🌾-----------------------------
Maya yang baru selesai makan malam dan membersihkan tubuhnya begitu terkejut saat mendapat telepon dari bi Lastri.
Maya segera beranjak turun dari atas ranjangnya dan berlari menghampiri Billy yang sedang membuat coffee didapur bawah.
"Papa .. papa , " teriak Maya memanggil Billy.
"Didapur ma.. " balas Billy.
Maya berlari kearah dapur dan disaat ia melihat Billy, Maya segera menarik tangannya.
"Astaga ada apa ma.. " seru Billy terkejut dengan tingkah istrinya.
"Ayo pah, "
"Tunggu, kita mau kemana. Mama lihat kopi papa baru jadi loh.."
"Pah ini penting, anak kita berantem hebat katanya.."
"Mama serius ??"
"Ayo makanya kita kesana lihat pah," ajak Maya.
Dan tanpa lama keduanya segera keluar dari dalam rumah menuju kerumah Edwart. Dalam perjalanannya Maya tak hentinya berdoa agar Elena baik-baik aja.
"Jangan panik ma, kita berdoa suapa mereka cuma bertengkar biasa.." ucap Billy mencoba menenangkan.
Bi Lastri dan bi Uli menunggu kedatangan tuan dan nyonyanya didepan rumah. Ia begitu takut dengan keadaan Elena saat ini.
"Kok tuan sama nyonya lama ya.." gelisah bi Uli.
"Sabar, mungkin macet.." balas bi Lastri.
"Haduh, Jakarta ini nggak pagi nggak malam macet terus.."
Namun tak lama terlihat mobil Billy juga Maya datang memasuki halaman rumah Edwart.
"Nyonya, tuan .." seru keduanya saat bertemu Maya juga Billy.
"Dimana El ??" Tanya Maya panik.
"Dikamar nyonya.."
Keempatnya mulai masuk kedalam rumah dan menuju kamar Elena. Maya berusaha mengetuk pintu dan memanggil Elena berkali-kali, namun tak satupun ada sahutannya.
Maya juga Billy begitu panik. Lalu Billy mencoba meminta kunci kamar cadangan pada salah satu pelayannya.
"Bawakan saya kunci gandanya.."
"Sebentar tuan .."
Bi Lastri terlihat berlari menuju ruang tv, disana ia mengambil sebuah kunci dari dalam loker.
"Ini tuan.."
Billy mencoba memasukkan kuncinya. Dan setelah terbuka ia segera mendorong pintunya.
"Elena !!" Seru Maya saat masuk kedalam kamar.
Elena yang kelelahan menangis tanpa sengaj tertidur dilantai. Ia meringkuk layaknya anak bayi sambil menggunakan kedua tangannya sebagai bantalannya.
"Nak.." seru Maya saat mendekati El.
Billy mencoba mengecek kondisi El saat ini, ia khawatir jika menantunya saat ini sedang pingsan.
"Gimana pah, " tanya Maya.
"Dia tidur mah.."
Lalu Billy mencoba mengangkat tubuh El untuk naik keatas ranjangnya. Namun saat mereka melihat wajah El, Maya juga Billy begitu syok dibuatnya.
Kedua matanya sembab dan masih mengeluarkan air matanya walaupun sedang terlelap.
Tak hanya itu, pipinya yang lebam membuat Billy juga Maya begitu geram.
"Anak itu !!" Menahan kesalnya.
"Jangan mah, " cegah Billy.
"Anak itu udah kelewatan pah ini.."
"Kita bawa El kerumah aja, biarkan dia mencarinya nanti.. "
Tanpa menunggu persetujuan istrinya, Billy sudah terlebih dahulu mengangkat tubuh Elena dan membawanya keluar.
"Jangan katakan apapun pada tuan muda kalian jika ia menanyakan istrinya dimana.." ucap Billy.
"Baik tuan .." serempak.
"Kalau ada apa-apa segera kabari saya ya.." lanjut Maya.
"Baik nyonya. ."
"Masuklah sebelum kalian dilihat tuan muda.."
"Kami permisi, selamat malam tuan nyonya.."
Mereka membawa Elena pergi. Dan setelah sampai dirumah, Billy membawa Elena kedalam kamar milik Edwary dahulu.
"Mama gantikan bajunya dulu, biar papa ambil kotak obat.."
"Iya pah, sama tolong bawakan es dikulkas ya pah, "
Elena hanya diam seperti orang mati saat Maya menggantikan bajunya. Maya begitu sedih saat melihat bahu menantunya itu yang terluka.
"Maafin Edwart ya El.." sedihnya sambil menyentuh bahu El.
"Mah, " teriak Billy dari dalam.
Maya segera menutup baju Elena dan meminta suaminya untuk masuk.
"Ini.."
"Makasih pah.."
Dengan sangat hati-hati Maya mengobati luka bakar Elena. Kemudian ia mengompres pipi lebam El denga es batu yang dibawa oleh Billy.
"Anak itu keterlaluan sudah mah, " menatap iba Elena.
"Benar pah, nggak seharuanya ia bersikap kasar begini sama Elena.. "
"Kita harus memberinya pelajaran mah .."
"Apa rencana papa??"
"Kita tunggu besok pagi aja mah, sekarang sebaiknya kita biarkan Elena istirahat disini.."
"Iya pah, untuk sementara dia biar tinggal sama kita aja dulu ya pah.."
"Iya mah, kita akan rawat Elena seperti anak kita sendiri.. "
"Yaudah kita keluar pah , "
Billy dan Maya menutup perlahan pintu kamar tersebut, membiarkan Elena terlelap dalam tidurnya agar bisa melupakan sakitnya hari ini.